2. Aiko: Lelaki Terbaik🐾

116 14 3
                                    

Jika saja iman dapat kubeli, akan kubeli sebanyak-banyaknya, dan akan kubagikan kepada mereka.
-Aiko Fidelya Engrasia-
-Istri Yang Dirindukan-
___

Gemercik hujan atas genting seraya berlagu, angin semeliyir mengahadang awan berlaju. Daun bersih hijau cerah pembawa sahdu. Pagi cerah tak terbelanggu.

Waktu subuh adalah waktu yang menyehatkan, angin malam yang menusuk kedalam jiwa. Seakan pembatas iman dan taqwa.

Subuh adalah waktu yang sempurna, karena udara subuh belum tercampur oleh orang munafik yang tidak melaksanakan shalat subuh.

Sudah biasa, bangun pagi. Nyuci baju sudah menjadi kebiasaan sebelum pergi sekolah. Karena aku tidak ingin terus menyusahkan ibu.

Bagaimanapun, surgaku masih berada dibawah telapak kakinya. Sebelum akad terucapkan.

Kalian pernah dengar cerita Juraij? Cerita yang begitu menusuk jiwa. Seorang ahli ibadah, yang sangat dihormati dengan ketaatannya tersebut.

Tapi tidak ada apa-apanya jika ilmu tersebut tidak diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari. Untuk apa mencari ilmu bahkan keujung duniapun jika tidak diamalkan untuk apa?

Kita tahu? Pacaran hukumnya haram. Tapi masih aja dilakukan. Kan heran. Astagfirullah.

"Adell, temenmu udah dateng, bukannya kemaren minta berangkat bareng Arkan bukan?" panggil mama

"Iya Ma, bentar."

Mungkin belum berpihak, lain kali aku ceritakan.

Kemarin Aira bilang kalau motor mau dipake ke sekolah soalnya nanti ada kegiatan diluar sekolah.

Memang dia masih kelas kelas 11 SMA. Dan pada kelas tersebut ia mulai sibuk dengan tugas-tugasnya.

Mama menelpon Arkan, untuk menjemputku. Meski aku tidak memintanya.

Arkan, memang orang yang baik, sudah dewasa dan berwawasan tinggi. Lagian pula jika aku menolak perkataan mama, aku malu. Aku bekerja disekolahan milik orang tuanya.

Bukan hanya baik saja, dia masih jomblo. Insha Allah istiqomah. Aamiin.
Dia selalu bilang. "Kudel, jangan lupa shalat dan baca Al-Quran."

Satu lagi. Kadang nyebelin malah nyebelin banget.

"Adell, Arkan udah nunggu diluar!" tegas mama.

"I-iyah Ma, sebentar."

"Adel, hati-hati ya. Arkan, mama minta tolong jaga Adel ya Nak," ucap mama.

"Iyah Ma. Assalamualaikum.."

"Walaikumsalam."

Arkan menyetir mobil, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, bahkan dari diriku. Aku duduk tepat disampingnya yang menyetir mobil.

"Kudel, kok diem aja sih? Enggak kayak biasanya!" herannya.

"Kebiasaan, nama aku itu Aiko Fidelya Engrasia, dipanggil Adel bukan Kudel apalagi prekedel," acuhku.

"Iya aku tau itu, tapi nama kamu itu terlalu bagus untuk dirimu! Kudel! Haha."

"Arkan jahat! Nanti Adel bilangin ke mama! Kalo Arkan enggak bisa jaga Adel! Biar Arkan dimarahin sama mama!" tak sengaja aku mencubit tangannya yang menyetir mobil.

Istri Yang DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang