Miss You pt 2

4 0 0
                                        

Suatu hari, Widya dan RIzki merencanakan untuk berlibur. Mereka ingin pergi berlibur ke gunung. Mereka berpikir, naik ke puncak dan menangkap momen Sunrise akan terasa sangat menyenangkan. Mereka juga sudah menyewa mobil beserta supirnya.

(21.00)

"Halo Widya." panggil Rizki

"Eh Rizki, duduk Ki." balas Widya

"Makasih Wid, jadi kita siap kan naik ke puncak?" tanya Rizki

"Iya Ki. Aku udah ngehubungin sopir biar bisa naik ke puncak" jawab Widya

"Ok, kita tunggu sopirnya dateng" ucap Rizki

.....

(22.00)

"Ah sopirnya dateng, halo mas." panggil Rizki

"Halo mas, mbak. Ini kita langsung atau basa basi dulu?" tanya Sopir

"Langsung aja mas. Biar bisa dapet sunrisenya" jawab Widya

"OK" jawab Sopir

....

(23 .45)

"Mas, mohon maaf, kita sudah tidak boleh naik kendaraan lagi" ujar Pak Sopir

"Lho, kenapa?" tanya Rizki

"Sudah jadi peraturan kalo dari pos sini gak boleh naik kendaraan." jawab Sopir

"Oh, makasih ya pak. Kalo gitu kita jalan aja dari sini." ucap Widya

"Iya mbak. Mohon maaf saya nggak ikut naik ya, saya juga ngantuk berat mbak." jelas Sopir.

"Iya deh pak. Kalo ntar udah pagi, saya bangunin ya" celetuk Rizki

"Ahaha.. Iya mas. Siap" jawab Sopir.

....

"Udah bawa senter?" tanya Rizki

"Bawa" jawab Widya

"Pisau lipat?" Tanya Rizki

"bawa" jawab Widya

"Semua persiapan ok kan?" tanya Rizki sekali lagi

"Iya Rizkiiii...." jawab Widya

"Ok, kita berangkat." ucap Rizki bersemangat.

.....

(00.25)

"Rizki, aku kangen Fian, aku harus pergi" ucap Widya

"Pergi? Kita kan mau ke puncak. Bukannya ke Fian" jawab Rizki

"Aku mau nyusul Fian" ujar Widya

"Ga paham deh Wid. Loe ngomong apaan sih? loe laper?" tanya Rizki

"Fian sayang. Tunggu sebentar yaa.." ucap Widya

"Loe halu?" tanya Rizki lagi

"(ngambil pisau lipat) tunggu sebentar sayang. Aku akan kesana" ucap Widya

"Eh loe ngapain wid?" tanya Rizki

"Kamu mau ikut juga Ki? iya kan? kamu kangen Fian kan ki?" tanya Widya

"Aargghh ini kenapa sih? loe kesurupan apa gimana sih?" ucap Rizki kesal

'Ayo Wid ikut aku. Ikut aku Wid, jangan dengarkan dia' ajak Fian

"Iya ian, tunggu sebentar. Aku mulai melangkah" jawab Widya

'Ya, seperti itu, bagus. Perlahan lahan saja. Jangan terlalu cepat' ucap Fian

"(nampar punggung) Woy loe kenapa sih?!" ucap Rizki

"Sayang, ada yang menahan langkahku." ujar Widya

'Ajak saja dia bersama kita. Aku yakin dia akan bahagia bersama kita.' jawab Fian

"Baiklah" ucap Widya

Tanpa sadar, Widya menikam Rizki. Darah mulai bercucuran.

"Lihat sayang? Dia menerima undangannya" ucap Widya

'Selamat datang teman lama.' ucap Fian

'Tunggu dulu, gue dimana? Ini kok gue nggak napak?!' tanya Rizki

'Tenang teman. Kita akan berpesta setelah ini. Merayakan rasa rindu karena tak jumpa' ucap Fian

"Tunggu sebentar sayang. Aku akan kesana" ujar Widya

Widya menusukkan leher dengan pisau lipatnya. Darah keluar bagai air kran yang dibuka lebar.

'Sekarang kita bersama lagi' ucap Fian

'Eh, emak gue entar gimana nih?!' kata Rizki

'Tenang aja Ki. Semua pasti akan ada solusinya' jawab Widya

'Nggak gitunya. Gue seneng kalian bisa ketemu lagi kayak sekarang. Tapi gue masih woeeee' ujar Rizki.

'Sayangnya kamu gak bisa balik ya Ki. Kita kalo udah di sini, kita gak bisa balik.' jelas Fian.

'Sial banget. Padahal gue masih mau hidup' ujar Rizki.

'Tenang aja Ki, di sini gak terlalu buruk kok. Ayo keliling.' ujar Fian.

....




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just A Text (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang