Upacara Nasionalisme

5 1 0
                                    

Hari ini adalah hari senin, hari yang membuat setiap pelajar bersemangat. Para siswa bersiap mengenakan serangam mereka dengan lengkap. Dasi menjulur dari leher hingga perut, topi mereka bak tanda bahwa mereka sekolah. Mereka disambut guru dengan senyuman tulus. Para siswa sangat semangat menuntut ilmu dihari senin yang cerah ini. Tapi itu hanyalah wacana belaka yang dikeluarkan mentri. Dan inilah true story.

Hari ini adalah hari senin, hari paling menyebalkan bagi setiap pelajar. Para siswa dengan malas bersiap untuk menuju neraka sambil sesekali menguap. Dasi mencekik mereka sampai atas perut, topi hanya sebagai pelindung panas. Mereka bersiap untuk mengahapi pemeriksaan ganas dari para guru. Para siswa menundukan kepala karena terlalu malas dihari penuh cobaan ini.

Tak terkecuali bagi Ferry yang bertekat untuk berangkat lebih awal. Namun pada kenyataannya Dia masih tertidur.

Di! Di! Di! (alaram HP Ferry berdering)

Ferry terbangun perlahan dengan malas dia mencoba meraih HP nya. Dia bangun dengan rambut yang berantakan disana sini. Sesekali menguap malas Dia melihat layar HP nya dengan mata yang masih redup. Jam di HP nya menunjukan angka 07.00.

"howamhh, masih pagi. Hari senin ya?" Toni menguap malas.

Toni lalu beranjak dari kamarnya, berjalan menuju kamar mandi dengan malas. Dia melihat ibunya masih sibuk memasak, dia ingin menyapa tapi terlalu malas untuk melakukannya.

Ferry membasuh wajahnya yang penuh kotoran. Ferry membuka keran wastafel dengan pelan. Namun yang terjadi shower diatasnya mengekuarkan air yang sangat banyak. Ternyata Ferry salah membuka keran. Karena terlanjur Dia melanjutkan dengan mandi tanpa melepas pakaiannya.

"semalam gua gak bisa tidur, gara gara mereka misi gua gak selesai selesai, tapi yang paling parah, kenapa ya tadi malam kamar gue horor banget"

Ferry membatin dengan penuh eluhan sembari membersihkan tubuhnya.

Entah mengapa setelah mandi Ferry masih terlihat lemas. Saat mandi, makan, bersalaman dengan ibunya,Ferry terlihat sangat malas.

"Ferry kenapa ya?" batin Ibu Ferry melihat anaknya berangkat kesekolah.

Hari ini Nina pergi bersama ibunya kerumah neneknya, itu yang dikatakannya. Jadi hari ini Ferry dapat berangkat lebih santai tanpa memikirkan untuk menjemputnya.

Beberapa menit berlalu. Lingkungan sekolah Ferry sudah dipadati para siswa. Saat sampai gerbang sekolah Ferry melihat antrian yang cukup panjang. Entah apa yang menunggunya Ferry terlalu malas untuk mencari tahu. Dia bergabung dalam antrian tersebut, sepertinya sangatlah penting. Bisa dilihat dia yang terakhir dari antrian tersebut.

Jam sudah menunjukan pukul 07.30, beberapa menit lagi bel masuk berbunyi. Tetapi antrian yang terlihat masih begitu panjang. Ferry tidak yakin waktunya akan tepat. Tapi pasti ada sebab timbulnya antrian berkepanjangan ini.

Beberapa menit berlalu sejak itu. Digerbang terlihat para guru, dan Ferry akhirnya paham apa penyebab antrian ini. Yaitu pak dermawan yang rutin mengecek kelengkapan siswa. Hanya berjarak 5 orang antara Ferry dengan beliau. Ferry segera tersadar dan mengecek semua atributnya.

Dasi, Topi, sabuk, sepatu. Ferry mengecek semuanya tak terkecuali. "sip, aku sudah lengkap" batin Ferry lega.

Ferry sangat yakin Dia berhasil masuk sekolah dengan aman dan damai. Kini gilirannya memasuki sekolah, saat satu langkah Ferry mengeluarkan ekspresi sombong dan bangga. Tapi...

Jgreek...

Pintu gerbang tertutup, padahal tinggal beberapa jangkah lagi. Jam terlihat menunjukan pukul 07.45. Dari dalam sekolah terdengar tanda bel pertama pelajaran.

 Tolol Lebih dari TololTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang