Part 10 : Harapan Terwujud

63 3 0
                                    

Hubungan mereka berakhir meskipun keduanya merasa tak rela. Dinda bertekad untuk bangkit melanjutkan hidupnya tanpa Aris. Sementara Aris masih tak terima dengan keputusan sepihak dari kekasih dambaannya selama ini yang kini harus menjadi mantan terindah baginya. Akan sulit bagi Aris untuk move on dari seorang Dinda Putri. Namun, kisah Dinda tak terhenti sampai di situ saja. Hari-harinya kini diisi oleh Si Pak Guru Sejarah, Aji.

***

"Dinda, baru pulang kuliah?"

"Eh, iya Pak Aji. Pak, kok ada di sini?"

"Gak tadi kebetulan ada urusan di deket sini, terus lewat sini ya mampir aja."

"Oh, kirain sengaja ngikutin aku."

"Kalo bener gitu emang kenapa? Gak apa-apa kan? Udah yuk pulang sama aku sekalian."

---------

Kedekatan Dinda dan Aji membuat Aji merasa harus memanfaatkan kesempatan itu. Ia ingin mengisi kekosongan hati Dinda.

"Din. Aku mau bicarain sesuatu sama kamu."

"Ada apa Pak?"

"Ehm to the point aja. Pak Aji pengin gantiin posisi Pak Aris di hidup kamu sekarang. Ini usaha aku kedua kalinya buat tembak kamu. Selama ini pun kamu tau gimana perasaan aku dan itu masih tetep sama sampai kapan pun. Aku harap kali ini kamu mau terima cinta aku, Dinda!"

***

Akhirnya Dinda mencoba memahami perasaan Aji. Ia pikir mungkin akan lebih mudah untuknya melupakan Aris setelah ia punya kekasih baru. Lagipula selama ini Pak Aji sudah sangat baik padanya dan banyak berkorban untuknya. Mereka akhirnya bersatu.



"Halo sayang, kamu masih di kampus?"

"Iya Pak. Kenapa?"

"Gak apa-apa. Jangan lupa makan ya. Ntar aku jemput kamu pulang kuliah."

Aji mencurahkan semua perhatiannya untuk kekasih idamannya itu.

"Sayang, gimana kerjaan kamu? Lancar kan?"

"Iya semua baik-baik aja kok Pak."

"Oh ya, tadi dapet salam dari Mama. Kapan-kapan kita main ke tempat Mama lagi ya!"

"Iya Pak Aji. Aku juga kangen sama tante."

"Kamu gak pernah mampir ke sekolah lagi. Emang gak kangen ya? Paling gak ke sana lah buat temuin aku gitu. Atau, kamu takut ya ketemu sama Aris, mantan terindah kamu itu?"

"Apa sih Pak? Gak kok, aku cuma belum sempet aja buat main ke sekolah lagi. Lagipula buat apa sih bicarain masa lalu terus?"

"Oke deh kalo gitu. Aku gak akan bahas dia lagi sayang. I love you!"

Aji memeluk Dinda.

...

Setahun berlalu semenjak Aji mendapat kesempatan memiliki cintanya. Namun, sebenarnya kenangan akan Aris masih terus membayangi pikiran Dinda hingga saat ini.

Dinda lulus S-1 dengan predikat cumlaude. Kini ia pun mendapat tawaran bekerja di perusahaan ternama.

"Congrat ya sayang. Aku seneng banget atas pencapaian kamu ini."

"Makasih Pak Aji. Ini juga berkat dukungan Pak Aji kok. Hemm... Andai aja ayah ibu masih ada."

"Sayang, udah jangan sedih gitu. Aku yakin kok mereka pun di sana juga seneng dan bangga liat anaknya sekarang."

💕

Beberapa waktu telah berlalu. Aji memutuskan untuk segera mengakhiri masa lajangnya. Ia berniat melamar kekasih hatinya.

"Pak Aji. Ngapain ajak aku ke sini?"

"Kamu gak suka tempatnya ya?"

"Gak kok Pak. Aku suka, tapi ini terlalu romantis, Pak."

"Aku emang sengaja buat suasana kayak gini."

Aji menunjukkan sebuah cincin berlian pada Dinda.

"Pak... Eee, kenapa?"

"Din, aku... Okee, aku mulai aja. Sayang, kita dah sama-sama dewasa kan? Jadi kamu pasti juga ngerti kalo hubungan kita gak bakal kayak gini aja selamanya. Aku mau melangkah lebih serius lagi sama kamu. Aku pengin selalu ada kamu di sisi aku buat habisin sisa hidup kita. Kamu tau seperti apa cinta aku kan? So... Will you marry me?"

Awalnya Dinda masih ragu. Entah karena apa tiba-tiba keluar kata-kata penerimaan dari mulutnya. Aji sangat bahagia, lamarannya sukses tak ditolak Dinda.

***

Persiapan pernikahan telah dilakukan. Aji begitu antusias. Namun, Dinda justru berkutat dengan dilema dan kegalauannya. Muncul banyak pertanyaan dalam benaknya. Apa ia harus benar-benar menikah dengan Aji? Apa ia sudah benar-benar bisa melupakan Aris? Ia tak ingin membuat Aji kecewa dan sakit hati. Namun, hatinya tak kan bisa berbohong selamanya.

H-1 Pernikahan...

"Sayang, ini udah H-1. Besok--"

"Pak Aji maaf, tapi aku--"

"Tapi apa? Kamu berubah pikiran. Kamu gak bisa nikah sama aku. Kamu masih cinta sama Aris. Bener kan?"

"Pak. Gimana Pak Aji bisa--"

"Husst, aku udah paham kok semenjak beberapa hari yang lalu. Kamu gak usah khawatir ya, Pak Aji gak akan maksa kok." Aji memeluk Dinda.

"Ma-maksud Pak Aji?"

"Silakan Dinda. Kamu berhak raih kebahagiaan kamu. Kamu bisa perjuangin cinta kamu sama Aris. Bagi Pak Aji, yang terpenting cuma kebahagiaan kamu."

"Pak Aji batalin pernikahan itu?"

"Gak Dinda, pernikahannya gak akan batal kok, cuma bakal ganti mempelai prianya. Aris yang akan ada di sisi kamu nanti."

"Gimana mungkin Pak?"

"Gak ada yang gak mungkin. Aku udah ngomong sama Aris kok, dan dia setuju. Kabar baiknya, orang tua Aris juga berusaha mulai bisa terima kamu. Jadi, good luck buat hidup baru kamu mulai besok ya!"

"Pak Aji kenapa bisa baik banget sih? Aku udah banyak salah sama Pak--"

"Husst, gak Dinda. Aku rela serahin kamu buat Aris. Aku bisa lepasin kamu buat kejar masa depan impian kamu. Lagipula cinta gak harus selalu bisa memiliki, tapi cinta itu di mana kita bisa bahagiain orang yang kita cintai, meski itu berarti harus merelakannya bersama orang lain. Aku yakin kamu akan lebih bahagia sama Aris."

Dinda menikah dengan Aris. Dinda dan Aris bahagia. Aji pun bahagia.

TAMAT

"Cinta Tak Harus Memiliki."
- Aji -

My Lovely TeachersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang