Hanum turun dari motor, mentap spion dan merapikan kerudungnya yang rusak karena helm. Kepalanya menoleh kearah kanan, ada seorang gadis yang nampak sedang bersenda gurau dengan kakak kelas, jagoan kimia di SMA.
"Aruna.." Panggil Hanum berlari mendekat.
Gadis berambut sepinggang itu menoleh dan tersenyum. "Haiii.. gimana Hanum?"
Hanum tersenyum kearah Ardha yang berdiri di sebelah Aruna. Tapi, seperti biasa cowok itu hanya menatap datar tak ada niatan membagi senyumnya.
"Oh .. gimana apanya?" Tanya Hanum.
"Kamu sama Arfha?"
"Hah?"
Itu bukan suara Hanum, tapi suara Ardha yang kaget mendengar penuturan Aruna. "Arfha" adalah adik Ardha yang sangat menyukai Hanum. Cowok itu, selalu membuntuti Hanum kemanapun. Meski Hanum hanya menyambutnya dengan senyuman.
Padahal, Hanum hanya menganggap Arfha sebagai adiknya. Wajah Arfha yang tersenyum membuat Hanum kepikiran Rava dan Reva di rumah. Meskipun, ia tahu kalau Arfha memiliki perasaan terhadap Hanum.
"Lo gak tau?" Tanya Aruna kearah Ardha. Cowok itu hanya mengerutkan kening dan menggaruk kepalanya.
"Umm.. sebenarnya, Gue gak ada apa-apa kok sama Arfha.." Ucap Hanum. "Lo tau sendiri kan, Run. Gue itu, udah nganggep Arfha kayak adik sendiri.."
Aruna tersenyum dan memandang Hanum yang menunduk. "Hei.. it's okay.. dont worry. Gue paham yang lo rasain.., gue tau seluk beluk keluarga lo.. dan gue paham perasaan lo.." Ucap gadis itu. Tentu saja dengan sebuah rangkulan di bahu.
"Thanks.."
Hanum melirik Ardha yang tersenyum tipis kearah Aruna. Ya, kalian memang pasangan yang terbaik di SMA ini.
-○●○-
Upacara berjalan lancar. Hanum mengelap peluh di dahi nya dan duduk di antara teman sesama Osis. Gadis itu mengipas-ngipas wajahnya dengan telapak tangan.
"Fuhh.." Helanya memandang penghuni sekolah yang berhamburan menuju kelas masing-masing. Kecuali satu orang yang Hanum tau sebagai teman sekelas Aruna.
"Hai Hanum.."
Hanum tersenyum samar. "Oh.. hai Glen.."
Bukan hanya Arfha yang tertarik padanya. Tapi, Glen juga tertarik. Hanum tau saat tiba-tiba Glen menembaknya di kelas 10 setaun lalu. Cowok itu menyukai Hanum sejak MOS penerimaan siswa baru ketika memang keduanya berasa di satu angkatan kerja.
Tapi, ada berbagai alasan kenapa Hanum menolak Glen dengan gamblang. Satu, karena memang agama mereka berbeda dan dua, karena kelakuan Glen bukan anak teladan.
Oke, kalau mungkin beberapa orang bilang bahwa Glen adalah cowok gentle dengan sifat badboy yang jarang dimiliki anak lain. Tapi, bukankah Hanum pernah bilang kalau ia takut melihat orang semacam itu. Terlebih, kepada Rizqan saat cowok itu pertama kali masuk pesantren?
"Capek?" Tanya Glen sambil menyugar rambutnya. Terlihat ada satu anting berwarna silver di telinga kanan nya.
"G.. gak banget. Kok lo masih disini?"
"Emang gak boleh ya?" Ucap Glen tersenyum miris.
Hanum menghela napas dan memutar bola matanya. Dari kejauhan, ia dapat melihat teman sekelompok Glen mendekat dengan gaya brandalan mereka. Sikap Glen yang terlalu memaksa dan sombong juga tidak disukai oleh Hanum. Cowok itu mengganggu sekali.
"Bu.. bukan gitu. Cuma.. gue.."
"Assalamualaikum, Hanum.."
Gadis itu menghentikan ucapannya dan menatap kearah kiri Glen. Tiba-tiba ada Hans, teman dekat Ardha tengah berdiri dan bersedekap memandang Glen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afwan Hanum ✔ [SELESAI]
Spiritual(Pindah ke karya karsa dengan versi terbarunya) Hanum, gadis berusia 17 tahun yang tinggal di komplek Pesantren Nurul Abidin. Pesantren yang berada di bawah pengelola resmi nya, yaitu Kakek Abidin. Tapi, kali ini Hanum akan menceritakan tentang pe...