Dengan hati yang sudah menggelap, Putri mendatangi Raisa. Putri mengajak Raisa untuk pergi ke tepi Danau. Putri mengajaknya dengan alasan untuk berbagi cerita.
Hari pun mulai petang. Mentari mulai memberikan sinar jingga yang indah. Ya! indah! Indah untuk membunuh, pikir Putri.
"Hari yang indah ya Sa!" ucap Putri
"Iya indah banget Put. Sayang HPku mati." jawab Raisa
"Iya, sayang banget HPmu mati. Kayak kamu habis ini." lanjut Putri
"Kamu ngelantur ya? Apa kamu setengah tidur sih?" tanya Raisa curiga
"Ngelantur? Nggak kok! Hal itu bakal jadi nyata setelah matahati tenggelam." jawab Putri.
"Nggak! Nggak aku nggak mau!" teriak Raisa sambil berlari.
"Kamu nggak akan kemana mana Raisa sayang" jawab Putri sambil mengarahkan pistol ke arah kaki Raisa.
Putri pun menarik pelatuk dan pelurunya mengenai kaki Raisa. Raisa pun terjatuh seketika. Ia bangkit lalu mencoba berlari kembali sambil berteriak.
"Dasar persetan! Gila kau ya! Tolong!" teriak Raisa sambil berlari dengan langkah tersek seok.
Dor! Dor! Bunyi pistol dari Putri menggema. Kaki Raisa kembali menjadi sasarannya. Kali ini Raisa benar benar tidak bisa melangkah kembali. Putri menghampirinya sambil jongkok.
"Aduh aduh. Sakit ya. Tenang aja, setelah mentari senja ini tenggelam, kamu akan tenang." ujar Putri.
"Apa maksudmu melakukan semua ini? Apa kamu ngga nyesel bakal kehilangan kamu sendiri?" tanya Raisa.
"Mmm.... nggak kok. Aku ngga nyesel! Karena kamu udah bikin aku iri! Setelah semua kebaikan yang kamu berikan terhadap seluruh orang di sekolah waktu itu! Aku iri! Karena kamu juga mempunyai paras yang cantik juga. Kamu banyak menjadi perhatian tau! Tapi nanti kamu akan tenang, ok?" jawab Putri.
Putri menjambak dan menarik tubuh Raisa mendekati mobilnya. Raisa hanya pasrah dan merintih kesakitan.
"Aku baru pertama kali lo liat seorang Raisa Andriana menangis sekencang ini." ucap Putri
......
"5 menit lagi matahari tenggelam loh. Aku mau kasih pilihan ini, kamu mau mati cepat atau lambat?" tanya Putri.
"Aku tidak tahu. Terserah kau saja" jawab Raisa.
"Raisa sayang. Kenapa? kamu takut ya? tenang saja ok. Rasanya tidak akan menyakitkan. Dan, setelah kamu meninggal, kamu akan tinggal di danau ini ok." ujar Putri.
"Kalau begitu aku mau kau pergi saja dari sini bocah keparat! Toh aku masih bisa jalan pake tangan." jawab Raisa kasar
"Ututututu... jangan bilang gitu dong. Kamu pasti ngga siap buat 5 menit ke depan kan? Aku pakai cara cepat saja. Ucapkan salam kenal pada tuan Senapan ini." ucap Putri.
.....
Dor! Peluru menembus kepala Raisa. Putri mengambil ponsel Raisa dari sakunya. Ia mengambil baterainya dan membuangnya ke tempat sampah. Ia membuang ponselnya ke Danau. Setelah itu ia membuang jasad Raisa ke Danau.
"Selamat tinggal pengacau. Kali ini aku akan membuat kebaikan di sekolah secara keseluruhan yang merupakan hakku yang kau ambil selama ini." ujar Putri.
.....
"Ok saya absen ya! Putri!" tanya guru
"Hadir Pak!" jawab Putri
"Raisa?" absen guru
Seluruh kelas hanya terdiam.
'Haha dia toh gak bakal keluar. Liat aja, aku akan menjadi anak yang paling jadi teladan di sekolah.' ucap Putri.
"Miki, kamu tahu kemana Raisa? sudah seminggu nggak sekolah. Biasanya paling rajin." tanya guru.
"Saya kurang tahu pak. Saya juga pangling, lihat Raisa sudah tidak ada sekitar seminggu." jawab Miki.
.....
Hari ini, akan menjadi hariku. Aku akan memulai semuanya dari nol untuk menjadi murid teladan. Lihat baik baik.
"Halo Miki! mau kemana?" tanya Putri
"Ke UKS, Rian sakit tuh." jawab Miki
"Sakit apa?" tanya Putri
"Pokoknya kakinya sakit. Aku harus nolongin" jawab Miki
"Aku ikut. Aku lumayan tahu perkara pijit pijit." pinta Putri.
.....
"Eh Rian. Sini sini aku pijitin kasihan banget." ujar Putri
"Posisinya melintir gitu yan. Kayaknya kakimu patah, habis ngapain sih kamu?" tanya Miki
"Tadi jatuh di lapangan AAAHH!! Sakit banget, AAHH!!!" jawab Rian sambil meronta.
"Rian... aku pijitin biar sembuh." ujar Putri.
.......
Kondisi kaki Rian makin buruk. Dokter mengatakan kalau tidak boleh dipijat. Tapi terlanjur, posisi kaki Rian menjadi tak karuan.
"Semua itu salah kamu Put!" teriak Rian
"Kan aku ngga tau Rian" jawab Putri
"Kakiku ini bisa sembuh sekitar 5 bulan, tapi gara gara kamu pijat aku harus pake gips satu semester tau ga!" bentak Rian
"Ampun yan, maaf" pinta Putri minta maaf.
Suasana hati Putri setelah membunuh Raisa semakin gelisah karena merasa sial. Makin hari Putri dirundung rasa bersalah dari orang orang yang hendak ia bantu. Putri mulai menjauh dari dunia dan menjadi lebih pendiam serta ia merasa takut bila bertemu setiap orang.