Apple

21.9K 709 37
                                    

"Jadi Jeno, kau sudah mengerti?"

"Tentu saja, aku bahkan sudah mengingatnya diluar kepala."

"Baiklah kal- tunggu apa?!"

"Hei, kenapa membentak?"

"Tadi kau bilang apa?! Sudah diluar kepala?"

"Ya itu benar. Kau bisa tanyakan Jisung jika tidak percaya."

"Lalu kenapa kau minta diajari kimia huh?!"

"Dan kau percaya itu?"

"Kenapa tidak? Muka muka sepertimu itu menunjukkan jika kau itu sangat bodoh!"

Wajah Jeno yang tadinya memang dingin berubah menjadi lebih dingin.

Jaemin yang menyadari raut muka Jeno langsung menegang, merasa bersalah. Apa kata-katanya sudah keterlaluan? Tapi ini bukan salah Jaemin sepenuhnya. Salahkan juga Jeno yang memaksanya untuk mengajari kimia di perpustakaan kota. Jaemin bahkan merelakan janjinya dengan Mark karena paksaan Jeno. Tapi yang Jaemin dapat adalah Jeno yang berkata bahwa sebenarnya Jeno sudah menguasai pelajaran tersebut, sangat menyebalkan.

"M-maafkan aku Jeno, aku tidak bermaksud seperti itu. Wajahmu.. wajahmu itu t-"

"Tampan? Aku tahu." Kekeh Jeno saat melihat mata Jaemin yang membola saat mendengar perkataannya.

"Ish! Aku pergi!"

"Sebentar! Kau mungkin membutuhkan ini." Tangan Jaemin yang tadi Jeno pegang untuk menghentikan Jaemin, sekarang ia balik hingga telapak tangannya terbuka. Diletakkannya apel ditangan Jaemin.

"Untuk apa? Kau mau meracuni ku? Kau mau meracuni snow white?"

"Jadi kau seorang princess?" Jawab Jeno dengan senyum miringnya.

"Ya! Dan kau hanya seekor kuda! Kuda jelek!"

Jaemin menatap Jeno yang tidak membalas perkataannya.

Dia kenapa? Aku berbicara sa- "Astaga! Maafkan aku, kau tidak seperti kuda! kau yang memancing aku terus! Kesal sekali!"

"Tidak, tidak untuk kali ini."

"Tapi kau yan-"

"Asal kau pulang dengan hati-hati, makan apel dariku saat dirumah, dan jangan menangis."

"Ke-"

"Lakukan saja."

"Iya tapi untuk apa aku me-"

"Ck, sudah sana pulang."

"Baiklah, aku duluan Jeno."

"Ya."

.

Sesampainya dirumah, Jaemin masih kebingungan apa maksud perkataan Jeno. Tidak ada yang membuatnya menangis, semuanya baik-baik saja.

Jaemin memutuskan untuk mandi. Selesai mandi, Jaemin menuju ranjang untuk membaringkan diri. Tangannya ia gunakan untuk mengambil apel yang tadi Jeno beri.

Niatnya untuk memakan apel terhenti karena mendengar suara ponsel yang berkali-kali.

"Ish! Apa sih! Bikin kesal!" Jaemin meraih ponselnya lalu mengambil apel yang sempat ia letakkan tadi.

Jaemin kehilangan tenaga untuk menelan apel setelah melihat apa yang dikirim sahabatnya, Renjun. Renjun mengirim foto Mark, sang kekasih, sedang bercumbu dengan Haechan.

"M-mark hyung? Ini b-benar Mark hyung? Hiks." Sebelum menangis, dengan susah payah Jaemin menelan apel yang tadi sudah ia kunyah.

Ngomong-ngomong soal apel, Jaemin jadi teringat Jeno. "Jeno~ hiks Mark hyung jahat." Ucap Jaemin sambil meremas apel digenggamannya. Membayangkan jika apel itu adalah Mark.

"Hiks Mark hyung jahat hik-eung?" Tangis Jaemin terhenti saat ponselnya menampilkan panggilan dari Jeno.

"Hiks kenapa Jeno telfon disaat seperti ini huwaa jahat sekali hiks." Dengan terpaksa Jaemin mengangkat panggilan dari Jeno.

"Kenapa?"

"Jangan menangis."

"Tidak, siapa yang menangis hiks."

"Makan apelnya, lalu berhenti menangis."

"Aku tidak menangis huwaa. Aku hiks tidak bisa memakan apelnya hiks." Tangis yang sedari tadi Jaemin tahan tidak bisa lagi dibendung. Jaemin menangis bukan karena Mark yang selingkuh, bahkan sekarang Jaemin sudah melupakannya. Jaemin menangis karena rasanya malu sekali saat Jeno mengetahui bahwa ia menangis. Pasti Jeno menelfonnya hanya untuk menertawakannya karena ia sedang menangis.

"Ck, aku akan keatas."

Beep

Jaemin menatap ponsel yang sudah tidak tersambung dalam telfon. Ia tidak mendengar apa yang terakhir Jeno katakan. Sehingga ia memilih tidur meringkuk memeluk guling sembari menangis.

Ceklek

Siapa yang masuk? Eomma dan Appa kan sedang keluar kota? Pencuri? Iya itu pasti pencuri!~ Jaemin

"Huwaa jangan mendekat! Jangan bunuh aku! Ambil semuanya tapi jangan bunuh aku huwaa!" Tanpa melihat siapa yang masuk, Jaemin semakin menenggelamkan wajahnya diguling.

Bruk

Jeno, orang yang masuk ke kamar Jaemin langsung saja menarik Jaemin dari posisinya hingga sekarang terlentang.

"Ini aku Jeno. Buka matamu." Dengan perlahan Jaemin membuka matanya dan melihat Jeno yang sedang mengukungnya.

"Hiks Jeno! Kupikir kau siapa! Aku takut hiks." Tanpa pikir panjang Jaemin langsung memeluk tubuh Jeno yang ada diatasnya membuat tubuh keduanya nenempel.

"Stt tenanglah. Aku disini."

"Hiks jangan pergi. Nanti ada pencuri hiks." Jeno tersenyum mendengar ucapan Jaemin. Tanpa menjawab ucapan Jaemin, Jeno memindahkan posisi tubuhnya menjadi disamping Jaemin lalu mengeratkan pelukannya.

"Tidurlah. Jangan pikirkan Mark. Dan aku akan manjagamu, menamanimu. Disini tidak ada pencuri."

Pencuri ya? Mungkin aku memang pencuri. Aku akan mencuri hatimu hahaha~ Jeno

Jeno baik, aku suka~ Jaemin

"Hiks Jeno~"

"Hahaha kenapa dengan nada bicaramu itu? Lucu sekali." Jeno semakin mengeratkan pelukannya dengan tangan yang selalu mengelus punggung Jaemin dan memberikan kecupan-kecupan di pelipis Jaemin.

"Biarkan. Apa Jeno bawakan Nana apel lagi hiks?"

"Nana?"

"Iya, sekarang Jeno panggil aku Nana."

"Kalau begitu Nana juga panggil aku Nono. Setuju?"

"Setuju! Mana apelnya?" Jaemin mendongak sembari tersenyum. Tangannya membuat gestur meminta kepada Jeno.

"Besok akan Nono belikan apelnya. Sekarang tidur dulu ya."

"Hng baiklah."

Makasih udah vomen~

Nomin ~ OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang