Prolog

386 40 41
                                    

Gadis kecil dengan rambut dikepang dua yang tengah bermain-main dengan sedotan dari jus melonnya itu sedari tadi terus memanyunkan bibirnya.

"Kamu kenapa sih? Kan aku udah beliin kamu jus melon. Kok masih nggak mau bicara sama aku, kenapa?" tanya anak laki-laki yang berada di samping gadis itu, ia menanti jawaban dari pertanyaan sebelumnya juga.

"Aku sedih kamu bakal pergi." Gadis kecil itu meminum jusnya, kemudian menggembungkan kedua pipinya.

Anak laki-laki itu meraba-raba guna mencari sesuatu, matanya tak bisa digunakan, dia buta. "Lieta, aku pergi buat bisa ngelihat. Aku kan pengen lihat wajah kamu," kata anak laki-laki itu saat tangan kecilnya sudah menggenggam tangan gadis kecil yang ia panggil Lieta.

"Tapi kamu perginya lama." Lieta-gadis kecil itu, mendengus dan menghempaskan tangan anak laki-laki itu yang berada di tangannya.

"Meskipun aku perginya lama, tapi aku nggak bakalan lupain kamu," ujar anak laki-laki itu sembari memainkan tongkatnya.

Lieta menoleh. "Kamu beneran?"

Anak laki-laki itu mengangguk. "Aku janji, nggak bakalan lupain kamu. Penyuka jus melon, pencinta ular, phobia kelinci, alergi kentang, penggila coklat dan berambut panjang."

"Wah... kamu inget semua tentang aku." Mata Lieta berbinar, ia tak menyangka temannya begitu mengingat tentang dirinya.

"Kan aku udah janji bakalan inget terus sama kamu."

Lieta menjulur jari kelingkingnya. "Janji?"

Lupa jika anak laki-laki itu buta, selanjutnya Lieta membantu anak itu mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Lieta. "Janji."

|Harusnya aku|

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang