07

83 7 0
                                    

Rani mengerjabkan kedua mata, rasanya seluruh badanya sangat sakit, dan banyak perban membaluti tubuhnya. Dia melihat Maya menunggu dirinya di samping tempatnya berbaring. Rani tersadar bahwa dirinya sedang berada di ruangan serba putih dengan aroma antiseptik yang khas. Dan bagaimana ceritanya dia ada disini?.

"Ran? Kamu sudah sadar sayang?" Maya membelai wajah putrinya dengan binar bahagia. Namun Rani melihat Maya dengan bingung.

Rani menatap Maya- mamanya, "Aku kenapa bisa ada disini ma?".

"Kamu nggak sadar sudah 2 hari sejak malam itu sayang."

Rani mengerjapkan matanya mendengar apa yang dikatakan Maya. 2 hari, Dia tidak sadar selama itu?.

"Mama nemuin kamu pingsan di kamarmu, dengan keadaan tubuh kamu banyak darah. Mama langsung panggil Papa untuk bawa kamu ke rumah sakit. Keadaan kamarmu juga sangat berantakan, banyak buku-buku yang berserakan." Maya menggeleng bingung.

" Sebenarnya kamu kenapa?" Giliran Reno bertanya pada Rani. Rani yang sudah teringat tentang apa yang dia alami saat itu. Dia pikir kejadian itu hanyala mimpi dan tidak mungkin Rani melihat Alex dengan mata kepalanya sendiri. Sejak Alex tiada, Rani tidak pernah meliahatnya lagi padahal dirinya bisa melihat mahkluk aneh. Reno menunggu jawaban dari Rani. Sejak tadi Rani membungkam mulutnya.

"2 hari yang lalu, saat itu aku mencari kalian."

"Aku cari kalian karena saat itu sangat gelap dan ada mahkluk hitam besar dan sosok perempuan yang sangat marah. Da-dan Alex, aku liat dia, dia datang ma.., selama ini dia gak pernah muncul dihadapan Rani"

Rani menangis. Dia benar-benar merasa kejadian malam itu adalah nyata, dan semua terasa menyakitkan.

Maya memeluk Rani, menenangkannya. Maya tau Alex adalah sahabat dekat Rani. Kehilangan sahabat adalah sesuatu yang menyakitkan daripada kehilang sebuah benda, benda bisa dicari lagi. Namun sahabat yang dapat mengerti kita dengan baik tidak bisa digantikan.

"Maafin Mama sama Papa, Rani. Selama ini kita selalu fokus bekerja dan kurang memperhatikan kamu, dan kurang menjaga kamu" Maya menyalahkan dirinya sendiri, dia jarang menghabiskan waktu dengan anaknya. Dia terlalu menyukai pekerjaannya sampai melupakan anaknya.

"Ini bukan salah kalian, Mama dan Papa udah jaga aku dengan baik." Ujar Rani berusaha tersenyum melihat kedua orang tuanya. Maya mengusap air mata Rani lalu mengelus puncak kepalanya, mendekapnya penuh hangat. Rani sudah mulai tenang didekapan Maya.

Tapi masih ada yang mengganjal di pikirannya. Kenapa putrinya bisa menabrak kaca dengan sangat parah. Maya mulai takut jika makluk yang bisa dilihat Rani akan semakin berbahaya.

"Mm.., Rani, Mama nemuin kamu jatuh menimpa kaca, dan tadi yang kamu bilang 'Mahkluk hitam, dan sosok perempuan'?. Apa itu benar?, Mama takut kamu akan terluka dan lebih parahnya, mama gak mau kehilangan kamu." Ucapan terakhir Maya sangat lirih, namun cukup terdengar di telinga Rani.

"Maaf Ma, udah buat kalian berdua Khawatir, Rani juga takut karena kemampuan Rani yang tiba-tiba. Dan kejadian malam itu, sosok perempuan yang mendorong Rani sampai menabrak Kaca" Rani tidak berani melanjutkan. Reno tidak tau harus berkata apa, dalam dirinya, dia masih tidak percaya akan hal gaib.

"Ma, pasti ada yang mau Alex omongin ke aku kan, kalok selama ini dia gak pernah muncul dihadapan Rani?" Rani berujar sambil menatap penuh tanya pada kedua orang tuanya. Dia teringat akan kedatangan Alex, apa tujuan Alex datang dihadapannya. Pasti ada sesuatu.

"Mama gak tau sayang, hal seperti ini bukan kuasa Mama. Kita mungkin bisa cari bantuan pada yang lebih paham hal supranatural seperti ini."

Rani terdiam. Pasti ada hal yang ingin diberitahukan kepadanya, jika dia tiba-tiba muncul dihadapannya saat dalam keadaan yang tidak tepat. Dia tidak pernah melihat Alex sejak lama.

Dia juga bingung apa yang terjadi padanya. Rani sedang mencerna semuanya, jika dia hanya bermimpi atau lebih tepatnya rohnya dibawa ke dimensi lain apakah ada luka yang membekas di tubuhnya?.

*********

Rani duduk termenung di ranjang rumah sakit. Rani dirawat diruah sakit papanya untuk beberapa hari, Reno ingin memastikan Rani baik-baik saja di rumah sakit dan memulihkan lukanya. Mereka pulang ke rumah untuk mengambil barang keperluan Rani saat di rumah sakit, seperti pakaian dan beberapa buku bacaan. Rani sempat mendengar perdebatan kedua orang tuanya tentang Mamanya yang ingin mencari orang pintar sebelum pulang. Tapi Papanya tetap sama, dia tidak percaya akan hal seperti itu. Dia adalah orang yang selalu berpikiran logis.

Rani menghela nafas menyentuh punggungnya yang sedikit nyeri dan perih. Dia ingat saat tadi Papanya sedang memeriksa kondisinya.

"Pa, apa banyak sekali luka di tubuhku?" dan Reno hanya menjawab singkat namun jelas bagi Rani, "iya".

Rani masih berpikir keras, jika hanya rohnya saja yang pergi ke dimensi lain bagaimana mungkin tubuhnya terdapat luka?.

"Hai.." sapaan itu mengejutkan Rani yang melamun, Naya hantu anak kecil itu disini ternyata. "Hai, kok kamu disini?" jawab Rani sambil tersenyum, akhirnya dia punya teman ngobrol walau tak terlihat.

"Aku ikut masuk ke mobil, waktu orangtua kamu bawa kamu kesini. Kamu baik-baik saja Rani?" tanya Naya.

"Tidak baik-baik saja seperti yang kamu lihat, terlalu parah" Rani tersenyum miris. Naya hanya menyengir.

"Siapa dia Nay?" tanya Rani karena dia tidak pernah melihat hantu kecil lain selain Naya

" Teman baru aku, selama aku disini nungguin kamu" Ucap Naya sambil tersenyum. Rani berfikir Naya sepertinya suka disini, dia mengajak banyak teman kecilnya bermain diruangannya. Naya si hantu kecil itu asik terbang di atap-atap rumah sakit bersama temanya.

Tak selang berapa lama Rani mulai teringat, dia bertanya pada Naya, hantu kecil itu pasti tahu sesuatu, "Nay, kamu tahu sesuatu malam itu? 2 hari yang lalu."

Naya berhenti terbang lalu melayang mendekati Rani, "Ehm.. Sebenarnya waktu kamu tidur tiba-tiba aku lihat roh kamu keluar dari tubuhmu. waktu itu aku panggil kamu, kamunya nggak sadar. Aku ikutin kamu, tapi tiba-tiba ada mahkluk besar dan setelah itu aku pergi karena takut" Dugaan Rani benar, rohnya keluar dari tubuh. Tapi kenapa badanya ikut terluka juga.

"Aku sembunyi di kamarmu karena takut. Selain aku saat itu, ada wanita yang menunggu mu masuk ke kamar itu"

"Dan disana, aku tidak bisa menolongmu karena seperti ada pembatas yang tidak bisa ditembus." Naya memajukan kepalanya dia berbisik pada Rani.

"Rani kamu harus hati-hati sama perempuan itu" Penjelasan Naya membuat sekujur tubuh Rani meremang. 

To Be Continue...

**********************

HAI, I'm back again...

hah lama gak update, seharusnya waktu Hari Raya saya mau update tapi rasanya alur cerita kemarin kurang tepat jadi saya rombak lagi. Dan saya update saat pembaca sudah 2k, terimakasih buat kalian yang membaca cerita gabung saya (Author gabungan). Yang sudah mau memberikan votenya untuk cerita ini. Saya dan Author lain sangat-sangat berterimakasih kepada kalian. Saya akan terus meningkatkan alur cerita dengan baik.

Terimakasih

Salam

ClearaShy_

[*HIATUS*]SCHOOL TERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang