28. Hasrat

70 4 0
                                    

Lyra masih mencengkram leher hangat Jack, menekannya hingga nyaris nafas bloody-nya lenyap. Namun, tawa Jack terus saja menghina dan menggerogotinya.

Tangan kiri Jack meremas pinggang Lyra. Menyentuhnya pelan. Lyra meliriknya, membiarkan. Mencoba mendalami isi pikirannya. Menghirup aroma bloody yang disuguhkan. Ia rindu ekstrak bloody yang selalu memuaskan hasratnya.

"Lepaskan dia adikku." Perintah Steffan. Ia muncul di balik kegelapan. Senyum tampannya membuat Lyra muak. Dengan cepat Lyra membuang tubuh Jack, menghempaskannya begitu saja. Lalu ia berbalik, berjalan ke arah Steffan. Kemarahan yang tak mampu dibendungnya lagi. Ulah sang kakak yang haus akan kekuasaan.

"Tidak kah kau merasa jijik?" Ucap Lyra dengan wajah serius. Tatapannya tajam. Matanya tak ia palingkan. Lurus menatap kedua mata Steffan.

Steffan hanya tersenyum, ia membuka kedua tangan lebarnya.
"Kemarilah adikku sayang, aku sangat merindukanmu." Kalimatnya lembut.

Lyra lalu memeluk kakaknya hangat. Melepas rasa rindu yang tertahan.
"Kau baik - baik saja?" Tanya Steffan.
Lyra menggangguk. Matanya nyaris berlinang air mata.
"Lupakan semua. Dia tidak pantas menerima cintamu."
"Aku mencintainya." Jawab Lyra jelas.

Steffan menghela nafas panjang. Ia merasa ada hantaman benda besar di dada bidangnya. Melihat adik kesayangannya terlalu berharap akan cintanya. Ia mengelus rambut Lyra, mengecupnya.

Lyra melepas pelukannya. Ia masih melihat mata kakaknya.
"Apakah dia memperlakukanmu dengan baik?"
Steffan kembali tersenyum.
"Dia mencintaiku."
Lyra akhirnya ikut tersenyum.

Jack terkapar, ia kesakitan namun mampu menahannya. Ia mulai duduk, lalu perlahan berdiri. Sedikit pusing.

"Dia benar - benar keterlaluan." Sambil menunjuk kearah Lyra.
"Dia memang sekeras ini. Sangat mengagumkan." Mengamati wajah cantik adiknya.
"Aku ingin sekali mengekstraknya kak." Steffan tertawa lepas.
"Kau gila!" Jawab Jack.

Ayo, kita pulang.

Sarah telah menantikannya. Ia duduk di singgasana istana klan Dimitri. Anggun. Cantik. Seperti saat pertama Lyra bertemu dengannya. Steffan mendekatinya, mencium tangannya, mengecup kepalanya. Lyra membuang muka, ia merasa mual.
Steffan berbisik, nyaris tidak terdengar isi dari kalimatnya. Dipasangnya telinga Lyra lebar - lebar. Niat menguping. Namun, tidak ada bocoran apapun yang masuk ke indera pendengarannya.
"Apa yang kalian bicarakan?"
Steffan mengangkat tangannya. Mengisyaratkan Lyra untuk diam sejenak.
"Kau!" Bentak Jack, pelan.
"Jangan ikut campur urusanku." Gumam Lyra sambil kembali menatap kegiatan yang Steffan lakukan.
Jack meringis, ia sangat tidak suka dengan sikapnya. Lyra acuh, namun mengamati.

Sarah kemudian melihatnya. Mata mereka kembali bertemu. Wangi tubuh Lyra tidak biasa. Ada aroma James yang melekat. Sarah terusik. Jiwa vampire-nya terasa seperti dicabik. Seolah menarik nafas, ia menciumnya dengan hidung vampire-nya.

"Kau merasakannya." Hina Lyra.
"Lyra!" Suara Steffan sedikit meninggi.

Lyra tertawa lepas, ia sangat menyukainya. Meremehkan Sarah Collis. Meskipun ada jalinan antara keduanya, itu tidak mengusik cara Lyra memperlakukannya.

"Dia memang Barbossa." Ucap Sarah pelan.
Lyra terdiam. Ia maju beberapa langkah.

"Apa maumu?" Tanyanya.

Sarah berdiri dengan cepat, kemudian telah berada di depan Lyra. Matanya sangat tajam menembus pikiran Lyra.

"Dirimu." Bisik Sarah ke telinga kirinya sambil memejamkan mata merasakan aroma James.

"Kau gila? Aku akan tunduk padamu?"

Sarah mengangkat tubuh Lyra ke langit ruangan. Ia meremasnya kuat. Lyra mengerang.

"Aku tidak akan pernah menjadi budakmu!" Teriak Lyra.
"Kau harus!" Mata Sarah berubah merah.

***

"Tuan, dia menitipkan ini." Pelayan itu memberikan surat bertinta merah dengan logo klan Falcon.
James menerimanya, membukanya sebentar, membakarnya begitu saja.

"Sudah berapa lama ia pergi?" Tanya James.
"Sejak semalam. Ia juga memakai jubah tuan." Jelas pelayan tua.

James diam, ia berpikir. Memutar memorinya. Melihat sekelabat kelakuan Lyra di seluruh sudut ruangan rumahnya. Baunya sangat jelas di hidungnya. Ia sengaja meninggalkannya.
Tiba - tiba James telah hilang, ia bergumul dengan pekatnya malam. Kali ini kota Roma bak asap hitam. Hanya bau tubuh mox berterbaran.

"Siapa yang melakukannya? Mox?" Tanyanya sendiri.
James lalu turun ke tengah kota. Suasana mencekam. Sekumpulan mox yang entah darimana asalnya telah mengerumuninya. Wajah meraka masih segar. Bercak darah mereka masih berusia sekitar 1 - 2 jam. Mereka memangsa siapa? Tanyanya dalam hati. Roma perlahan hancur. Kemana Vlad Vampire. Mengapa ada mox di sini? Tanyanya lagi.
James siap menghabisi mereka. Ia memasang kuda - kuda. Ia berlari sepersekian detik. Silih berganti mangambil jantung mox, mencabiknya, mengumpulkannya kemudian dengan sangat rapi membakarnya. James hanya butuh beberapa menit saja. Semua mox telah lenyap.

Tangannya berlumuran darah mox. Ia mencicipinya untuk mengetahui siapa penciptanya kali ini. James sedikit terkejut. Darah ini bukan berasal dari klannya. Klan Dimitri pelakunya. Sarah Collis. Wanita itu. Umpatnya dalam hati.

James berburu korban mox. Ia menyusuri tiap sudut kota. Ia menemukan jejak darah berwarna jingga keemasan. Seperti di seret, jejaknya hilang di sebuah bangunan lama pertemuan klan Falcon yang sudah tidak digunakan. Jiwa vampirenya yang kosong tertantang. Dengan sekejap mata James telah berada di dalamnya. Ia tidak terkejut sama sekali. Di sana telah berdiri Sarah Collis beserta Steffan Barbossa. Mereka memang menunggunya.
James mengamati sekelilingnya. Ia terusik dengan tetesan darah yang unik. Yang memiliki aroma seperti terapi, memilin hasratnya, meminta untuk diminumnya. Ia melihat kedua tangan Lyra terikat di aula super besar dengan luka menganga di bagian dada kirinya.
James menatap Steffan. Ia muak.

"Aku menunggumu." Sarah mendekati James. Bersandar di bagian belakang tubuh kekar James.
"Enyahlah sebelum aku membakarmu." Ucap James pelan.

Sarah tertawa lepas. Ia tidak takut sama sekali. Mata merahnya bersinar, ia telah menghabisi ratusan bloody dan membuat mox.
"James Falcon, kau memang kesukaanku."
"Jangan bermimpi." Jawab James, masih tenang.

Sarah kembali tertawa lepas, ia sangat menginginkannya. Pertarungan dengan James.

"Hentikan sebelum aku benar membunuhmu dengan pasanganmu itu." Sambil mengarahkan tatapan matanya ke arah Steffan.

"Dia bonekaku." Bisik Sarah sangat pelan sekali bahkan telinga manusia tidak akan bisa mendengarnya.

James menoleh Sarah. Senyuman liciknya sangat jelas di matanya.

"Lepaskan dia, maka aku akan melepaskanmu."
"Dia? Kau sudah gila. Dia adalah umpanku." Jawabnya tenang. Kemudian Sarah telah berada lagi di samping Steffan.

"Kau pergilah." Ucapnya kepada Steffan.
Lalu Sarah menghilangkan Steffan dan Lyra ke tempat lain dengan sekali pejaman matanya.

"Kau ingin bermain denganku, Collis?" Kali ini James sangat murka.
Sarah tersenyum sinis.
"Kemarilah sayang. Aku sudah menunggu pertarungan ini."
"Kau telah mengusikku." James mencoba meraih leher Sarah. Namun, dengan apik Sarah mampu menghindarinya. Mereka bertarung. Gumpalan asap hitam yang tengah menari di ruangan yang pekat. Sarah memeluk tubuh James. Menancapkan kuku beracunnya. James mengerang, ia kemudian mematahkan jari - jari Sarah. Membakarnya. Namun jari - jarinya kembali tumbuh. James terperangah. Ia melepaskan magicnya ke dalam pikiran Sarah. Ia menggeliat, berteriak kesakitan. Menusuk pikiran Sarah hingga kepalanya tak mampu menahannya. Namun tak berapa lama, Sarah berhasil menangkisnya, memutar kembali permainan. Ia terbang ke arah langit ruangan. Berpendar bagai lampu. James menutup matanya. Ia memusatkan pikirannya ke jantung Sarah. Ia ingin menghancurkannya.
"Kau hanya bermimpi James."
James membuka mata dan ia telah mencengkram jantungnya.
"Ingin hidup? Tunjukkan hasratmu padaku." Perkataan James menghentikan kesombongan Sarah.

===nitakurnia===

Queen of Vampire ( Isabella) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang