2

42.4K 1.4K 34
                                    

Siang itu, di saat matahari sedang berada di atas kepala Lena, panti mereka didatangi oleh seorang tamu.

Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan wajah datar yang membawa sekantung besar penuh dengan mainan dan berbagai macam cemilan yang menjadi kerumunan dan rebutan teman-teman pantinya yang lain.

Semua orang berbondong-bondong mendekatinya. Bahkan Ibu panti terlihat tergopoh-gopoh mendekati si lelaki jakung sambil membungkuk saat diberikan bungkusan besar yang menjadi perhatian anak-anak panti.

Banyak anak panti yang tertawa senang saat melihat apa yang berada di dalam kantungan itu. Bahkan ibu pantipun juga.

Sepertinya hanya dirinya di sini yang tidak tersenyum sama sekali. Lena bahkan merasa sedih saat menatap lekat lelaki berjas itu. Karena Lena tahu lelaki tinggi berwajah datar itu datang untuk sebuah tujuan.

Tujuan yang membuat Lena sedih dan sekaligus iri.

Satu lagi teman pantinya yang akan pergi bersama keluarga baru mereka. Dan Lena lagi-lagi hanya bisa terdiam untuk melihat.

Walaupun Lena sudah berkata tidak apa-apa sebanyak ribuan kali tetap saja, gadis kecil itu sedih karena merasa tidak ada yang menginginkannya.

Untuk itulah Lena pada akhirnya berbalik sambil menunduk lesu dan memutuskan untuk tidak ingin melihat lebih lanjut.

Gadis kecil itu tidak ingin melihat sesuatu yang membuat hatinya makin pedih. Lagipula dia tidak ingin menangis diam-diam lagi untuk meratapi nasibnya yang merana.

Dan dengan pikiran itu semua Lena kembali ke kamarnya dan meringkuk di atas tempat tidurnya untuk merenung sambil menghabiskan waktu.

Dia akan keluar dari kamarnya saat si lelaki berjas itu pergi. Biar saja semua temannya bersenang-senang tanpa dirinya di luar sana. Lena tidak akan keluar hanya karena sebuah mainan dan juga jajanan asin dalam sebuah bungkusan yang memiliki label terkenal. Lena tidak akan peduli walaupun semua bagiannya di ambil oleh anak panti lain. Karena yang Lena lebih pedulikan sekarang adalah bagaimana caranya menghilangkan semua rasa sesak dalam hatinya yang timbul karena rasa tidak diinginkan itu lagi-lagi muncul.

***

Mata Lena mengerjap saat sebuah tangan mengguncang tubuh mungilnya dengan pelan.

Gadis itu mengerut saat sinar cahaya memasuki penglihatannya sebelum kemudian dia melihat siapa yang membangunkan dirinya dari tidur yang tidak dia rencanakan.

"Kakak Brenda? Apakah ini waktunya makan malam?" Lena bangkit sambil menggosok mata kanannya dengan pelan. Matanya kembali mengerjap polos sambil melihat Brenda yang sedang duduk di atas kasurnya dan tersenyum senang ke arahnya.

"Kamu tidak mau keluar? Ibu memanggil kita semua." Tangan Brenda yang hangat mengelus rambut Lena yang agak berantakan akibat posisi tidur gadis kecil itu. Dia menatap sayang ke arah Lena yang masih terdiam kebingungan karena tiba-tiba dibangunkan.

Lena cemberut. Menatap sedih ke arah Brenda dengan tatapan polosnya. "Ibu meminta kita semua berkumpul untuk acara perpisahan?"

Tradisi panti ini adalah setiap ada anak panti yang pergi untuk di asuh atau setidaknya keluar dari panti karena umur mereka sudah cukup matang untuk mencari kehidupan sendiri, Ibu panti pasti selalu mengadakan acara perpisahan dadakan di mana mereka semua akan dikumpulkan untuk mengucapkan salam perpisahan. Dan Lena paling tidak suka dengan acara yang satu ini walaupun setiap acara ini di adakan dia selalu hadir dan memberikan ucapan dengan tulus.

Kali ini dia harus menghadirinya lagi.

Lena menunduk sedih walaupun tetap saja dirinya siap-siap untuk turun dari tempat tidur. Dia harus berbesar hati menerima semuanya. Bahkan jika itu artinya Lena harus menerima kesialannya.

Daddy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang