Dinda berharap ia tak bertemu Aji besok. Ia tak tahu bagaimana jadinya jika ia bertemu Aji, mengingat apa yang sudah terjadi di sekolah hari itu.
Di sisi lain, Aji begitu kecewa karena cintanya ditolak oleh Dinda, cinta yang selama ini ia rasakan ternyata bertepuk sebelah tangan dan hanya menjadi cinta sendirian baginya. Namun, Aji tak ingin perasaannya itu menjadikan sikap Dinda padanya berubah ataupun Dinda jadi menjauhinya.Beberapa hari berlalu. Selama itu Dinda berhasil menjauh dari Aji. Aji pun bingung, ia terus memikirkan bagaimana cara agar hubungannya dengan Dinda bisa kembali seperti dulu.
Suatu hari, entah karena apa Dinda tiba-tiba tak sadarkan diri. Mungkin ia terlalu kelelahan akibat aktivitasnya. Aji begitu khawatir. Ia menemui Dinda yang dibawa ke UKS.
"Dinda, kamu kenapa?"
"Aku--aku gak apa-apa. Ngapain Pak Aji di sini?"
"Aku khawatir sama kamu. Kamu pasti kecapekan makanya jadi sakit lagi. Kalo kamu mau, aku bisa bawa kamu ke dokter sekarang."
"Gak perlu Pak Aji. Aku dah baik-baik aja kok. Pak Aji mending pergi aja. Aku bentar lagi juga mau ke kelas kok."
"Jangan Din. Istirahat dulu. Please Dinda, semenjak hari itu kamu jadi jauhin aku dan bersikap dingin ke aku. Pak Aji gak mau kamu berubah Din. Oke, kamu lupain aja perasaan aku. Anggep aja gak pernah terjadi apa pun. Aku mohon, kita bisa kayak biasanya kan?"
"Aku gak tau Pak."
"Dinda. Aku cuma pengin kamu bahagia. Gak apa-apa kalo bahagianya kamu itu bukan sama aku, yang jelas Pak Aji juga bisa bahagia kalo liat senyum kamu."
Hubungan Dinda dan Aji sedikit demi sedikit bisa kembali membaik. Aji ingin membantu Dinda agar bisa dekat dengan Aris. Meskipun itu membuat perasaannya begitu sakit, baginya yang terpenting hanyalah kebahagiaan Dinda.
"Aris, gue harus ngomongin sesuatu sama lo."
"Ada apa Ji?"
"Sebenernya gue mau ngomong soal Dinda."
"Dinda. Emangnya ada apa sama dia?"
"Gak. Gue cuma mau tanya ke lo, perasaan lo ke Dinda gimana sih?"
"Gimana maksudnya? Emang kenapa lo harus tau perasaan gue gimana?"
"Ya karena gue emang pengin tau. Lo tau kan selama ini gue deket sama Dinda?"
"Terus?"
"Udah lah Ris, gue cuma perlu tau."
"Oke, gue ngaku. Emang selama ini gue ngrasa suka sama Dinda. Mungkin gue emang jatuh cinta sama dia."
"Yah kalo gitu kenapa gak tembak Dinda aja?"
"Gue takut Dinda gak suka dan malah jadi berubah."
"Aris. Gue yakin Dinda juga suka sama lo. Waktu itu gue sempet tembak dia, tapi dia nolak gue. Dan gue tau orang yang ada di hatinya sekarang cuma lo Ris. Gue bilang ini karena gue cuma pengin Dinda bahagia."
Aris memutuskan untuk PDKT dengan Dinda. Mulai dari sekadar menyapa, perhatian-perhatian kecil, ataupun ajakan pergi jalan berdua. Dinda pun merasa bahagia bisa lebih dekat dengan pujaan hatinya.
"Pak Aris, makasih buat makan siangnya ya!"
"Sama-sama Dinda. Santai aja lagi. Oh ya, kamu mau temenin aku ke suatu tempat gak?"
"Ehm, ke mana Pak?"
"Yah pokoknya ada tempat favorit aku. Gimana mau gak?"
"Ya udah boleh deh Pak."
Dinda menemani Aris ke tempat favoritnya. Di sana Aris menunjukkan keahlian melukisnya. Setelah lukisan Aris selesai, Aris memberikannya pada Dinda.
"Din, ini buat kamu."
"Eh Pak Aris serius buat aku? Ini bagus banget Pak."
"Iya buat kamu, syukur deh kalo kamu suka."
"Pak Aris emang jago nglukis ya. Makasih buat lukisannya Pak."
"Sama-sama Dinda. Aku kan guru seni, ya harus bisa nglukis dong."
"Iya juga sih Pak. Hehe."
Saat Aris ingin mengantar Dinda pulang, tiba-tiba ada masalah dengan mobilnya dan turun hujan yang cukup deras. Mereka terpaksa harus menunggu sejenak di suatu tempat.
===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Teachers
Teen FictionSeorang gadis remaja polos bernama Dinda Putri mulai merasakan apa itu cinta. Namun, perasaannya kali ini tak biasa karena ia mencintai gurunya sendiri. Justru yang terjadi tidak hanya satu melainkan ada dua guru tampan berusia 24 tahun di SMA Dinda...