MANGGA JATUH | 12

94 11 4
                                    

SEBELUM BACA VOTE DULU SEYENG :3

🌸 Be Yourself 🌸

°•°

Gue harap ini bukan sekedar lewat sesaat.

°•°

Setelah tandu selesai dibuat Amanda memijit jari tangannya yang terasa sakit. Ini pertama kalinya Amanda membuat tandu.

"Masa gitu doang sakit," ucap Rian tersenyum macam iklan pasta gigi.

Ini emang sakit ya Allah. Amanda hanya diam saja. Pura pura tidak mendengar jauh lebih baik.

"Kok gue dicuekin." Rian memajukan bibirnya berpura pura ngambek. Amanda yang melihat hanya menggelengkan kepalanya.

Entah ini suatu keberuntungan atau sebuah kutukan. Amanda berpasangan dengan Rian, cowok aneh dan menyebalkan. Selama proses pembuatan tandu, Rian selalu berbicara tanpa henti meski kerap kali diabaikan. Amanda kesal setengah mati. Ingin rasanya Amanda menyumpal mulut Rian dengan wasabi. Biar mampus.

"Gue, manggilnya kakak atau mba, nih?" Tanya Rian masih dengan senyumannya yang tidak pernah pudar.

"Terserah."

"Kak, jangan terlalu jutek. Entar gak ada yang suka loh."

"Hm."

Adik kelas yang satu ini memang sangat menjengkelkan. Terus saja berbicara dan bertanya tentang hal yang tidak terlalu penting. Sudah mirip netizen yang diabaikan permirsa dirumah.

Latihan tandu kali ini sudah cukup. Mereka membongkar kembali tandu yang telah dibuat. Mulai dari menggoyangkan tandu, agar sedikit kendur sehingga mudah dilepas. Melepaskan tali yang mengikat anak tandu dan induk tandu. Lalu menggulung tali tambang dan memasukkannya kedalam kotak khusus untuk menyimpan tambang.

Amanda mengangkat tandu bersamaan dengan Rian. Kemudian mulai menggoyangkan nya dengan cepat, agar cepat kendur katanya. Padahal tandu buatan mereka tidak begitu bagus dari pasangan lainnya. Cenderung lebih miring ke kanan ketika dinilai kak Daniel.

"Kak, buatan lo kurang kuat nih. Jadi cenderung lebih miring ke kanan." Rian berbicara sambil terus meloloskan tali tambang dari induk tandu.

"Iya tau." Amanda menjawab seadanya. Tidak mau ambil pusing.

"Kak–"

"Berisik! Kamu, bisa diem gak sih! Mau aku pukul kepalanya pake anak tandu!" Amanda akhirnya emosi juga mendengar Rian yang tidak pernah berhenti berbicara.

"Akhirnya, ngomong panjang juga kak." Rian terkekeh geli. "Gue kira, lo ngomong panjangnya pas perkenalan aja. Ternyata sekarang juga bisa toh. Gue capek kak, lo jutek terus. Enakan juga gini ngomong panjang. Gue kan jadi lebih enak gitu ngomongnya. Daripada lo jawab singkat mulu, berasa kuis aja."

Amanda sudah menggenggam anak tandu erat. Ia sudah bersiap memukul kepala Rian sekarang juga. Amanda tampak memilih, kira-kira bagian mana yang mau ia pukul. Ubun-ubun, pelipis kanan, pelipis kiri, atau dahi.

Amanda sudah menentukan pilihannya. Pelipis kiri menjadi pilihan yang baik untuk Rian. Semoga saja setelah dipukul, otaknya bisa menjadi lebih baik. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk memukul.

"Aduh, pala dedek" Rian mengaduh kesakitan.

Bukan. Ini bukan ulah Amanda. Ia bahkan belum mengayunkan anak tandunya. Penyebab Rian seperti itu adalah buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Buah mangga sebesar batu bata jatuh mengenai ubun ubun Rian. Padahal awalnya Amanda berencana ingin memukul pelipis kiri. Tapi sang buah lebih menginginkan ubun ubun rupanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be Yourself Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang