Rian berjalan memasuki sebuah rumah sakit dengan langkah tegap. Jas putih kebanggaannya sudah melekat rapi di tubuhnya yang proporsional. Sesekali ia memegangi gagang kacamatanya sembari tersenyum ramah kepada siapa saja yang ia temui.
“Widih…, ada dokter baru nih…” Seorang pria berperut buncit menghampiri Rian sembari menepuk pundaknya. “Apa kabar bro?” lanjutnya memeluk sang sahabat.
“Alhamdulillah baik.” Rian menjawab santai sembari balas memeluk erat. Ia meletakkan tas hitamnya di atas sebuah meja. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah rumah sakit jiwa. Rian baru saja menyelesaikan S2 kedokteran spesialis penyakit jiwa di salah satu universitas di Jepang.
“Ah, baik apanya. Masih jomblo begini. Berarti ada yang sakit. Sakitnya di sini…” Akbar sang dokter berperut buncit menunjuk dada Rian tepat di jantung laki-laki tinggi itu. Rian hanya tertawa. “Jangan-jangan kamu belum bisa move on ya? Itulah akibatnya kalau cinta tapi cuma dipendam. Akhirnya malah disambar orang lain kan? Bung saya kasih tau, kalau cinta utarakan. Meski ditolak paling tidak hati jadi lega.”
“Hahaha…, isi pidato kamu belum berubah ya, masih sama aja. Ini udah empat tahun berlalu.” Rian mengingatkan sang sahabat agar tak mengungkit-ungkit masa lalu.
Rian dan Akbar sudah bersahabat selama 10 tahun. Mereka pernah menempuh perkuliahan di kampus yang sama ketika masih strata satu. Akbar tahu betul kisah cinta tak berbalas yang dirasakan oleh sang sahabat.
-Bersambung-
---
Kami kembali 😊
Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa cerita ini dihapus lalu diupload kembali 😁
Kronologinya agak panjang tapi intinya: kami menghapus dan memostingnya kembali karena Allah ☺
Salam.
_Huda_