Broken Angel

85 6 0
                                    

Broken Angel adalah kata yang tepat untuk menggambarkan seorang Amadhea.

Dia sudah seringkali hancur berkeping-keping, tetapi dia tidak pernah lelah untuk melindungi seorang Devan.

Termasuk saat ini. Disaat pacar Devan nggak masuk dan Devan keliatan benar-benar lelah, Dhea nggak duduk jauh dari tempat Devan.

Devan menyatukan beberapa kursi lalu tiduran, dia menutupi sebagian badannya dengan jaket adidas yang selalu ia pakai kemana-mana.

Sementara Amadhea, cewek satu itu duduk nggak jauh dari tempat Devan tidur.

"Biarin aku jadi malaikat pelindung kamu ya Devan," ujarnya lirih.

Amadhea mengalihkan pandangannya dari Devan yang sedang tiduran. Dhea tahu, Devan lagi ada masalah. Yang Dhea inginkan adalah mendekati Devan dan bilang bahwa semuanya baik-baik aja dan Amadhea selalu ada buat Devan.

Tapi apa daya, menyapa Dhea saja Devan tidak pernah sudi.

Amadhea kembali membaca novel Autumn in Paris yang baru dia baca setengah. Tenggelam dalam cerita hingga tidak menyadari kalau bell pulang sekolah sudah berbunyi.

"Dhea, lo mau balik nggak?" Tanya Giselle yang sudah menenteng ransel ungunya.

"Lo duluan aja deh, gue gampang bisa minta jemput," jawab Dhea seraya tersenyum kecil.

"Oh gue tahu nih," Giselle tersenyum kecil sementara Dhea mengernyitkan keningnya.

"Tahu apaan?" Tanya Dhea bingung. Dia menatap Giselle tersenyum.

"Jagain pangeran dulu nih ya," ujar Giselle sedikit berbisik.

Dhea baru saja hendak membalas ucapan Giselle dengan sanggahan namun Giselle sudah berlari duluan keluar kelas sambil tertawa.

"BYE AMADHEA!" Seru Giselle seraya melambaikan tangannya.

Dhea hanya tersenyum dan mengambil handhone-nya untuk minta dijemput. Sebenarnya yang tadi dikatakan Giselle benar adanya. Amadhea sengaja nggak pulang bareng Giselle dan telat minta jemput buat nungguin Devan bangun.

Dhea melirik ke samping begitu mendengar suara erangan yang mirip suara kesakitan. Dan Dhea melihat Devan sedang memijat pelan pelipisnya.

Sebenernya gue ada obat pusing, tapi... ah udahlah daripada ntar diabaikan juga, ujar Dhea dalam hati.

"Kenapa lo?" Tanya Dhea basa-basi.

"Nggak apa," jawab Devan tanpa ekspresi dan tanpa melihat ke arah Dhea.

Udah biasa.

"Kenapa sepi?" Tanya Devan yang baru menyadari keadaan kelas yang kosong melongpong.

"Udah balik," jawab Dhea ramah.

"Oh," ujar Devan terdengar nggak niat.

Setelah itu Devan membereskan alat-tulis dan bukunya lalu keluar kelas tanpa basa-basi "duluan" atau apapun itu pada Dhea.

Lagi, malaikat itu hancur menjadi kepingan.

Draft e-mail for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang