Happy Reading;
Mawar layu diujung tangkai, waktu menjadikannya patokan. Entah akan berakhir menetap dengan seribu sakit tak terobati, atau jatuh namun tenggelam bersama bahagia yang meskipun untuknya perjuangan harus dihadapi.
"Apaan sih?" tanya Viona dengan polosnya.
Dengan masih memegang perut dan menyipitkan mata akibat tawa yang tak kunjung mereda, Mawar menunjuk sudut bibir sebelah kanan milik Viona. Seakan mendapat petunjuk, Viona memegang sudut bibirnya.
Matanya langsung membulat sempurna. Tawa Zio yang masih pecah, berhasil membuat kedua pipinya memerah karena malu.
"Kalo tidur, ya tidur doang kali. Enggak usah bikin kolam."
Perkataan Zio yang keluar disela-sela tawanya membuat Viona langsung pergi keluar kelas. Ia malu bukan main, sangat malu!
"Ini iler kenapa nggak berperikecantikan sih? Bisa-bisanya keluar pas gue bareng Zio," gerutu Viona sambil mengusap jejak air liur yang keluar saat ia tidur barusan. Dengan malu yang sudah sangat berlimpah, Viona masuk ke toilet untuk mencuci muka, semoga jejak memalukan tersebut langsung hilang.
Selesai mencuci muka dan menghilangkan jejak laknat tersebut, Viona memilih ke taman sekolah, butuh muka lebih tebal untuk kembali ke kelas, dan sepertinya Viona tak memiliki itu.
Tamparan lembut dari angin yang diterima Viona begitu membuat suasana hatinya lebih tenang. Semula hatinya terasa begitu gundah sebab merasa tak terima Viana dan Zio sedekat itu, bukankah seharusnya Viona yang berada diposisi itu? Ya, itulah yang selalu Viona lirihkan didalam hatinya, lebih tepatnya; "Harusnya aku, yang dekat denganmu Zio."
Sudah, cukup! Tujuan Viona berada di taman saat ini adalah berusaha menenangkan diri, hati, dan pikiran agar bisa berdamai dengan keadaan. Jadi, bisakah hatinya tak lagi-lagi merasa belum ikhlas? Kenapa selalu kata, "Harusnya aku." Yang menghiasi jeritan hatinya? Tolong, Viona benar-benar ingin menerima apa yang sudah terjadi.
"Kenapa pembuatan kolamnya gak diterusin?" Pertanyaan yang masuk tepat di telinga Viona, langsung membuat cewek itu menoleh. Betapa menegangnya wajah Viona saat ini, ia terkejut, ketika melihat Zio berada dibelakangnya dengan senyum bodoh yang terlihat menahan tawa.
"Kok ... kamu ... eh, maksudnya lo. Aduh, gue mau ngomong apaan dah tadi?" kata Viona terbata-bata, lalu menepuk dahinya pelan, ia merasa terlihat sangat bodoh. "Lo kenapa bisa di sini?" tanya Viona cepat, saat otaknya berhasil menemukan apa yang ingin ia tanyakan.
Zio mengedikkan bahu, namun tetap memperlihatkan muka menahan tawa. Cowok itu dengan tak berdosanya malah mengambil duduk di samping Viona, berusaha menghiraukan kerja jantungnya yang kembali tak normal. Padahal, Viona juga sama, air mukanya memenuhi sisi wajah perempuan tersebut, ia gugup bukan main, lalu juga heran karena jantungnya seperti sudah loncat dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Should Be Me
Teen FictionPernahkah kamu berpikir, jika sebenarnya kamu yang harus berada dalam posisi seseorang yang terlihat lebih indah dan kamu juga menginginkannya? Jika pernah, berarti kita sama. Aku begitu, iri melihat semua kisah mereka yang aku pikir seharusnya akul...