3. day yang menyebalkan.

68 40 53
                                    

Sampailah Su Jin dirumahnya. Rumah yang berantakan, sepi tanpa suara, dan gelap. Disinilah ia sekarang, sendirian tanpa ada seorang teman yang bisa ia ajak bercerita tentang kesehariannya selama di sekolah seperti biasanya.

Iya memang aneh, padahal baru 8 hari yang lalu neneknya berpulang ke surga, masa tidak ada saudara atau bahkan orang tuanya sekalipun yang menggantikan peran nenek nya untuk merawat Su Jin?

Yaa...orang tua Su Jin memang datang saat itu, mulai dari saat Su Jin memberitahu bahwa neneknya meninggal sampai di makamkan orang tua nya hadir dan selalu menjadi kekuatan untuk Su Jin melewati hari hari pahitnya. Tetapi itu semua tidak berlangsung lama, 3 hari setelah upacara pemakaman, orang tua nya malah kembali ke kota tempat mereka bekerja, bukannya menemani Su Jin disini.

Ia tak habis pikir, apa yang sebenarnya ada di pikiran orang tuanya. Saat ibu mereka meninggal, mereka masih bisa lebih mementingkan pekerjaan. Okey mungkin yang ini bisa dimaklumi karna tuntutan pekerjaan, tapi aneh juga, apa tidak bisa menggambil cuti yang lebih panjang? Harusnya waktu cuti mereka masih banyakkan, tahun ini saja mereka belum menjenguk Su Jin sama sekali.

Lupakanlah tentang itu, mungkin memang ada tugas penting yang tidak bisa ditunda.

Tapi... Yang masih tidak bisa diterima oleh Su Jin sampai hari ini adalah kenapa orang tuanya tidak ada yang mempedulikan keadaannya disini?? Su Jin yang masih SMA ini harus hidup sendirian? Tidak bisakah ada salah satu dari mereka yang pindah kesini hanya untuk Su Jin? Untuk anak mereka sendiri?

Huftt..
Su Jin menghembusan nafas pelan dan tanpa sadar ia telah menjatuhkan air matanya. Tess... Su Jin langsung menghapus air matanya. Ia tidak mau menangis lagi untuk yang kesekian kalinya, ia juga lelah.

Entah emosi apa yang ia rasakan sekarang. Sedih, marah, kecewa, semua tercampur aduk menjadi satu. Ia juga tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk saat ini. Sesaat ia menghela nafas, terdiam dan mencoba untuk menenang hati dan pikirannya, tapi lagi - lagi semua itu gagal. Pikiran - pikiran negatif tentang orang tua nya yang tidak menyayanginya sejak kecil seakan muncul dan berputar - putar lagi di otaknya.

Ia terus mencoba memerangi pikiran negatif nya dengan mengingat kembali kata - kata neneknya yang berulang kali neneknya sampaikan, bahwa kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Mereka berdua bersusah payah pindah keluar kota hanya untuk mencari pekerjaan dan membiayai hidupnya bukan meninggalkan dan membuangnya pada neneknya. Jika mereka tidak sayang untuk apa mereka melakukan semua itu? Lebih baik juga hidup enak - enakan dan santai saja ketimbang harus banting tulang sampai pindah kota segala.

Pikirannya yang terus berperang melawan rasa benci pada dirinya sendiri itu bukannya membuat ia berhenti tapi malah membuat air matanya terus mengalir tanpa henti. Menangis sekencang kencangnya, hanya rasa sesak di dada yang dapat ia rasakan sekarang. Su Jin hanya bisa terduduk menenggelamkan wajahnya sambil memeluk kakinya sendiri. Mengelus - elus dan menepuk - nepuk lengannya sendiri menandakan ia harus bisa melawan ini semua dan harus bisa menjadi kuat tanpa orang lain disisinya saat ini.

"Su Jin kamu pasti bisa. Pasti." ucapnya dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Terlalu banyak menangis juga menguras tenaga, sampai - sampai Su Jin tertidur dalam tangis nya sejak tadi sore dan terbangun saat jam 10 malam.

"eughh... Hah? sekarang jam 10?! Omoo apa yang aku lakukan? :O astagaaa aku mandi dulu deh baru makan."

Setelah selesai mandi, Su Jin mengecek handphone nya dan mendapatkan notifikasi spam chatting dari seseorang, ia menengetuk 2x agar pesannya terbuka.
____________________________________
|  10 pesan diterima dari : Ye Ji kyeopta 👧|
____________________________________

Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang