"Serius amat. Makan dulu nih aaaaa..." Han Gyul menjejalkan snack yang baru saja ia beli itu ke mulut gue yang sedang sibuk membaca buku.
Beberapa detik gue masih merasa biasa aja, nggak ada sesuatu yang mengganjal.
But, beberapa menit kemudian...
Gue terhenti dari aktivitas gue membaca buku dan menatap Han Gyul yang duduk di depan gue sembari memakan sebungkus besar snack yang sama seperti snack yang di suapkan ke gue tadi.
"Han Gyul! Lo tadi nyuapin gue?" Tanya gue seolah baru terkena hipnotis. Nggak sadar.
"Iya, ngapa emang? Mau lagi?" Tanyanya masih dengan mengunyah snacknya.
"Goblok banget sih lo! Ini perpustakaan Han Gyuuul!"
"Ya terus?"
"Ya terus kenapa lo bawa makanan bego! Tuh liat, jelas-jelas ada peringatan nggak boleh bawa makanan." Ujar gue dengan menunjuk poster larangan di depan sana.
Mungkin kalau ini masih di area perpustakaan sekolah gue nggak perlu abisin tenaga buat marahin Han Gyul, karena apapun yang di lakuin dia di sekolah para guru dan juga staff udah nggak peduli lagi.
Mau dia maen drumband sambil salto di perpustakaan juga nggak bakal ada guru yang mau marahin dia. Percuma, karna Han Gyul nggak bakal dengerin omelan guru-guru di sekolah dan malah menutupi telinganya dengan headset yang hanya akan bikin semua guru geleng-geleng saat berhadapan dengan Han Gyul.
Tapi masalahnya sekarang bukan di sekolah. Ini di perpustakaan umum, dan ada penjaga yang selalu ngawasin walaupun ngawasinnya cuma di meja dekat pintu. Di tempat mencatat kalau ada yang mau meminjam buku.
"Halah, cuma tempelan doang gitu," Ujarnya dengan memandang remeh poster yang gue tunjuk.
"Ya tapi kan.."
"Ya tapi apa? Udah, makan aja nih aaa..." Han Gyul tak membiarkan gue menyelesaikan kalimat gue dan malah kembali menjejali mulut gue dengan snack rasa jagungnya.
"Lagian lo ngapain sih pake ngajakin gue ke perpustakaan segala. Orang ujiannya udah selesai juga," Ujarnya yang terpaksa menerima ajakan gue untuk menemani gue ke sini. Perpustakaan umum.
"Cerewet. Tinggal duduk diem di depan gue aja pake protes," ujar gue yang udah masa bodoh dia mau makan atau ngapain aja di depan gue.
"Ck, dasar." Sentilnya di jidat gue yang cuma mendapat respon pelototan dari gue.
"Psy-cho-lo-gy," Eja Han Gyul pada buku yang tengah gue baca.
"Perasaan akhir-akhir ini lo sering banget bacain buku kaya gituan. Lo mau jadi psikolog?" Tanyanya penasaran.
"Maybe," jawab gue seadanya. Karena gue masih fokus dengan buku bacaan gue.
Ujian udah selesai. Dan ini waktu yang bagus buat gue membaca buku-buku yang gue beli bersama Daniel waktu itu. Gue memilih perpustakaan karena rumah bukan tempat yang pas untuk bisa gue jadiin tempat membaca.
Di rumah gue cuma akan mendengar suara tembakan layaknya arena perang dengan suara super keras yang di timbulkan bluetooth speaker milik bang Chanyeol yang ia sambungkan untuk bermain game.
Sedangkan disini, walaupun ada Han Gyul yang nggak bisa diem setidaknya gue masih bisa lumayan fokus dengan semua buku bacaan gue. Psikologi.
"Berhubung lo lagi baca tentang psikologi, gue boleh nanya nggak?" Ujar Han Gyul yang membuat pandangan gue menjadi fokus ke arahnya.
"Tanya apa?"
"Daniel, mungkin lo baru pertama kali liat Daniel yang tiba-tiba berubah jadi aneh. Waktu lo panik terus nelpon gue pas Daniel abis ngehajar bapak-bapak di depan toko yang marahin anaknya."
"Tapi itu bukan hal yang awam lagi buat gue, karena Daniel emang sering berubah tiba-tiba kaya gitu kalau dirumah atau di bar." Lanjutnya kemudian.
"Lo.. lo serius?" Tanya gue nggak percaya.
"Dua rius malah. Awalnya gue juga takut kaya lo waktu pertama kali liat sifat Daniel yang tiba-tiba berubah brutal lalu tiba-tiba berubah lagi jadi ketakutan setelahnya. Tapi lama-kelamaan gue bisa menyesuaikan sama perubahan sifatnya."
"Sejak kapan Daniel mulai kaya gitu?" Tanya gue.
"Kalo nggak salah, waktu dia mulai masuk SMA." jawab Han Gyul.
"So, gue cuma mengira-ngira. Apa gue salah kalo gue ngira Daniel mengidap bipolar?" Tanya Han Gyul,
Bipolar?
Oke, kita mulai dari sana Lee Han Gyul.
👟👟👟
Malam ini gue kembali membuka tumpukan buku psikolog yang gue beli bersama Daniel waktu itu.
Bukan tanpa alasan, gue sudah memikirkan ini sejak lama. Menyelesaikan studi SMA gue dan menekuni dunia Psikolog memang sudah ter-planning di otak gue semenjak gue mulai penasaran dengan dunia Daniel.
Dunianya yang hitam, dunia yang sebenarnya sulit untuk gue jamah.
Gue mempelajari ilmu psikolog karena gue penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada pola hidup Daniel yang selama ini sangat jauh dari kata 'baik'.
Gue harap dengan begitu gue bisa memahami Daniel dan mengajaknya keluar dari dunia gelapnya.
Dan fakta lain tentang Daniel kembali terungkap kali ini, oleh adiknya sendiri. Lee Han Gyul.
Fakta yang mungkin nggak gue sadari adanya. Tentang perubahan drastis sifat dan kelakuan Daniel di waktu-waktu tertentu. Aneh, gue baru tau fakta ini padahal gue sendiri banyak menghabiskan waktu bersama Daniel.
"Daniel nggak pernah nunjukin sisi lainnya ke elo karena ketika dia sama lo, yang dia tau cuma bahagia. Nggak ada pikiran lain kecuali bahagia. Dan dia selalu berubah hanya ketika dalam kondisi sedih atau hilang mood." Tutur Han Gyul tadi siang.
Dari penuturan Han Gyul dia juga mengatakan Daniel nggak akan memandang siapa yang ada di depannya ketika sifatnya berubah. Dia nggak peduli. Yang dia tau siapa yang mencoba mendekat dan menyentuhnya berarti orang itu siap babak belur di tangannya.
Dan dari sana gue jadi tau, memar yang sering gue liat di wajah atau di bibir Han Gyul itu bukan karena tawuran semata. Tapi karena ulah Daniel.
Oke. Dari sini gue akan mencoba menggali tentang kepribadian Daniel yang sebenarnya.
Apakah itu Bipolar atau sindrom yang lain?
Mungkin gue masih terlalu awam di dunia Psikolog. Tapi gue akan berusaha belajar dengan cepat, dan menggali inti sari dari semua buku bacaan gue ini. Ah, bahkan ini belum seberapa. Gue harus mencari lebih banyak buku dan berlatih secara tatap mata dengan ahlinya.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Bipolar? | Daniel.K
Teen Fiction"Lo nggak usah ikut-ikut gue. Cukup gue aja yang rusak, lo jangan." -Kang Daniel. "Lo abang gue. Kalo lo bangsat gue harus ikut bangsat." -Lee Han Gyul. ⓒ2019. Lukhey_