--ini panjang banget ges, semoga kuat--
typo(s) warning!
Happy reading!
Jisung ngendarain motornya kesetanan, gak peduli sama rambu lalu lintas dan polisi yang nongkrong di pinggir jalan, karena yang terus terngiang - ngiang di kepalanya itu cuma tempat pelarian.
Dia butuh tenang sekarang, bisa bahaya kalau Jisung terus - terusan di rundung emosi kayak gini. Seenggaknya dia harus ngerti dulu kalau kejadian ini merupakan ujian hidup buat Jisung, supaya dia bisa terus bertahan sama sisi baik dirinya. Dan tentunya itu bukan ke sekolah, walaupun ada Chenle disana rasanya dia gak bisa libatin pacar polosnya itu ke dalam masalah ini. Jadi dia memutuskan buat belokin arah tujuannya ke sungai Hangang. Makan omongannya sendiri tentang bolos sama Mamanya tadi.
Dia ngambil duduk di atas rerumputan deket tepi sungai, hembusan nafas berat dia keluarin bersamaan dengan hempasan angin yang menyentuh wajahnya lembut. Jisung nekuk kaki, kepalanya ia tundukin di antara kedua kakinya. Berusaha nenangin diri sendiri sambil nutup mata, berdiam dengan khidmat menikmati suara gesekan daun di pohon belakang sana.
Dirasa sudah mencapai ketenangan maksimal, dan kepalanya udah mendingin, Jisung akhirnya ngangkat kepala dia perlahan. Pemandangan sungai Han yang ngalir tenang di depan mata jadi yang pertama dia lihat, terus bola matanya bergulir ke setumpuk kertas yang berada di sisi kaki kanannya. Jisung buang nafas lagi sebelum raih kertas - kertas itu untuk dia baca dengan benar, walau dalam hati belum sepenuhnya ikhlas buat nerima kenyataan yang tertulis disana.
Mulai dari dokumen pertama, ini surat pernyataan yang Jisung baca di rumah tadi.
Pernyataan yang gak bisa Jisung tampik faktanya kalau dia ini sebenernya, bukan anak kandung dari keluarga Lee.
Dan itu bener -bener mukul hati Jisung sekeras - kerasnya.
Pantas aja dia gak punya akte kelahiran.
Dan wajar aja orang ngomong kalau paras dia gak ada mirip - miripnya sama Jaemin maupun Mark.
Terus kayaknya dia gak usah penasaran lagi kenapa Mamanya itu suka gak sengaja manggil dia Park.
Jawabannya sudah sejelas itu, dan gak akan bisa Jisung bantah.
Jisung mulai ngerasa matanya memanas lagi, siap buat jatuhin setetes air mata kalau gak dia tahan pake tarikan nafas. Kedua belah bibirnya dikulum erat, nahan satu isakan keluar dari tenggorokan.
Dia seriusan gak habis pikir, semua yang dia tau selama dia hidup itu cuma.. bohong? Selama ini dia hidup di keluarga yang nggak sedarah? Tapi rasa hangat waktu sama mereka itu datangnya darimana? Jisung rasanya pengen ngelepasin rasa kecewa yang ngikat hatinya ini, tapi dia gak bisa. Selalu inget sama senyumnya Jaemin dan Mark setiap kali dia mau berkata kasar atau berniat marah sama mereka.
Dan kayaknya, dia gak dari kecil alias gak 17 tahun hidup sama mereka begitu matanya nemuin tanda tangan Mark sama Jaemin yang diberi keterangan waktu tahun 2020 di kertas itu.
Itu baru 7 tahun yang lalu!
Beban hatinya seketika nambah, fakta yang namparnya lagi kali ini berhasil ninggalin lubang disana.
Rasanya udah di luar akal Jisung buat mikirin kenapa dalam waktu sesingkat itu dia bisa ngerasa kalau Mark sama Jaemin itu beneran orang tua dia, ditambah ingatan masa lalu dan segala tetek bengeknya sampai dia ngerasa kalau mereka itu keluarga normal.
Kalau dia renungin lagi, kenapa Mark sama Jaemin tega buat bikin Jisung lupa sama orang tua aslinya? Kenapa mereka ngehapus masa lalu Jisung yang asli yang udah 10 tahun lamanya hidup di dunia? Apa ada yang terjadi sama dia di masa lalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
oudste kind ; jisung
Fanfiction[COMPLETED] » Rasanya Jisung seneng banget bakal punya adik --semoga, ya. ◆MPREG!!! jangan salah lapak, sayang.