Prolog

301K 6.9K 44
                                    

Tinggalkan jejak kalian sebelum baca ceritanya :)

Happy Reading

•••

Seorang gadis tengah menatap jam tangan yang melekat di pergelangan tangannya dengan harap-harap cemas sambil menunggu angkutan umum lewat. Karena hari ini adalah hari Senin. Hari dimana setiap sekolah akan melaksanakan Upacara pagi harinya, yaitu tepat pukul 07.00 wib.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.45 wib dan gadis tersebut belum juga naik angkutan umum karena memang hari ini hari Senin. Dimana setiap angkutan umum yang lewat selalu penuh dikarenakan banyak siswa siswi sekolah lain yang akan pergi ke sekolah seperti dirinya juga.

06.50 wib

Shalsa atau sering disapa Caca itu terlihat sangat cemas karena sepuluh menit lagi sekolahnya akan melaksanakan upacara, sedangkan dia sendiri masih berdiri di tempatnya menunggu angkutan umum.

Tak lama kemudian, ia melihat sebuah angkutan umum mendekat. Lantas, Shalsa langsung mengulurkan tangannya agar sang supir memberhentikan kendaraannya itu.

Belum ada angkot itu berhenti di depan Shalsa, tiba-tiba suara klakson motor berbunyi nyaring ketika ingin menyalip angkot tersebut. Karena si pengendara menyalip lewat jalur kiri, membuat lengan Shalsa yang tengah terulur hampir saja tertabrak jika motor tersebut tidak berhenti tepat waktu.

"Lo udah gak butuh tangan?" Suara bariton seseorang membuyarkan fokus Shalsa yang terlihat masih syok.

"Hah?" Shalsa mengernyit bingung lantaran suara cowok didepannya ini terendam karena helm yang masih dikenakannya.

"Ngapain tangan lo halangin jalan gue?"

Apaan? Jalan dia? Gak salah denger nih gue? Emang dia pikir ini jalan punya nenek moyangnya sampe ngaku-ngaku kalo ini jalan dia?? Batin Shalsa bersorak kesal.

"Jalan masih lega! Ngapain juga lo pepet pepet ke pinggir? Kayak nggak ada jalan lain aja." Tukas Shalsa ketus.

"Emang ada larangan kalo gue gak boleh salip??" Tanya cowok itu sembari tertawa hambar yanh masih bisa didengar Shalsa walau sedikit terendam.

"Ada." Balas Shalsa cepat.

"Gimana isi larangannya?" Tanyanya tanpa sadar menatap lekat wajah Shalsa yang menurutnya... Entahlah, lucu mungkin??

"Yaa... Gimana ya? Ya gue gak tau."

"Gak tau kan, lo." Balas cowok itu dengan senyum kemenangan yang menghiasi bibirnya.

"Ya tapi mikir dong gimana sih." Balas Shalsa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa kesal sekaligus malu karena tidak bisa membantah jika perkataan cowok di depannya ini benar.

"Ngabisin waktu aja lo."
Lelaki itu langsung saja menghidupkan motor sport putih miliknya dan langsung melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Pikir gue yang ngabisin waktu? Situ kali yang ngabisin waktu gue!! Semoga aja jatoh lo ngebut ngebut gitu. Dalam hati Shalsa merutuki cowok yang entah siapa namanya Shalsa tak tau dengan perasaan kesal.

"Neng?! Jadi naek nggak?" Tanya supir angkot dari dalam mobil. Entah sejak kapan supir itu menunggunya yang berdebat dengan cowokf tadi Shalsa tak sadar.

"Eh.. I-iya pak, jadi kok jadi."
Langsung saja ia naik dan tak lama angkot itu melaju.

•••

Upacara sudah selesai sekitar lima menit yang lalu, tetapi Shalsa belum juga sampai di sekolah hingga membuat kedua sahabatnya khawatir karena bel sebentar lagi berbunyi.

SHALFA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang