22. ( ..Putri Bulan.. )..

937 51 9
                                    

  🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏 

Jangan lupa Vote dan comment

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Awan mendung menghiasi pagi, cuaca sedikit terasa panas. bias-bias fajar menyala bak terbakar dari ufuk timur, kicawan burung tidak tergantikan dan aku masih setia dengan kasurku.

Aku bangun saat waku menunjukan pukul sepuluh lewat, ini memang awal yang buruk untuk memulai hari. Mengingat kekacawan malam tadi membuat aku malas memulai hari.

Aku tidak melihat Angkasa saat bangun, yang jelas aku mendapat sarapan yang telah mulai dingin di meja nagkas serta tongkat yang baru.

“TOK..Tok.. tok.” bunyi ketukan dari pintu kamarku

“Siapa?” tanyaku

Selang berberapa detik pintu kamar terbuka, dari tempat tidur aku melihat wajah pria yang sangat aku aku kenal. Dia terlihat seperti terakhir kali aku melihatnya berberapa tahun yang lalu, tapi ada sedikit gurat-gurat lelah di bawah matanya dan tatapan kosong...
bukan..
itu bukan tatatpan kosong tetapi tatapan penyesalan.
Apa sesuatu yang berat terjadi kepadanya, seketika aku teringat Ayah..
dimana Ayah sekarang?

“Apa aku mengangu” ucapnya pelan

“Surya” gumamku

Kami terdiam cukup lama dalam pandangan

“ hi” ujarnya cangung
Aku hanya mengangukan kepala sembari memutuskan tatapanku padanya
seketika satu pelukan hangat menimpa ku

“aku minta maaf sunguh aku minta maaf” surya memelukku dengan sangat erat
Badanku terasa kaku, aku tidak sangup membalas pelukanya. tanganku terasa berat untuk  sekedar membalas pelukanya

“maaf kan aku. please.. aku sangat menyesal”
Aku bisa merasakan alunan biola yang sangat memilukan dari situasi ini, seakan-akan melodi itu mengambarkan suasana hatinya

kemudia aku perlahan membalas pelukanya namun tidak ada sedikit dari air mataku yang keluar. mungkin ini lah takdir, aku tidak sampai hati untuk marah kepadanya walau bagaimanapun dia adalah keluargaku dan kami pernah bersama seperti adik kakak pada umumnya.

“ya” jawabku pelan sedikit acuh

“Serius” aku melihat binar bahagia dari matanya

Aku mengangukan kepalaku, lalu memalingkan pandanganku kepenjuru kamar agar tidak memandang matanya kembali. “ ya, sekarang pergilah” usirku

Surya mematung di hadapaku, terlihat tatapan kosong tanda kecewa dimatanya.

“ Aku ingin madi lalu sarapan” ujarku agar dia tidak tersingung saat aku mengusirnya

“oh’ Responya masih dengan raut yang sama

“jadi pergilah” ujarku berusaha membuat keadaan senormal mungkin
Tapi situasi ini bisa aku pastikan tidak terlihat alami, tapi itu normal bagiku karena Surya hanya orang dari masalalu ku,  kami juga tidak banyak berinteraksi sebelumnya. jadi ini situasi teralami yang bisa aku buat.

“oke.. aku akan menunggu diluar” ujarnya sambil menujuk pinu masuk
Aku hanya menganguk dan sedikit umpatan dalam hati
‘kenapa dia tidak peka’ batinku  ‘aku masih mau menghidar darinya’ aku menghela nafas berat

***

“Kita mau kemana?” tanyaku

“Menunjukan sisi lain diriku” aku melihat sedikit nada semangat dalam ucapanya

My Mate Is Putri BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang