Kami sudah berkelana hampir 100 hari dan selama itu kami sudah menempuh lebih dari 13.000 mil, siang berganti malam, dingin menjadi panas, musim semi berganti menjadi musim gugur, satu sisi dunia ke sisi lainnya. Kami sudah melintasi Amerika hingga Afrika, dari Afrika hingga Afrika Selatan, dari Afrika Selatan kembali lagi ke Afrika, sebentar lagi kami menjadi orang Jawa.
Thomas Turner
1832Mengenang dan merenung... Hari menjelang sore. Warna kaca memantulkan gelap dan bau lampu-lampu. Udara yang mendingin. Suara-suara anak kecil bercampur dengan deru knalpot. Angin menyentuh ranting dan dedaunan.Lumut dan tumbuhan parasit melilit batang pohon. Dunia tiba-tiba begitu hening.
Walau kekacauan menyelimuti duniaku yang paling dalam. Saat ini aku sedang tenggelam dalam perenungan, dan mulai mengenang tentang Jawa. Bukan tentang diriku yang sering kehabisan uang dan ditagih oleh ibu kos untuk segera membayar tunggakan. Aku hanya ingin bercerita dan mengenang sedikit tentang Jawa walau hanya sebentar.
Seolah-olah, kisah tentang Jawa mampu menghibur diriku yang lelah dan putus asa. Jawa, bagiku kini dan pada saat itu adalah semacam tanah yang semakin asing. Seolah-olah aku bukan hidup dari tanah ini. Bagaimana tidak? Aku nyaris tak begitu mengenal tanah ini dari pada mereka yang dulu menjajahnya. Dan tidakkah itu sangat menyedihkan? Pada suatu malam hari yang dingin, ketika aku menyusuri jalanan Jogja, aku tak sengaja bertemu kembali dengan pagelaran wayang kulit di dekat Tugu Jogja atau Jalan Margo Utomo. Waktu itu aku hampir setahun di Jogja. Dan anehnya, aku tak pernah menyaksikan kesenian wayang kulit sama sekali. Padahal di Jogja wayang kulit selalu dipertunjukkan hampir setiap minggu atau paling tidak, dalam waktu satu bulan, ada beberapa kali pementasan. Tiba-tiba, ketika melintas dan menemukannya, perasaanku begitu rindu dengan masa kanak-kanak dulu.
Tapi tak seperti dulu. Pertemuanku dengan wayang kulit menghasilkan perasaan yang campur aduk.
Antara diriku yang sekarang dan masa lalu yang jauh. Aku sama antusiasnya dengan Peter Carey yang di tahun 1971 melihat wayang wong. Tapi sama terpukulnya dengan John Krich dan Iris ketika menyaksikan wayang di tahun 1984. “Wayang adalah teman lama yang disia-siakan oleh semua orang.” Persis seperti itulah perjumpaanku kembali dengan wayang setelah sekian lama. Saat melihat wayang kulit, yang aku dapati adalah sosok-sosok masa lalu. Para orang tua yang wajahnya seolah berada di abad yang telah lewat. Dan, suara dalang pun nyaris tak lagi aku mengerti. Kemampuanku dalam berbahasa Jawa kuno pun nyaris hilang.
Tiba-tiba wayang kulit pun menjadi semakin asing bagiku dan tak begitu aku mengerti kecuali sekedar kesenangan akan beberapa hal yang tak berkaitan dengan jalan cerita tokoh-tokoh yang dipentaskan. Bahkan, seluruh peralatan yang dipakai dalam pementasan pun aku banyak lupa. Perlu buku The History Of Java karya Raffles hanya untuk sekedar mengingatnya kembali, saat aku pulang dan bertemu lagi dengan bau kamar. Bayangan itu, kenangan akan pertemuan kembali dengan wayang kulit yang dulu begitu dekat denganku, hingga hari ini, masih menjadi bagian yang sangat menyedihkan untukku.
Anak-anak muda hanya terlihat sedikit dan biasanya tak betah untuk berlama-lama. Malah yang aku lihat, ada beberapa orang asing, bule, yang begitu sangat tertarik untuk melihat dan mengabadikannya dengan gambar, tanpa harus merasa malu-malu. Dan aku, pelan-pelan berubah menjadi orang asing yang begitu berjarak dan jauh. Bahkan bisa jadi banyak anak muda sepertiku akan menganggap wayang dengan nada mencibir dan ketus seperti yang Geoffrey Gorer lakukan, seorang Inggris di tahun 1935 yang melihat Jawa kolonial dari dekat. “Pertunjukan wayang boneka dan wayang kulit bahkan lebih tidak menarik lagi. Satu-satunya hiburan yang dapat dinikmati dari pertunjukan ini ada kelihaian sang pendongeng memanipulasi boneka dan bayangan yang dimainkannya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEMBARA DI TANAH ASING
Adventureini adalah perjalananku dari kota ke kota di Jawa untuk melihat pembaca buku. Mentalitas masyarakat Indonesia. Dan kota-kota itu sendiri. Mencoba berharap bisa melakukan perjalanan ala backpacker untuk tidak manja di jalan dan untuk memulai persiap...