06

167 8 5
                                        

Sinar mentari pagi mengganggu tidur Rani. Dia terbangun, merentangkan tangan lalu menoleh ke kanan dan kirinya. Sangat berantakan. Dia turun dari tempat tidur untuk mengambil guling-guling yang terjatuh. Kebiasaannya saat tidur, tidak bisa diam. Rani menata kembali tempat tidurnya. Mengambil semua sampah kertas yang berserakan karena tadi malam dia memikirkan tentang sesuatu yang janggal dan menuliskannya di kertas. Yang waktu itu dilihatnya di lapangan. Mahkluk itu mencoba untuk memasuki tubuhnya. Tetapi karena dirinya menahan akhirnya dia sendiri yang tidak kuat dan langsung pingsan.

Rani mendengus, kenapa banyak sekali yang dia liat disana. Bukan hantu lokal melainkan hantu para tentara jepang dan belanda. Sangat mengerikan untuknya, tapi dia sudah terbiasa melihatnya. Saat pertama sekolah disana saja Rani hampir pingsan melihat hantu yang lebih parah dari hantu-hantu lokal.

Rani turun menuju lantai bawah. Dia melihat orang tuanya sedang sibuk. Papanya membaca koran di sofa ruang tamu. Dan Mamanya sedang memasak. Rani menghampiri Mamanya yang sedang memasak bakwan dan sop buntut kesukaannya.

"Pagi Ma" Sapa Rani.

"Pagi sayangg" Rani mengecup pipi Mamanya. Lalu mengambil bakwan dipiring yang ditaruh di samping Mamanya dan memakannya.

"Eh sayang, jangan dimakan dulu"

Rani berlari menuju papanya sambil tertawa.

"Seperti biasa, masakan mama selalu enak" Ujar Rani memuji masakan Mamanya- Maya, agar tidak marah. Maya hanya tersenyum.

Rani duduk disamping Papanya-Reno. Reno menoleh kearah Rani. Menutup korannya.

"Gimana sekolahnya? "

"Yaa gitu, nothing special. Kecuali kalau Papa tanya gimana seringnya aku berinteraksi sama makhluk halus, aku pasti jawab makin sering" ujar Rani memainkan tangannya sambil menoleh kearah lain karena ditatap intens oleh Reno. Reno menyentuh pundak Rani, membuatnya sedikit tidak berani mengatakan apa yang ada dalam otaknya.

"Kamu belajar yang rajin yaa, kamu anak Papa satu-satunya dan Papa mau nanti kamu yang nerusin bisnis Papa. Dan urusan makhluk halus, kamu harus mencoba tidak peduli pada mereka, dunia kamu dan mereka beda. Papa nggak mau kamu sering drop karena ngurusin "mereka" yang nggak ikut ngurusin kamu"

Papa Rani, Reno Abraham adalah seorang dokter sekaligus pemilik rumah sakit. Beliau sangat ambisius dengan profesi yang digelutinya. Dan Rani dituntut harus bisa menjadi seperti ayahnya, yaitu menjadi seorang dokter dengan bisnis rumah sakitnya yang sukses. Dan tidak melulu mengurusi arwah, melainkan mengurusi urusan orang hidup.

Tapi apakah Rani sanggup? Dengan semua "kelebihan" ditambah kejadian-kejadian tak terduga yang menimpa hidupnya mungkin dia harus berpikir keras untuk menjadi seorang dokter seperti yang Papanya inginkan. 

**************
Kamarnya sangat gelap, dia tidak melihat apapun yang ada di sekitarnya. Dia meraba kesana kemari untuk mencari lilin. Dengan ingatan dipikirannya letak lilin yang berada dalam laci meja belajar. Dia berjalan kearah meja belajar sambil meraba, takut menabrak benda di sekitar.

Dia berhasil sampai di mejanya meskipun kakinya harus menabrak kaki meja. Rani meringis, dia memegang kakinya yang kesakitan.

Setelah itu dia membuka laci meja belajar. Namun Lilin dan korek apinya tidak dia temukan. Padahal dia selalu menyimpannya di laci itu.

Dia mencoba mencari diatas meja,meraba-raba karena sangat gelap. Dia menyentuh suatu barang berbentuk Persegi panjang hp. Dia mengambil benda tersebut, lalu menghidupkannya.

Dia melihat baterai hp-nya yang tinggal beberapa persen. Dia cepat-cepat menghidupkan senter dari hp karena sebentar lagi hpnya akan mati.
Rani mencari korek api. Kesana kemari di kamarnya, namun tetap tidak ketemu. Rani mendengus jengah, dia mencoba memanggil kedua orangtuanya. Karena dari tadi mereka tidak bertindak seperti biasanya jika dalam keadaan gelap. Akhirnya Rani memutuskan untuk turun menuju kamar Papa dan Mamanya.

[*HIATUS*]SCHOOL TERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang