Chapter 14 : Jeff Wijaya Cinta Terlarangku

8.4K 259 10
                                    

Rasa itu masih ada ketika kau disampingku
Tak jelas apa yang kau bicarakan
Aku sama sekali tidak tertarik dengan semuanya
Hanya keteduhan yang kurasa tiap memandang matamu
Keberanian yang selama ini aku kumpulkan
Semua hilang ketika kulihat senyummu
Semakin lama aku mengenalmu
Rasa itu semakin besar
Tapi ku tahu kau tidak bisa aku miliki
Kau terlalu sempurna untuk kugenggam
Jangkauan tanganku tak sampai untuk meraihmu
Mimpi...
Ah rasanya bukan...
Memilikimu bukan mimpi untukku
Memilikimu hanya angan yang melayang
Mungkin dalam diamku kau akan mengerti
Mungkin dalam senyumku kau akan memahami
Aku ingat hari dimana kita bertengkar hebat
Tapi bukan rasa benci yang aku dapatkan malam itu
Melainkan rasa sayang yang tumpah dari dalam hatiku
Dalam pertengkaran itu aku menemukan dirimu
Dalam pertengkaran itu aku tahu perasaanmu padaku
Mengapa tidak kau ucapkan semua isi hatimu selama ini
Atau kau menungguku untuk bilang semuanya....?

Jakarta, 10 Juli 2009

Ya untuk bilang semuanya Jeff. Untuk bilang kalau ada orang lain yang sangat mencintaiku selain dirimu, Mas Danar.

******

Pikiranku melayang terbang ke 10 tahun lalu ketika untuk terakhir kalinya aku berjumpa dengan Jeff. Jeff Wijaya cinta kedua ku sekaligus penghianatan terbesarku kepada Mas Danar kekasihku.

WA darinya belum aku jawab. Jeff mengajakku untuk makan malam sore nanti karena hari ini adalah ulang tahunnya. Dia tidak bisa merayakan dengan Laras dan Andini karena keluarga kecilnya itu berada di Malaysia.

"Bip...bip..." handphone ku berbunyi. Ah..WA darinya lagi.

Kuambil dengan malas hp ku dan kubaca pesannya "Malam ini jam 7 aku tunggu di resto xxxxx. Jangan telat" Pesan darinya sudah tidak bertanya lagi melainkan sebuah penegasan. "Benar-benar tidak berubah anak ini"pikirku.

Sudah 6 bulan lebih Jeff ada dikantorku. Semua ilmu yang aku punya telah aku share dengannya. Banyak kemajuan yang dia raih selama ini. Sengaja aku memberikannya project mentah untuk membuka resto ku yang sekaligus restonya jg karena aku bekerja untuk Pak Anton dan Bu Jessy orang tua Jeff.

Dari mulai hunting lokasi, bertemu dengan landlord, melihat traffic area, sampai koordinasi dengan kontraktor, vendor, team kantor, semua dia lakukan sendiri. Aku hanya melihatnya dari jauh. Hasilnya bukan main, resto yang dibukanya masuk dalam grade A dari sisi operasional dan penjualan. Hal itu tentu saja membuat Pak Anton dan Bu Jessy senang bukan main. Otomatis mereka pun memberikan pujian untukku sebagai mentornya. Aku pun ikut senang dengan pencapaian Jeff.

" Tok...tok...tok..."pintu ruanganku diketuk dari luar

"Masuk"

"Maaf Pak Nanta, ada pesan dari Bu Jessy" seru Maria asistenku sambil masuk ke dalam ruangan.

"Pesan apa Mar?" tanya ku sambil menutup laptopku.

"Nanti pas lunch time, Bapak dan seluruh karyawan diminta Bu Jessy untuk tidak makan diluar" Maria menjelaskan dengan lugas.

"Lho..ada apa?" aku semakin penasaran.

"Bu Jessy mau syukuran atas resto kita yang baru itu Pak Nanta, sekalian syukuran juga untuk Birthday nya Pak Jeff"

Aku mengganggukan kepala. "Oh iya, kamu sudah lihat Pak Jeff pagi ini?" tanyaku.

"Saya sih belum lihat Pak Jeff diruangannya ya Pak, tapi saya coba tanya sekretarisnya nanti"

"Okey, kamu beritahu divisi lain mengenai hal ini ya, by e-mail juga gak apa-apa, kirim ke masing-masing head divisionnya saja, biar mereka yang beritahu ke teamnya" ujarku.

Aku dan Mas RahmatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang