1. (Pulang)

3.1K 96 1
                                    

 Jangan lupa vote and comment

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan setela mendapat gelar sarjana.

Berkerja?

Yang benar saja!.

Ayolah setelah empat tahun mengabiskan masa mudaku dengan belajar di bangku perkulaiahan. Aku juga membutuhkan waktu berhenti sejenak dan beristirahat.

 Dan sekarang disini lah aku, di depan rumah sederhana berlantai dua yang terletak di tengah hutan.

Aku pulang.

Rasa lelah karena berkendara berjam-jam gugur sudah saat aku mencium bau perkarangan rumah. Bau mawar bercampur lavender begitu memenuhi indra penciumanku. Masih sama seperti dulu tak ada yang berubah Ayah masih menanam bunga mawar, bunga yang menjadi obsesi ibu saat masih hidup. Dan tidak juga lavender sebagai pengusir nyamuk di hujan tropis yang super lembab.

dengan masih mengengeam koper aku mengetuk pintu kayu rumah 

Tok... Tok.... Tok....

hampir satu menit aku mematung karena tidak ada yang membukakan pintu.

Tunggu! Untuk apa aku mengetuk pintu, bukankah rumah ini rumahku juga?

tanpa pikir panjang aku menggenggam kenop pintu lalu membukanya. Keningku berkerut tidak ada orang di rumah

 pasti surya lupa lagi mengunci pintu, dasar mahluk besar tapi sifatnya kayak kakek-kakek. aku pikir setelah lama tidak jukpa dia semakin keren tapi sikap pelupanya masih mendarah daging. Aku jadi penasaran apa tubuh besarnya semakin mengering oleh sifat lupanya.

Aku sempat tidak mengenal rumah ini karena semuanya telah berubah. Dulu hanya foto mendiang ibuku yang disingkirkan, kini diseluk beluk rumah ini fotoku telah hilang, empat tahun bukan waktu yang lama tapi bisa merubah isi rumah ini. Apakah mereka yang mendiami rumah ini jugs mencoba melupakanku dengan mencoba menyinkirkan barang-barang yang identik denganku.

Tiba-tiba pintu belakang terbuka. Lalu muncul sosok tinggi besar yang terlihat ngos-ngosan seolah-olah dia berlari-lari ratusan meter.

“Pa apa hanya aku atau hidungku lagi bermasalah, aku mencium bau arora disini?” laki-laki besar itu adalah Surya saudara laki-lakiku
Aku anak terakhir dari Dua bersaudara  dia adalah anak pertama.

Dan aku sangat merinduanya dengan senyum yang terukir diwajahku aku berlari dan langsung menerjang

“Apa yang kamu lakukan disini?” tanyanya dingin

Ucapannya berhasil melunturkan senyumku, pelukanku dilepas paksa oleh Surya

Bang surya tidak pernah beubah
Selalu dengan wajah galak dan bentakan untukku. Walaupun begitu aku tahu dia sangat menyayangiku

Meskipun pelukanku dipaksa lepas olehnya tapi aku tidak menyerah untuk menunjukkan rasa rinduku

“hey apa yan kamu lakukan” tolaknya meronta-ronta dalam pelukanku

“Rindu” ujarku

seketika tubuhnya terdiam, geramannya tidak terdengar lagi.

Aku tidak peduli sekeras apapun dia menolaku, karena rasa rindu ini mengalahkan segalanya

“A- Apa?” ujarnya yang terdengar gugup olehku

“Adik bang surya yang manis ini rindu pada abangnya” ujarku dengan nada manja

Aku semakin kuat memeluk tubuh bang Surya dan berharap dia membalas pelukanku

“dasar laki-laki tidak peka” ujarku pura-pura merajuk “seharusnya kamu membalas pelukanku” ujarku dengan nada yang kesal,

Dan seketika dia melepaskan dengan kasar pelukanku. doronganya membuat aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku hingga aku terjatuh dimeja kaca.

“Apa yang terjadi” ujar suara yang sangat aku rindukan

aku meringis, pecahan kaca ini begitu menyakitiku, banyak goresan kaca menghiasi sekitar lenagan dan tangankuku akibat aku menahan tubuhku mengunakan tanganku ketika jatuh.

Tidak ada komentar dari ayah, aku pun tidak melihat raut wajahnya karena aku menundukan kepalaku. mungkin saat ini wajhku sudah memerah karena menahan sakit dan takut dengan reaksi ayahku.

“Seharunya kamu sadar dia hanya manusia, mulai sekarang kontrol kekuatn srigala yang ada di tubuhm” ujar ayah tegas sebelum langkah sepatu menjauhi ruang tamu

“pokoknya aku tidak mau tahu, bereskan semua ini” bang Surya meningalkanku menuju pintu keluar.

Jangan lupa vote and comment
😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄

My Mate Is Putri BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang