Lena punya nama baru sekarang.
Lena Salvatore. Nama belakang dari Daddynya. Adam Salvatore.
Dia suka karena sekarang namanya bukan hanya Lena saja tanpa embel-embel apapun.
Dan juga pada akhirnya, Lena punya rumahnya sendiri bersama dengan satu-satunya orangtua yang dimiliki.
"Kamar ini milikmu sekarang." Suara berat laki-laki itu lagi-lagi terdengar di telinganya membuat Lena menoleh untuk melihat wajah pria dewasa yang berada dekat sekali dengannya. Lalu saat puas menatap wajah yang juga sedang menatapnya itu, Lena kembali mengalihkan tatapannya ke ruangan yang sudah penuh dengan berbagai macam perabotan itu.
Dia mengangguk dengan semangat lalu tidak bisa menahan diri untuk kembali memeluk leher lelaki yang sedang menggendongnya itu.
Dia senang. Lena sudah merasa senang sekarang. Hatinya berbunga-bunga. Dan itu semua karena orangtua tunggalnya, si lelaki jakung berwajah datar yang mulai sekarang akan dirinya panggil dengan sebutan Daddy.
***
Setelah berhari-hari tinggal dengan Daddynya, Lena mulai mengerti dan menghafal lingkaran aktifitas pria itu. Mulai dari membangunkan dirinya lalu pergi berkerja hingga kembali lagi saat sore tiba. Di hari sabtu dan minggu ataupun weekend, pria itu akan menetap di rumah dan menemaninya, atau kalau tidak menetap di ruang kerja pribadinya selama beberapa jam lamanya.
Lena juga mulai tahu sifat pria itu. Pendiam, tapi baik hati. Pria hangat baik hati dan pekerja keras.
Dan semua itu membuat Lena heran karena sang Daddy hidup sendirian selama ini.
Tidak ada istri atau apapun itu yang biasa orang sekitarnya sebut sebagai pacar. Daddynya benar-benar sendirian.
Mungkin karena itulah Daddynya memutuskan untuk mengadopsi anak? Entahlah, Lena tidak terlalu tahu.
Hari sudah beranjak sore saat Lena menunggu dengan tenang di atas sofa. Di depannya ada sebuah TV besar yang sedang menampilkan tayangan anak-anak untuk seumurannya. Tapi bukan TV itu yang Lena tatap sedari tadi, tapi jam dinding yang berada di atas TV tersebut yang sebentar lagi menunjukkan jam kepulangan Daddynya dari bekerja.
Ini adalah salah satu aktifitas kegemaran Lena saat hari sudah mulai gelap. Karena begitu hari menjelang gelap di akhir hari, itu artinya Daddynya akan segera pulang. Tinggal menunggu pintu rumahnya yang akan dibuka dari arah luar, lalu Daddynya akan masuk.
"Daddy!!" Lena berteriak dengan riang lalu dengan segera menghambur ke arah Adam yang sudah siap dengan kedua tangannya untuk merengkuh Lena yang berlarian ke arahnya.
"Kesayangan Daddy!" Adam balas berseru lalu menggendong Lena agar gadis kecil itu sejajar dengannya. "Bagaimana hari ini? Apakah harimu menyenangkan?"
"Biasa saja tanpamu, Dad. Seharian kerjaku hanya mewarnani dengan Nanny lalu menonton para domba itu lagi seperti biasanya. Bagaimana denganmu Daddy?" Lena memajukan bibirnya sambil menunjuk meja yang berantakan dan TV besarnya yang masih setia menyala.
"Daddy berkerja, tentu saja. Sibuk sekali hari ini." Adam berjalan sambil tetap menggendong Lena dengan kedua tangannya. Pria itu mengangguk sebentar ke arah Nanny yang bertugas merawat Lena lalu melanjutkan perjalanannya ke arah kamar milik gadis kecil itu.
"Daddy pasti lelah sekali." Lena mendesah dengan sedih. Lalu dengan tangannya yang kecil yang tidak memeluk leher Adam bergerak untuk berusaha memijit pundak pria dewasa itu. Walaupun sepertinya percuma karena Daddynya itu hanya terkekeh geli karena pijitan Lena yang tidak seberapa hingga akhirnya gadis kecil itu menyerah dan kembali ke posisinya semula.
"Tidak apa-apa, sayang. Daddy sudah terbiasa seperti ini." Adam mengecup sekilas puncak kepala Lena sebelum menurunkan gadis kecil itu ke atas tempat tidur Queennya. "Sekarang, bersiap-siap untuk tidur, oke? Daddy juga akan membersihkan diri lalu kembali ke sini untuk menemanimu sampai tertidur."
Satu lagi aktifitas yang menjadi kegemaran Lena sekarang. Dimana Adam akan menemaninya sampai dirinya tertidur, memeluk Lena dan bila perlu menceritakan gadis kecil itu dongeng dari salah satu buku yang dia punya.
"Daddy?" Lena berbisik saat matanya sudah mulai terpejam. Kedua tangannya memeluk leher Adam dan membenamkan wajah di antara celah leher pria itu. Mencium aroma maskulin pria itu yang entah mengapa membuatnya tenang dan juga mengantuk.
"Yes, honey?" Adam menjawab dengan sama lirihnya sambil mengelus punggung Lena agar gadis kecil itu terlelap dalam tidurnya.
"Daddy takkan pernah membuangku kan?" Sebenarnya, itu hanyalah pertanyaan selintas yang asal Lena keluarkan. Tapi entah mengapa membuat Adam kaku. Tangannya berhenti mengelus punggung gadis kecil itu karena terlalu terkejut.
Walaupun pada akhirnya Adam kembali tersadar dan segera menjawab pertanyaan dari gadis kecil yang sepertinya masih menunggu jawabannya itu. "Tentu saja Daddy takkan pernah membuangmu." Lalu setelahnya, Lena tertidur dengan nyenyak menyisakan Adam yang terjaga semalaman.
***
Ada alasannya mengapa Adam di umurnya yang masih sangat muda ini memutuskan untuk mengasuh anak.
Pria itu masih berumur 21 tahun, masih menyenangkan untuk masa-masa lajang pria seharusnya. Kebanyakan pria yang seumuran dengannya masih memilih untuk bebas, merintis karir atau paling tidak keliling dunia bersama teman-temannya yang lain. Sedangkan Adam, pria itu entah apa yang dia pikirkan sampai-sampai memutuskan untuk mengangkat Lena sebagai anaknya.
Adam terpaku menatap wajah Lena yang tertidur dengan lelap di atas tempat tidur milik gadis cilik itu. Ada senyum kecil di bibirnya yang mungil dan tanpa sadar membuat Adam juga ikut tersenyum.
Gadis kecil ini pasti menjalani hari-hari dengan berat. Adam menghela nafasnya dengan pelan sambil memikirkan permintaan Lena tadi padanya.
Tidak membuang gadis kecil itu? Adam menghela nafas sekali lagi. Takkan ada yang akan membuang Lena setelah melihat bagaimana gadis kecil itu.
Adam bahkan merasa beruntung bertemu dengan gadis kecil penyayang ini.
Dia sendiri tidak tahu apa yang orangtua Lena pikirkan saat memberikan gadis kecil ke Ibu panti lelu meninggalkannya tanpa ada kabar.
"Takkan ada yang pernah meninggalkanmu, Sayang. Aku takkan meninggalkanmu." Adam membungkuk, mengelus dahi Lena lalu kemudian meninggalkan kecupan kecil di sana sebelum keluar dari kamar gadis kecilnya.
***
"Daddy?"
Lena berbisik dengan pelan. Tangannya dia letakkan di atas lengan Adam dengan tujuan untuk memanggil pria itu bangun. Atau setidaknya untuk membuat Adam sadar jika Lena sedang berada di samping tubuhnya yang sedang tertidur dengan pulas.
"Daddy?" Tangan kecil Lena mengerat untuk semakin memeluk bantal yang berada di salah satu lengannya sekarang. Gadis kecil takut karena telah mendapatkan mimpi buruk pertamanya di rumah itu.
Sedangkan Adam yang sudah terbangun dari tidur nyenyaknya langsung menatap Lena dengan tatapan bertanya miliknya.
"Honey? Apa yang terjadi sayang?" Adam bangkit dari posisi tidurnya lalu bertanya pada Lena yang sedikit terisak di depannya.
"Daddy... bolehkah aku tidur denganmu? Aku takut tidur sendirian."
Adam bingung tapi tidak bisa menolak Lena. Dia menarik gadis kecil itu untuk masuk ke dalam pelukannya dan membiarkannya tidur di sana hingga pagi menjelang.
***
TBC
Selamat siang teman2 ☺️
Cuman menginfokan jika Ebook Daddy? udah ada di google playstore yaa.
Di wattpad tetap akan di lanjutkan tapi ya gitu, yang di posting versi wattpad aja tanpa bab tambahan dan bonus part. Postingnya juga sesuai mood. Hehe
Sekian dan terima kasih.
Byebyeee~

KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy?
RomanceWarning: Genre dewasa. *** Lena, semasa hidupnya merasa bahwa dirinya tak pernah di inginkan. Pertama, gadis kecil itu di buang oleh kedua orangtuanya di sebuah panti asuhan. Kedua, tak ada yang ingin mengasuhnya. Dirinya selalu terlewatkan oleh se...