01. The Bastard-

187 29 8
                                    

Lee Han Gyul

Tut..  tut...

Sambungan telpon gue dimatikan secara sepihak.

Hwang Sungra, kenapa lo selalu kaya gini kalo menyangkut masalah Daniel?

Lo selalu bilang lo nggak ada apa-apa sama dia. Tapi sikap lo yang kaya gini nggak bisa di logika kan sama perkataan lo itu.

Drttt.. drttt..

Ayah 📞

Gue melirik jam dinding di sudut kamar.

01:00 am.

Mata gue menyipit menatap layar ponsel. Ngapain ayah nelpon jam segini?

"Hallo yah," Ucap gue dengan embel-embel 'Yah', beda dengan Daniel yang tidak pernah menyebutnya dengan sebutan itu.

"Han Gyul? Kamu di mana nak?" Tanyanya lembut.

"Di rumah yah. Kenapa yah telpon jam segini?" Tanya gue penasaran.

"Daniel di mana?"

Gue terdiam.

"Daniel.. Daniel udah tidur," Ucap gue dusta.

"Tidur? Kamu yakin dia tidur. Berandal itu pasti sedang buat masalah di luar sana."

Gue menunduk.

Berandal? Ayolah yah, Daniel itu juga anak ayah. Kenapa ayah selalu menyebutnya dengan sebutan keji itu.

"Nggak yah. Tadi Daniel emang keluar, tapi sekarang dia udah  tidur di kamarnya." Dusta gue lagi. 

"Ya udah. Ayah cuma mau mastiin dia nggak bikin masalah lagi. Ayah udah capek sama dia yang selalu bikin malu keluarga besar kita." Tuturnya.

"Ya udah, jaga diri di sana. Ayah mau tidur sekarang." Tutup ayah gue.

"Iya yah,"

Tut.. tut..

Gue tersenyum miris. Gimana bisa ayah sebut Daniel berandal? Apa ayah lupa? Daniel jadi kaya gitu karna dia di besarin pake kekerasan. Beda sama gue yang di besarin penuh dengan kelembutan, kasih sayang, tanpa kekerasan sedikitpun.

Dari kecil Daniel yang selalu di marahi, Daniel yang selalu di pukuli. Hampir setiap hari dia diperlakukan kaya gitu di rumah. Oh ya, gue lupa. Daniel nggak pernah nyebut itu rumah. Tapi penjara.

Bahkan gue masih inget. Pernah, waktu umur gue masih 9 tahun dan Daniel 10 tahun, Daniel di pukuli Ayah di depan gue karna gue jatuh di taman waktu gue lagi main sepeda sama Daniel. Jelas-jelas disana yang salah gue, bukan Daniel. Tapi Ayah nggak pernah mandang itu, buat Ayah ntah itu yang salah gue atau Daniel harus tetap Daniel yang kena imbasnya.

Iya, gue sebagai adik Daniel pun tau kalau Daniel yang sekarang emang nggak lebih dari seorang berandal yang kerjaannya selalu bikin masalah disana sini. Dia nggak pernah absen minum alkohol setiap harinya. Dia juga udah nggak asing sama yang namanya main cewek. Apapun dia lakukan buat hancurin jati dirinya sendiri.

Itu sebabnya gue nggak pernah manggil dia dengan sebutan 'kak' atau 'bang' walaupun dia abang gue sendiri. Gue selalu manggil dia dengan sebutan nama karna menurut gue nggak adil kita di sebut adek kakak tapi cuma Daniel aja yang menderita.

Drrtt.. drrt..

Gue menatap layar ponsel,

Hwang Sungra 📩

'Daniel aman sama gue Han, lo nggak usah khawatir.'

👟👟👟

Hwang Sungra

Gue kembali fokus ke Daniel setelah ngasih kabar ke Han Gyul kalo abangnya udah ada sama gue.

"Eih, lo pasti abis berantem lagi kan?" Gue bermonolog.

Gue udah nggak asing lagi sama wajah Daniel yang selalu babak belur tiap kali dateng ke apartement gue. Gue pengen marahin dia, tapi nggak bisa. Bagi gue Daniel ya Daniel. Apapun yang gue lakuin dia akan tetep jadi Daniel yang kaya gitu.

Dia nggak akan berubah kecuali ada keinginan dari dalam dirinya sendiri buat berubah.

"Loh, lo mau kemana? Katanya mau nyari Daniel." Tanya bang Chanyeol saat gue baru saja mengambil air es dari kulkas.

"Telat. Daniel udah ketemu." Jawab gue, sembari bergegas kembali ke kamar dengan handuk kecil dan sebaskom air es di tangan gue.

"Ketemu? Kapan lo nyarinya anjing?"

Gue refleks berhenti.

"Bisa nggak sih bang berhenti manggil gue anjing? Kalo gue anjing terus lo apa? BABI?!!" Ujar gue kesal. Kalo nggak di gituin kebiasaan ntar. Masa adeknya di panggil anjing.

"Santai aja kali Ra. Nggak usah ngegas juga."

Gue cuma diam dan kembali berjalan ke kamar gue.

Tapi langkah gue kembali terhenti mengingat ada sesuatu yang perlu bang Chanyeol kerjakan untuk gue.

"Bang,"

"Apa?"

"Ikut gue,"

Gue menarik paksa tangan bang Chanyeol sebelum dia menolak permintaam gue.

"Apaan sih Ra. Main narik-narik seenaknya, gue bukan kambing njing,"

Kan.. kumat lagi 'njing' nya.
Ah, bodo amat.

"Bantuin gue. Gantiin baju Daniel." Ucap gue menunjuk pandangan gue ke ranjang gue. Tempat Daniel berbaring tak sadarkan diri.

"Lah.. Daniel. Daniel kok bisa disini?"

"Alah udah. Nggak usah kebanyakan nanya. Cepetan gantiin bajunya."

"La mana bajunya?"

"Ya pinjemin baju lo lah bang. Masa ya mau gue pinjemin daster gue."

Kesel lama-lama punya abang kaya dia. Otaknya nggak jalan. Cuma chicken dinner doang isinya. Korban nyata Pubg.

"Ini anak abis alkohol berapa galon sih. Baunya sampek ke tulang." Cerocos bang Chanyeol saat akan mengganti baju Daniel.

"Udah, cepetan gantiin. Nggak usah banyak komen." Ucap gue yang masih bersandar di ambang pintu.

"Ya ini mau gue gantiin njing. Lo mau tetep disitu? Gue juga mau gantiin celananya."

Ah iya.
Ngapain gue masih disini goblok.

"Iy.. iyaudah. Ntar gantiinnya, tunggu gue keluar dulu." Ucap gue sambil nutupin mata gue.

-tbc-

Jangan lupa tekan 🌟 kalau menikmati ceritanya 😊

I'm a Bipolar? | Daniel.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang