6. Perisai cantik Isabella

149 6 0
                                    

"Aku mencintainya, Arthur." Gadis itu mengatakannya lirih.

Membuat Bella ingin membunuhnya. Rasa yang bergejolak ini belum pernah dirasakan sebelumnya. Pernyataan itu membangkitkan naluri untuk menghabisi dan melemparnya ke Mox. Dia siapa? Mata Bella tak berkedip barang sebentar, lembut menatapnya. Bibir tipisnya tak bergerak, malas menimpalinya.

James meremas tangan Bella, dia menariknya lembut. Menghentikan hasratnya. Bella menoleh, wajah James mengurungkan niat Bella. Tatapan mata menenangkan James. Lelaki abadi yang sungguh menghipnotis kesakitannya. Bella menjauh, gadis itu masih memandangnya remeh.

"Bukan urusanku." Balas Bella.

Gadis itu berlari menyentuh pundak Bella, James mundur beberapa langkah. Bella tak bergeming. Acuh. Gadis itu mendekatkan bibirnya ke bagian belakang rambut Bella. Wanginya membuat Lyra merinding, tak ingin melepas kenikmatan yang dirasakan indra penciumannya. Wangi seperti bunga Jasmine di musim panas, meronta ingin selalu dinikmati. Lyra menekan keras pundak kanan Bella, seolah menekan. Tak berasa nyaris gemetar. Tangannya mulai kaku karena dingin, namun Lyra bersikeras tetap menyentuhnya. Bella seperti gunung es, diam dalam satu titik tak bergeming namun pikirannya memutar keras. Memahami situasi manusia fana yang menyudutkannya. Diapun tak mau mengerti dengan apa yang dirasakan olehnya. Tak penting buatnya. Namun, rasa panas di dadanya mendorongnya untuk bergejolak. Pertahannya perlahan mulai retak sedikit demi sedikit, pasti. Bella tak ingin perisai magicnya bersinar disituasi seperti sekarang ini. Mereka nanti akan melihatnya. Kegelisahannya, Bella maju beberapa langkah.

"Aku benar mencintainya, makhluk kotor sepertimu tidak pantas menerima cinta Arthur..."

Terngiang jelas, Bella masih diam. Dia membiarkan pikiran liar gadis yang mencacinya karena Arthur. Bella tersenyum tipis, James mengamati. James mendorong tubuh gadis itu hingga melayang dan menangkapnya supaya tak terjatuh. Lihai sekali. James membalas pandangan gadis gila ini. Dia berbeda, dia bukan manusia biasa. Tapi apa? James penasaran. Dengan cepat James tak menyentuhnya dan kembali berdiri disamping Bella. Bella masih membelakangi gadis gila itu.

"Namaku Lyra, kamu bisa menyimpannya di otak mayatmu."

Bella berbalik, tersenyum jijik dan menghilang di kegelapan malam. James menyusulnya. Bella melesat seperti kilatan cahaya, James berusaha mengimbanginya. Aura cantiknya keluar, warna keunguan khas keluarga Mouthuis. Perisai Mouthuis yang unik dan hanya dimiliki oleh Isabella Red Mouthuis. Perisai yang akan muncul saat dirinya benar - benar frustasi. James masih mengamatinya dari belakang, sengaja tak menanyakannya. James berdehem, namun Bella tak menghiraukannya. Mereka terbang hingga sampai di kota Roma. Di rumah megah Bella. Bella segera berbaring di ranjang emasnya. Berpura menutup mata, kedua tangannya rapat di atas perut rampingnya dan seolah bernafas. James mengerti dan memilih kembali ke kota Zion.

Perisai Bella belum menghilang. Sudah ratusan tahun nyaris tidak bercahaya namun malam ini keluar tanpa ada keinginan sang pemilik. Bella merasakan kehadiran dan kepergian James. Membiarkannya. Bella masih memikirkan ucapan gadis sinting yang ditemuinya. Membayangkan tatapannya yang mampu menangkis magic Bella. Hanya beberapa detik saja kekuatannya berlaku untuk gadis itu. Masih tak mau hilang, perisainya makin terang hingga tuan Mouthuis menghampirinya.

"Ada apa Bells?" Tanyanya.

Bella tak bersuara.

"Ayah harap bukan karena urusan manusia. Jika jawabannya seperti yang Ayah maksud, maka akan Ayah bersihkan."

Mata Bella terbuka seketika, dia melihatnya. Sepasang mata Mouthuis yang memerah geram. Ayahnya sangat tidak menyukai putrinya mengalami kegelisahan hingga perisai magicnya tampak. Perisainya menandakan bahwa Bella dalam kondisi yang sangat lemah. Karena hal itu dia bisa menjadi mangsa vampir Falcon atau vampir Dimitri. Tuan Mouthuis menarik tangan kiri anaknya, membuatnya jatuh ke pelukannya. Mengelus lembut rambut putri tunggalnya.

"Hentikan Bells, mereka tak layak membuatmu hingga segelisah ini."

Bella masih tidak bersua, mulutnya seperti dikunci pakai gembok lem. Kokoh.

"James, akan melindungimu."

Tuan Mouthuis melepas pelukannya dan meninggalkan Bella sendiri. Ruang hampa udara berselimutkan kegundahan. Aromanya bisa tercium dari jarak yang paling jauh sekalipun. Dalam endusan para vampir.

Hening seketika. Yang terdengar hanya tetesan darah yang berasal dari pergelangan tangan Lyra. Lyra berdiri sambil merasakan perihnya. Malam pekat semakin lengkap. Dua sosok keluarga Barbosa tengah dirundung prolog. Lyra dan Steffan Barbosa.

"Kau sudah hilang akal?Apa itu sakit?"

Lyra terkejut.

Steffan, sejak kapan dia di sini? Dalam hati Lyra bertanya.

Steffan mendekatinya. Amarah terpendam, ingin sekali menerkam Lyra yang sudah kelewat batas. Dia akan mengancam keberadaannya. Steffan memeluk Lyra, mengambil nafas panjang dan mengecup kepala Lyra. Steffan menyobek kain kemejanya dan membebat luka terbuka di pergelangan tangan Lyra.

"Bijaklah gadis kecilku. Kau akan membuat Arthur kecewa."

Lyra memalingkan wajahnya. Raut wajah penuh amarah karena wanita yang dicintai Arthur benar - benar luar biasa. Dia menyadari betapa memukau dan bersinarnya seorang Mouthuis. Begitu gemerlap dan membuai. Meski dengan kondisi lapar, Bella tetap memukau. Memikat dengan syahdu. Cantik.

"Kau melihatnya kak? Isabella Mouthuis, dia begitu.." Belum selesai Lyra menyelesaikan kalimatnya.

James muncul begitu saja di depannya. James masih penasaran, reaksi Steffan berlebihan akan kedatangan James. Lyra tidak terkejut, dia mendekati es yang tengah menghampirinya.

"Kau sangat frustasi?Aku tau itu. Kau bertanya - tanya siapa aku? Makhluk apa aku? Iya kan?" Perkataan sinis Lyra.

James mengamati gerakannya, dia teguh. Lyra memainkan pikiran James. Masih sangat dangkal untuk menyelaminya.

James berdiam diri, dikepalnya tangannya karena merasa belum bisa menemukan jawaban. Tak terlihat, James begitu anggun berdiri. Bibirnya yang menawan bergumam sepi, hanya angin yang tau apa yang diucapkannya.

Senyumnya merebak, mulai tenang layaknya vampir Falcon pada umumnya. James menoleh lelaki yang berdiri di samping Lyra. Menatapnya remeh temeh. Dia mengenalinya, Steffan Barbosa bloody Sarah Collis.

" Kau ingin tau James Falcon? Aku tau segalanya tentang klan kotormu." Kali ini senyuman penghinaan digambarkan oleh Lyra.

===nitakurnia===

Queen of Vampire ( Isabella) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang