"Satria! Kamu ini gimana sih?! Masa ulangan dapet 64?! Ayah susah susah nyekolahin kamu kalo hasilnya kayak gini, kamu mau jadi apa?!" teriak Ayah Satria.
"Iya yah. Maaf, Satria belum bisa bikin Ayah bangga. Satria habis ini mau belajar buat remidi." jawab Satria.
"Yaudah Satria, belajar yang rajin ya nak. Maafin Ayah ya nak, tadi habis bentak bentak. Sini ibu ajarin belajarnya." ucap Ibu Satria halus.
"Iya bu." jawab Satria.
.....
"Ayah.. anaknya jangan dibentak dong. Kasihan tuh. Dia makin down. Habis ulangannya dapet jelek, dia makin down kalo dibentak kayak gitu." keluh Ibu
"Ya kan kalo nggak dibentak bakal kendor belajarnya. Ibu jangan terlalu halus dong bu. Nanti Satria malah manja." jawab Ayah
"Ya ngga gitu yah. Kalo dia down, belajarnya entar makin malas." bantah Ibu
"Yaudah deh, terserah ibu. Sekarang masalah pendidikan, ibu yang tanggung gimana?" tawar Ayah
"Ngga maulah yah! Kan kita harus ngadepinnya bareng. Kita kan satu keluarga." jawab Ibu
"Kalo gitu pake caraku. Ayah ngga mau belajarnya kendor. Ntah gimana caranya." jawab Ayah.
"OK deh, ibu akan sedikit keras ngajarnya." jawab Ibu
.....
( Di sekolah )
"Heyheyyy.... Satria! Mana uangmu! Lewat sini tuh bayar!" ucap seorang Murid
"Ngga mau, emang kalian siapa?!" jawab Satria
"Ahaha! Dia mau babak belur bos!" jawab seorang teman Murid itu
"Hajar Bos!" tambah seorang temannya lagi
...
"Satria, mata kamu kok ungu? Dipukul sama siapa?" tanya seorang teman dari Satria, Theo.
"Ah udah deh, biarin aja. Ini masalahku. Kalo aku jawab, masalahnya akan lebih rumit." jawab Satria.
"Mmm.... ok, aku ambilin obat dari UKS aja ya." ujar Theo
"Iya makasih" jawab Satria.
.....
Aku merasa, dunia tidak adil. Rasanya, apa hanya aku yang memiliki kesalahan. Nilai itu, pasti aku sedang sial. Lalu, di kantin, mungkin juga sedang sial saja. Tapi apa ada kesialan berkelanjutan. Aku tidak mau sial terus seperti ini. Tapi aku harus apa? Aku tidak mau dipanggil anak sial.
Aku ingin segalanya berjalan seperti biasa. Dunia seharusnya mendukung orang sepertiku ini. Bukannya malah menyeret semangatku ini. Tapi apa boleh buat? Aku tidak bisa memaksakan ini semua. Sudahlah, aku ingin istirahat sebentar.
