Semua itu berawal dari kisah kelam yang setiap saat harus kusembunyikan dari setiap orang. Orang tuaku telah tiada semenjak aku berumur 5 tahun. Kakakku kala itu berumur 10 tahun lebih tua dariku.
Lalu, pamanku Ben mulai mengasuhku. Seorang yang kasar itu mengasuh dengan sikapnya yang kasar pula. Kakakku juga mulai tidak betah hidup bersama Paman. Aku hanya takut. Apabila aku ikut kakakku, aku tak tahu harus tinggal dimana lagi?
"Rio! Makan makananmu itu yang telah tersedia!" ucap Paman Ben kasar.
"Baik paman" ucapku lirih.
"Paman, apa tidak bosan makan roti gandum terus?" tanya kakakku.
"Kenapa?! tidak suka?! kalau tidak suka biar aku simpan untuk makan siangku nanti." jawab Paman.
"Paman, aku kan hanya tanya, apa Paman tidak bosan makan roti gandum setiap hari? itu saja." tanya kakak sekaligus memaksa.
"Kau mulai memaksa ya? Sudah mulai berani hah!" teriak Paman.
"Sudahlah kak, makan saja. Kakak mau makan apa lagi?" ucapku mencoba tuk meredakan.
"Kan kita bisa beli daging dek. Paman kan punya uang." jelas kakak.
"Nggak! Kita nggak akan beli daging. Cukup makan apa yang ada sekarang" jawab Paman dengan keras.
"Ih, Paman pelit. Makanya bibi ninggalin Paman." celetuk kakak.
Paman berusaha memukul kakak. Tapi malahan aku yang harus menjadi tameng kakak. Aku tergeletak di samping meja makan.
"Lihat! Rio jadi korban gara gara Paman tidak bisa menahan diri." ujar kakak.
"Banyak omong kamu ini! Cepat bantu Paman memindahkan ke kamar!" ucap Paman.
Tubuhku yang mungil ini diangkat oleh kakak. Sedang Paman merapikan tempat tidurku sehingga lebih nyaman untuk ditempati.
Aku hanya meraung kesakitan sambil menangis. Paman hanya acuh dan memberikan obat memar.
.....
Selama kami tinggal di rumah Paman Ben, kalau bukan kakak Brian, aku yang jadi sansak Paman. Hampir setiap hari aku dibentak dan dipukul.
10 tahun pun berlalu. Kakak memutuskan untuk pergi merantau. Ia sudah tidak betah ada di rumah Paman. Ia juga sempat menawarkanku untuk pergi bersama.
"Rio, psst.... sini." panggil kakak.
"Kenapa kak?" tanyaku.
"Kamu masih betah nggak, hidup sama Paman Ben?" tanya kakak dengan nada pelan.
"Sebenernya sih nggak kak, tapi mau gimana lagi?" jawabku.
"Kakak dapat tawaran kerja di luar kota. Kalau kamu ikut kakak, kakak akan dapat uang untuk membiayai kamu hidup di luar kota dan tempat tinggal kita akan lebih terjamin." jawab kakak.
"Mmm... gimana ya? Nanti kalau ketahuan sama Paman gimana?" tanyaku lugu
"Ga usah dipikirin. Ayolah ikut kakak." ajak kakak Brian.
"Aku takut kak. Sekolahku kan juga belum selesai." jawabku
"Kamu sekolah disana dek." ujar kakak.
"Tapi aku belum siap." jawabku sekali lagi.
"Gini aja, kamu punya HP kan? Setiap bulan gaji kakak akan kakak transfer ke dalam tabunganmu sebanyak 50%. Kalau sudah seperti itu, kamu bisa deh makan daging panggang setiap bulan. Gimana? Kalo udah besar nanti kamu yang nyusul kakak. Gitu aja." jelas kakak.
"Mmmm.... siapa yang akan ngelindungin aku dari Paman kalo gini caranya?" tanyaku sekali lagi.
"Sabar ya dek. Kakak memang nggak bisa ngelindungin adek. Tapi kalo udah gede nanti, kamu nyusul kakak aja. Sekitar 4 tahun lagi kamu bisa nyusul kakak. Kalau kakak sudah punya pangkat di sana, kamu bisa ikut kerja seperti kakak. Tapi dari level bawah dulu ok?"
"Kalo gitu, ini akan jadi 4 tahun yang lama karena aku bersama Paman. Kalau keputusan kakak sudah bulat, apa boleh buat. Kakak hati hati ya di sana." ucapku
"Iya dek. Kakak akan baik baik saja disana" jawab kakak.
.....
4 tahun yang kurasakan terasa sangat lama. Aku harus menjadi 2 pribadi sekaligus di dalam 4 tahun ini. Aku harus keras di hadapan Paman, dan harus lembut di hadapan teman teman ku.
Hal inilah yang membuatku mempunyai kepribadian ganda. Aku terlihat seperti orang gila. Terkadang aku berteriak tapi terkadang ucapanku sangat lembut.
.....
4 tahun ini telah aku lalui. Kini aku pergi menyusul kakak Brian. Aku mendapatinya sangat bahagia. Ia memiliki rumah sendiri walau tidak terlalu mewah. Aku yakin ia berhasil menjadi orang yang terpandang.
Ternyata selama ini ia berusaha di bidang kuliner. Ia sempat bercerita tentang lika liku hidup di luar kota. Tapi kini ia sangat dikagumi orang.
Ia mengajariku memasak dan sebagainya. Membuat ini itu. Harus mengantarnya kesana sini. Walaupun susah, ternyata menantang dan aku mulai menikmati hasilnya.
Pribadi halusku nampak di depan matanya. Aku belum menunjukkan pribadiku yang sangat pemarah ini. Kala itu belum kutunjukkan kepadanya. Tapi setahun kemudian......
![](https://img.wattpad.com/cover/188831398-288-k860822.jpg)