Sebelum lanjut baca, vomen dulu pokoknya author gak mau tau. Kalau gak vomen, author doain gak dapet cowok yang kayak Alfa!!
Intinya, vomen now!!
Happy Reading...
•••
Ketika Shalsa akan mengetikkan balasannya. Tiba-tiba ponselnya mendapat panggilan video dari orang yang tadi pesannya akan Shalsa balas.
Awalnya Shalsa ragu. Bahkan bisa dibilang Shalsa malu. Pikir Shalsa kenapa harus melakukan panggilan video?? Kenapa tidak panggilan suara seperti biasa?
Setelah berperang dengan pikirannya beberapa menit. Shalsa akhirnya mengangkat panggilan tersebut. Tapi, kamera Shalsa. Dia arahkan ke langit-langit kamar sebab malu.
Lalu terdengar suara di sebrang sana yabg membuat lamunan Shalsa buyar.
"Kenapa kameranya di hadapin ke atap?? Kenapa gak ke muka Shalsa??" tanya seseorang di sebrang sana yang membuat Shalsa gemas sekaligus aneh secara langsung.
Bagaimana tidak aneh?
Ini kali pertamanya, Shalsa mendengar Alfa berbicara dengan nada seperti itu. Bahkan, di pendengaran Shalsa terdengar begitu aneh saat Alfa menyebutkan nama dirinya sendiri dan juga nama Shalsa.Karena biasanya, Alfa akan menggunakan kata 'gue-lo' jika sedang berbicara dengan Shalsa. Termasuk nada bicara Alfa juga berubah membuat Shalsa geli sendiri. Karena yang biasa Shalsa dengar yaitu, nada dingin dan ketus jika kakak kelasnya itu berbicara. Tapi, lain halnya dengan sekarang. Suara yang biasa Shalsa dengar seperti lenyap begitu saja. Digantikan dengan suara yang lebih hangat tak seperti biasanya.
"Shal?!" Panggil Alfa lagi karena Shalsa tak kunjung merespon.
"Hah? Kenapa?" tanya Shalsa sedikit terkejut. Pasalnya dirinya sedang melamunkan pertanyaan Alfa yang tadi.
"Muka Shalsanya mana?" ulang Alfa dengan nada lelah.
Shalsa menghela nafas sebentar. Dirinya berpikir terlebih dahulu apakah kameranya itu harus dia arahkan ke wajahnya atau tetap mengarah ke langit-langit kamar?
Setelah berpikir sebentar, akhirnya Shalsa mengarahkan kameranya ke wajahnya sendiri. Membuat Alfa di sebrang sana reflek tersenyum.
Ka Alfa senyum ke gue? Batin Shalsa tak percaya.
"Nah, gitu kek dari tadi," seru Alfa setelah diam beberapa saat. Membuat Shalsa tersenyum.
"Emmm... Emang kenapa, Ka, telfon malem-malem?" tanya Shalsa ragu-ragu.
"Kenapa emang?" Alfa balik bertanya.
"Gapapa sih," jawab Shalsa sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Kenapa akhir-akhir ini ngehindarin Alfa?" tanya Alfa langsung ke inti tujuannya menelfon.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Shalsa diam. Tidak menjawab. Bukan tidak mau menjawab, tapi bingung harus menjawabnya bagaimana.
Masa iya gue kasih tau kalo gue ngehindarin dia karena kejadian yang dilapangan? Gak mungkinlah. Batin Shalsa sedang menimbang-nimbang. Hingga akhirnya suara panggilan dari sebrang membuat Shalsa kembali mengarahkan matanya ke wajah tampan laki-laki disana.
"Kenapa?" tanya Shalsa masih bingung harus menjawab apa.
"Kenapa ngehindar dari Alfa?" ulang Alfa sedikit menuntut agar Shalsa cepat menjawab dan memberi alasan.
"Hah? Nge... hindar? Engga deh perasaan." seru Shalsa bingung harus menjawab apa.
"Shalsa ngehindar. Alfa tau! Karena apa ngehindar? Apa karena masih belum percaya Alfa pacar Shalsa sekarang?" tanya Alfa membuat Shalsa tak bisa lagi menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHALFA [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilJudul Pertama : ALFA [PROSES REVISI] Alfaro Arsen Sanjaya. Laki-laki yang sering disapa Alfa itu adalah seorang 'Most Wanted' di Sekolahnya. Bukan hanya karna ia menyandang sebagai Kapten di 'ekstrakulikuler' Basket yg menjadikannya sebagai Primadon...