Naysa berlari menuju kelasnya tanpa menghiraukan orang-orang yang lewat dan menampilkan raut wajah heran menyiratkan 'kenapa?'.
Hatinya sekarang sedang campur aduk. Ada rasa senang, bingung, gugup, dan yang pasti jantungnya sedang berdegup kencang. Naysa tak henti-hentinya tersenyum, walaupun ada suatu rasa yang terselip di dirinya. Membuat dirinya belum sepenuhnya tenang.
Naysa langsung masuk ke kelas dan mendobrak mejanya. "Gue mau cerita!"
Perilaku dan ucapannya sukses membuat Neima, Elina, Vanya, dan seisi kelas terkejut.
Kelas menjadi sunyi. Sampai-sampai sudah seperti waktu berhenti.
"Ih! Lo apa-apaan deh. Main dobrak-dobrak aja," Neima mengelus dadanya yang belum tenang, begitu juga Elina dan Vanya yang menggeleng-gelengkan kepala. Kelas kembali riuh seperti sebelum Naysa menampilkan diri.
"Gue mau cerita," bisik Naysa sambil duduk dan mendekatkan kursinya ke sahabat-sahabatnya dengan kilatan mata mengebu-ngebu.
"Apa-apa?" tanya Elina penasaran.
"Lo inget kemaren gue disuruh Kak Nath ikutin diakan?" sahabat-sahabatnya menggangguk. "Dia nembak gue."
Mendengar itu, sahabat-sahabatnya terkejut.
"Bohong ya lo?!" tanya Neima tak percaya.
"Tapi, sayangnya-" Naysa menggantungkan ucapannya. "Gue tolak."
Naysa tersenyum semringah, membuat sahabat-sahabatnya menatap satu sama lain.
"Karna?" tanya Vanya.
"Gue udah ngira dia ikut permainan Dare or Dare ini, gue tanya dia kalo dia ikut atau enggak. Dan jawaban dia itu, iya."
"Oh, begindang," Vanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Terus? Terus? Gimana?" Elina bertanya dengan semangat.
"Muncul Kak Cailan. Abis itu Kak Nath pergi, terus gue dibecandain sama Kak Cailan. Terakhir, gue pergi," Naysa tersenyum lebar, membuat teman-temannya mendengus.
"Semales itukah lo cerita tentang Kak Cailan?"
"Duh, Nei. Dia yang memulai kesengsaraan gue, jadi males ngomongin dia."
"Iyain aja. Awas aja," ejek Neima.
Naysa menoyor kepala Neima. "Ga. A. Kan!"
"Udah. Udah. Kayaknya, ada orang yang bikin seneng Naysa nih hari ini," Vanya tersenyum mengejek, sedangkan yang dilihat tersipu malu.
"Eh?! Siapa-Siapa?" tanya Elina dengan kepo tingkat akutnya.
"Cerita enggak ya?" Naysa pura-pura berpikir yang membuat sahabat-sahabatnya jengah.
"Apa? Bentar lagi bel ni-"
Kring!!!
Neima, Elina, dan Vanya seketika membuang napas malas, sedangkan Naysa terkekeh.
"Nanti gue ceritain," bisik Naysa, saat guru pelajaran masuk. "Rumah gue?"
Sahabat-sahabatnya langsung mengangguk setuju.
***
"Ini rumah lo?" Neima menyipitkan matanya karena cahaya matahari.
Silau, ceunah.
"Bukan," jawab Naysa seadanya yang membuat Elina menengok.
"Terus?"
"Rumah bapak gue," Naysa menyengir tak berdosa. "Udah ah, kuy masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare or Dare (ON GOING)
Teen FictionDijadikan sasaran dan hadiah mereka? Boleh ketawa? Mereka kira gue gampangan... Gitu? Liat aja nanti. Gue bakal jadi pemain disini. Bukan sebagai sasaran atau hadiah atau apapun itu. ~Naysa Odelia Prasadini~ Permainan yang dibuat oleh sekumpulan lak...