Chapter 2: Cloud

36 3 0
                                    

Pukul 6:30, kita sedang menanti bus yang menuju ke arah sekolah. Cuaca sedikit mendung, mungkin sebentar lagi akan ada hujan. Siapa tahu, bukan?

Cuaca adalah suatu fenomena alam. Alam tak bisa diprediksi, seperti itulah bagaimana dunia ini bekerja. Sama halnya seperti hati seorang manusia, tak bisa diprediksi. Bisa berubah kapan saja, bahkan ketika kita tidak menginginkannya.

Karena dasarnya, ada ilmu yang dapat dikalkulasi dan prediksi oleh manusia, dan ada juga hukum alam yang berlaku didunia ini.

Hukum alam dan Hukum dunia pun berbeda. Jika hukum dunia mencakup hukum-hukum dasar fisika, maka hukum alam mencakup dengan ekosistem dan juga makhluk hidup.

Ini berarti berbagai macam probabilitas sudah termasuk dengan hukum alam, dikarenakan tak dapat diprediksi begitu saja oleh manusia.

Itulah yang kupikirkan. Sial, aku terlalu menjadi seorang pemikir. Bisa jadi aku tiba-tiba menjadi seorang agnostik karena terlalu meragukan ciptaan tuhan. Cukup Chloe saja yang selalu berpikiran seperti itu!

Aku ini tak se eksistensial krisis Chloe. Tetapi, aku mengaku bahwa aku ini memang terlalu sering berfantasi. Hm, aku memang agak hipokrit sih... Tetapi, aku yakin pasti masih ada diriku diluar sana yang sangat-sangat hipokrit.

Chloe selalu berpikir tentang hal demikian. Dia bahkan sangat tergila-gila oleh teori-teori fisika kuantum. Padahal, meski teori fisika kuantum sangat patuh terhadap hukum fisika, bukan berarti bagaimana cara pengaplikasiannya dapat terbukti.

Ah, jika manusia memang benar-benar bisa menguasai segala jenis Hukum Dunia secara rinci, itu berarti manusia sudah mencapai ilmu pengetahuan yang maha semesta. Kata lainnya, dia telah mencapai semesta ketuhanan.

Sial... jika aku berpikir seperti ini terus, bisa saja aku dikucilkan hanya karena jalan pemikiranku termasuk minoritas.

Ya, aku memang tak terlalu religius sih, tapi aku tak suka saja jika tiba-tiba aku melanggar dan keluar dari norma masyarakat yang berlaku di Indonesia.

Pada dasarnya aku sangat takut jika aku dikucilkan hanya karena aku keluar dari norma. Menurut Craig Calhoun, Norma adalah suatu aturan ataupun pedoman yang menyatakan yang mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak di dalam suatu situasi yang tertentu.

Berarti, singkatnya norma adalah bagaimana seorang anggota masyarakat haruslah berbaur dengan mayoritas lainnya, mau ataupun tidak mau.

Hahaha, mungkin aku memang cocok masuk ilmu filsafat, bukan? Aku terlalu banyak berpikir disaat bengong.

"Hey, Hikaru! Ngapain kamu bengong gitu? Jangan-jangan kamu lagi mikir yang aneh-aneh lagi!"

Dan lagi, si penghancur mood tiba-tiba datang dan menghancurkan imajinasi liarku. Disaat aku sedang berpikir dibawah hujan layaknya anak indie, tiba-tiba ada seorang perempuan yang mengganggu waktu delusiku. Siapa juga yang tidak kesal ketika kau sedang bengong dan berada di alam imajiner, tiba-tiba ada seseorang yang membangunkanmu?

"Mana ada! Aku cuman lagi mikir gimana lombanya nanti. Aku takut kalau misalnya dewi fortuna lagi gak berpihak sama kita. Semoga saja gak ada yang aneh-aneh disana. Apalagi kalau misalnya ada Itu yang entah berantah ganggu kita."

"Eeeh, Itu yang dimaksud, Itu kan? Tenang aja... kita kan hidup di jaman modern, sedangkan Itu kebanyakan berasal dari jaman-jaman dulu yang belum damai. Mana mungkin mereka ngalamin modernisasi, bukan? Jiwa juga pikiran mereka kan terkunci di era ketika mereka... ya.... Itu... meninggalkan dimensi para mortal ini."

Chloe tersenyum kepadaku, dengan ekspresi seperti (ノ≧ڡ≦) Teehee~! Dan juga, ga usah juga sih ngepanggil itu pake itu terus! Aku kan cuman ngepanggil makhluk gaib dengan sebutan itu biar konek aja! Kalau misalnya udah konek, ga usah panggil pake itu lagi deh.

"Ya... ya... itu... Ternyata kamu ngerti ya itu yang ku maksud. Udah kutebak sih kalo kamu pasti ngerti. Tapi gak nyangka kalo kamu bisa konek secepet itu."

"Eh, kejam banget sih! Jangan pikir cuman kamu yang bisa ngelogika doang! Aku cuman kebawa suasana doang jadi aku manggil itu pake itu terus. Lagian juga yang jenius juga bukan cuman kamu yeeee."

Agak nyebelin, tapi gapapa sih. Kayaknya aku doang yang punya ekspektasi rendah ke dia. Kalau aku digituin pasti reaksiku bakalan sama dengan Chloe. Lagian, aku sama dia kan gak beda jauh. Kami sama-sama mempunyai tingkat logika di kelas jenius tingkat atas. Mungkin kami bisa menjadi Sherlock Holmes muda dari Indonesia ya.

"Ya maap, aku juga cuman mau coba goda kamu doang kok."

"E-eh, goda? Tuh kan kamu salah lagi pembahasaannya!"

Eh, aku salah ya? Mungkin kata 'goda' ke lawan jenis itu bukanlah cara perkataan atau penulisan yang bagus deh. Okay, aku akan masukkan lagi kata goda sebagai list-kata-blacklist pribadiku.

Pembahasaan yang salah bisa saja menjadi masalah besar. Bahkan pernah ada cerita tentang pemerintah tionghoa yang lahir di Indonesia di persekusi hanya karena kesalahpahaman oleh dua kubu. Dan parahnya lagi, ada seseorang yang tak bertanggung jawab dari kubu oposisi yang dengan teganya meng-edit video yang dikatakan oleh pemerintah tionghoa tersebut ketika sedang berpidato didepan masyarakat sehingga kericuhan makin gawat dan tak bisa dihindari, sehingga akhirnya pemerintah tionghoa itupun harus turun jabatan.

"Hmm, kenapa kalo emang beneran aku ngecoba goda kamu? Gak salah kan ehe"

Kali ini, aku benar-benar mencoba menggoda Chloe. Ekspresinya itu lho saat dia kaget yang aku suka. Gak nyangka aku kalau perempuan pendek bisa imut banget kalo nge-blush. Apalagi kalau masalaahnya itu Chloe, yang aku suka banget jailin dia.

"E-eh, Hikaru... kamu... AAAA"

Betul, kan? Dia benar-benar nutupin mukanya sekarang. Seorang perempuan kalau nutupin muka jika malu memang imut, ya.

Senang sekali rasanya bisa membuat perempuan bertingkah aneh seperti itu ya... Rasanya imut sekali sampai-sampai ingin aku cubit.

Tunggu, apa yang sedang aku pikirkan? Aku ini bukanlah seorang creep! Ah sudahlah...

Tak terasa, sepertinya bus yang akan memberangkatkan kita ke sekolah sudah tiba. Bus disini lebih mirip dengan angkot sih. Bahkan kenyataannya lebih baik memanggil angkot daripada bus antar jemput sekolahan deh. Lagipula, aku cuman pake bus buat hari ini doang, soalnya kendaraan pribadiku nanti akan dipakai oleh ibundaku.

Chloe masih diam saja disana. Benar-benar semalu itukah dia? Hujannya semakin deras lho. Selain busnya yang kelamaan, kita juga bisa kebasahan ntar. Daripada kasihan busnya menunggu kami, lebih baik aku langsung menarik tangannya dan masuk ke dalam saja deh. Aku tak mau jadi basah kuyup cuman gara-gara nungguin Chloe ini.

Cepatlah naik Chloe~~

Animus no AnimaWhere stories live. Discover now