04. New Fact.

132 24 1
                                    

"Hhh.. lo tu udah pinter Ra. Ngapain pake ke tempat ginian segala sih?" Protes Daniel saat gue memaksanya untuk menemani gue ke toko buku.

"Halah, nggak usah protes!"

Yaps. Gue sama Daniel nggak jadi pulang, dan malah pergi ke tempat ini. Tempat yang sama sekali nggak cocok sama Daniel.

'Psikologi'

Jari telunjuk gue berhenti pada jajaran buku 'Psikologi' yang akhir-akhir ini menarik perhatian gue.

Daniel yang sedari tadi hanya berjalan di belakang gue pun ikut berhenti saat langkah gue tertahan di deretan buku yang nenyita perhatian gue itu.

"Udah dapet bukunya?" Tanyanya.

"Udah. Lo tunggu aja dulu di luar." Titah gue yang langsung di iyakan oleh Daniel.

Udah nggak heran gue. Daniel emang paling anti sama yang namanya buku. Mau nemenin gue ke tempat kaya gini aja gue rasa Daniel terpaksa harus menetang garis hidupnya. Wkwkwk.

Beralih dari Daniel. Gue kembali fokus pada jajaran buku 'Psikologi' di depan gue. Gue memilah buku-buku itu, sampai gue merasa cukup dengan 5 jenis buku 'Psikolog' yang sekarang udah ada di tangan gue.

Gue segera membawa buku-buku itu ke kasir dan membayar tagihannya.

"Niel?"

Kening gue refleks mengerut saat tak menemukan Daniel di dalam mobil.

"Kemana itu anak?"

Gue memasukan belanjaan buku gue ke dalam mobil, lalu beranjak mencari keberadaan Daniel.

"Aaaa!!"

Gue cukup terkejut saat indra pendengaran gue menangkap suara teriakan wanita tak jauh dari lokasi mobil Daniel di parkirkan.

Gue segera berlari ke sumber suara kisruh itu.

BUG

BUG

BUG

Mata gue membelak saat mendapati Daniel tengah menjadi pusat perhatian disana, bukan tanpa alasan, ia menjadi pusat perhatian karena sedang menghajar habis-habisan seorang pria yang sekarang ada di bawah kendalinya. Daniel menduduki pria itu dan terus menghajarnya dengan emosi.

"NIEL!!"

Gue segera menghampiri Daniel dan berusaha menarik Daniel agar berhenti menghajar pria itu.

Bukannya berhenti Daniel malah menepis tangan gue dengan kuat. Sampai gue terjatuh, tapi dia sama sekali tak peduli.

"DANIEL!!" Teriak gue dengan sangat keras.

Mendengar teriakan gue, aktivitas Daniel meninju pria itu langsung terhenti. Dia terdiam sejenak, sebelum akhirnya dia melepaskan cengkramannya pada pria itu dan langsung pergi dengan berlari.

Gue segera membantu pria yang menjadi sasaran Daniel tadi untuk berdiri. Gue meminta maaf padanya atas nama Daniel, lalu langsung bergegas mengejar Daniel.

Kecepatan lari gue perlahan melambat saat sosok Daniel sudah terlihat oleh indra penglihatan gue. Gue bahkan tak perlu berlari lagi sekarang, karena Daniel tidak berusaha melarikan diri dari gue lagi.

Dia tengah terduduk di ujung gang buntu yang ada di sebelah utara toko buku tadi.

"Niel.." lirih gue sembari terus berjalan mendekat ke arahnya.

Dia duduk dengan lutut yang menumpu kedua tangannya yang terlipat. Ia menyembunyikan wajahnya di sana.

"Niel?? Lo nggak papa kan?" Gue panik karena tangan Daniel sangat dingin saat gue memegangnya. Gue makin panik karena Daniel meringkukan tubuhnya dan tiba-tiba berteriak ketakutan.

I'm a Bipolar? | Daniel.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang