let's give this crazy girl a wish

373 62 2
                                    

Tak lama Chanyeol dan Seulgi sudah duduk di sebuah meja di luar kafe, menyeruput minuman soda dan beberapa potong sosis juga kentang, lalu memandangi orang-orang yang berlalu lalang di hadapan mereka.

“Ya, apa kau tidak sadar bahwa kita belum mengetahui nama satu sama lain?” tanya Chanyeol sambil menyuapi mulutnya dengan satu potong sosis yang cukup besar, membuat mulutnya kini disesaki sosis itu.

Seulgi yang sibuk mengaduk-aduk minuman sodanya dengan pipet mendongak. “Hm, iya, benar juga. Apa kau berniat menggodaku?” tanyanya sambil tertawa.

Chanyeol mengernyit. “Menggodamu?”

Seulgi mengangguk, “iya, kau ingin mengetahui namaku, kan? Bukankah itu hal yang biasanya pria lakukan jika dia tertarik pada seorang gadis yang baru dia kenali?”

“Ah” Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tapi bukan itu maksudku, bodoh. Bukankah rasanya sangat aneh jika kita menghabiskan waktu bersama tapi tidak mengetahui nama kita satu sama lain?”

“Hm, aku rasa juga begitu.”

Keduanya terdiam cukup lama. Terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Chanyeol melirik Seulgi dari sudut matanya sambil terus menyuapi mulutnya dengan potongan-potongan kentang dan sosis itu. Dan tiba-tiba saja hatinya membisikkan sesuatu yang menyesakkan dan membangunkan Chanyeol dari sesuatu yang tidak dia sadari.

Seharusnya Eunji yang sedang bersamaku sekarang. Bukan gadis asing ini, batinnya.

***

            Seulgi menurut saja begitu Chanyeol menarik tangannya dan menaiki metro. Ketika mereka keluar dari stasiun, dengan mata berkerjap diterpa sinar matahari siang, mata Seulgi langsung terarah ke menara kembar katedral Gothik itu, yang menjulang kearah langit musim gugur yang biru.

“Ini Notre Dame,” kata Chanyeol sambil tersenyum.

Seulgi mengangguk. “Sarat akan sejarah,” komentarnya, masih terpaku memandangi bangunan itu.

“Ayo, kita kesana!” seru Chanyeol lalu menggamit tangan Seulgi.

Untuk beberapa lama mereka berjalan-jalan di kebun-kebun yang mengelilingi katedral tanpa banyak bicara. Hanya berada di sana, dengan angin sepoi segar yang sejuk berembus dari sungai Seine, dan celoteh turis dalam berbagai bahasa di sekelilingnya.

Keduanya lalu menaiki ratusan anak tangga ke menara lonceng. Kebetulan tidak ada orang lain di atas sana kecuali seorang karyawan, sehingga tempat itu jadi terasa seperti tempat peristirahatan pribadi di tengah kota yang ramai.

“Ya, apa yang kau lakukan?” tanya Seulgi ketika melihat Chanyeol berbaring di atas rumput hijau sambil menengadah memandang langit.

“Coba saja, rasanya menyenangkan,” kata Chanyeol.

Seulgi mengangguk lalu ikut berbaring di sampingnya. Keduanya menatap langit biru yang kini mulai didominasi dengan sapuan jingga khas sore hari.

“Menurutmu, apakah langit Paris akan terlihat sama seperti ini jika kita melihatnya dari Korea?” tanya Seulgi tiba-tiba.

“Kenapa? Kau merindukan Korea?”

Seulgi terkekeh lalu menjawab, “Sedikit. Kau sendiri bagaimana?”

“Sedikit.”

Hening.

Seulgi diam-diam melirik Chanyeol dari sudut matanya. Raut pemuda itu terlihat sangat serius. Entah kenapa, Seulgi merasa bahagia dengan takdir Tuhan yang mempertemukannya dengan Chanyeol. Setidaknya, Chanyeol membuat masalah-masalah Seulgi terasa agak lebih kecil.

HELLO STRANGER - Chanyeol Seulgi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang