"Jadi gitu," ucap Naysa menutup ceritanya dengan Cailan tadi saat istirahat pertama.
Mendengar itu, sahabat-sahabatnya langsung mengangguk-angguk tanda mengerti. Ya, walaupun ada beberapa hal yang masih menjadi misteri.
"Yang paling bikin gue penasaran itu alasan mereka jadiin lo hadiah," Neima berpikir keras. "Tapi apa?"
"Kalian enggak nyadar ya?"
Ucapan dari suara laki-laki tersebut mengagetkan Naysa, Vanya, Elina, dan Neima.
"Aiden?!"
Cowo tersebut terkekeh geli, "hai."
"Ngapain lo disini?" tanya Vanya dengan judes. Membuat Aiden tersenyum.
"Ngu.. ping?" ucap Aiden dengan ragu-ragu. Tanpa berbicara lagi, ia mengambil kursi terdekat dan ikut bergabung di meja Naysa.
"Gue denger yang kalian omongin daritadi," Aiden berbisik sambil melihat sekeliling.
Bisa sadar situasi juga dia?
"Lalu? Ada hubungannya sama lo?" Elina menaikkan alis sebelahnya.
Aiden terkekeh mendengar jawaban yang sepertinya tidak menerima kehadiran dirinya di tengah-tengah mereka. "Bukan hubungannya sama gue. Tapi lebih ke permainan ini."
Mendengar itu, semua langsung terkejut yang membuat Aiden menatap tak kalah kagetnya.
"Maksud lo?!" teriak Neima dengan keras, membuat seisi kelas melihat ke arah mereka.
Sadar akan perhatian seisi kelas, Aiden langsung menarik Neima untuk duduk kembali.
"Sampe lo teriak lagi, gue pergi," ancaman dari Aiden yang tajam dan dingin membuat Neima menelan ludahnya gusar sambil mengangguk pelan.
"Gue bisa bantu lo pada, tapi gue mau ada komitmen."
"Komitmen?" tanya Naysa dengan raut wajah bingung. Mendengar itu, Aiden langsung tersenyum misterius.
"Yap! Gue kasih tau yang lo pengen tau, tapi lo pada harus tutup mulut lo rapat-rapat. Sampai gue denger salah satu dari kalian ngebocorin," Aiden bersender di kursi sambil menyeringai. "Gue pastiin. 3 tahun lo disini, gaada yang namanya 'nyaman'."
Mendengar ancaman itu, seisi meja langsung terdiam.
"Bentar. Bentar. Kalau lo ngajak komitmen begini, itu artinya lo masuk di geng privity?" tanya Naysa dengan ragu-ragu.
Aiden mengedikkan bahu dan mulai menyeringai kembali.
"Inget pas MOS gue dipanggil buat ke ruang 411, bukan? Menurut gue itu udah jelas."
Aiden memajukan badannya, lalu menopang tubuhnya dengan siku tangan di meja. "Jadi bagaimana nona-nona? Setuju atau tidak?"
Naysa, Neima, Elina, dan Vanya saling pandang. Sampai suara Aiden terdengar lagi.
"Ah! Gue hampir lupa," Aiden mengangguk-angguk pelan. "Lo pada juga harus nurutin kemauan gue."
"Kayak jajanin lo gitu? Atau kita dijadiin babu? Ata-" ucapan Elina terpotong karena ulah Aiden yang menutup mulutnya dengan tangannya.
"Shht. Sabar nona cantik. Gue belom selesai ngomong."
"Lo mau kita apa?" tanya Vanya.
"Gue mau lo pada bersedia nemenin gue kemanapun yang gue mau," Aiden bersedekap. "Tapi tenang, gue gaakan minta lo pada nemenin gue ke tempat-tempat aneh. Palingan cuma mall dan kantin. Gue penasaran sama muka mereka kalo cemburu."
"Mereka?" Naysa bertanya dengan refleks.
Aiden mengulum senyum. Kali ini manis. "Akan gue kasih tau. Kalau lo pada, setuju dengan komitmen ini."
Neima, Elina, dan Vanya melihat Naysa yang sedang berpikir keras. Harus Naysa yang menentukan jawaban. Karena ini adalah persoalan dia.
"Oke. Gue setuju."
"Jabat tangan," Aiden mengulurkan tangannya yang disambut Naysa. "Dengan ini, Naysa Odelia Prasadini, Vanya Kirania Mayasari, Elina Joana Friska, dan Neima Fidelya telah terikat dengan gue." Aiden menyeringai. Lagi.
"Jadi, kembali ke kata mereka lo pada masih mau tau?"
###
Asik~ gantung //plak
Pengen aja author buat singkat gini
Anggap ini part paling pendek di antara part lain AHAHAHAHA
Maaf ya 😗❤️ tapi nanti panjang kok
Dijamin 200%
Maaf juga baru update T^T author lupa hari harusnya update setiap Sabtu huhu
Jangan lupa vote+komen ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare or Dare (ON GOING)
Novela JuvenilDijadikan sasaran dan hadiah mereka? Boleh ketawa? Mereka kira gue gampangan... Gitu? Liat aja nanti. Gue bakal jadi pemain disini. Bukan sebagai sasaran atau hadiah atau apapun itu. ~Naysa Odelia Prasadini~ Permainan yang dibuat oleh sekumpulan lak...