Hanum------------
Disinilah aku. Mahasiswi semester 1 yang sedang berlarian menyusuri jalanan kota besar yang menjadi tempat kunjungan pendidikanku.
Kulirik jam putih yang melingkar di lengan kiriku sambil mengusap peluh yang berjatuhan. Menjemput temanku yang katanya ada di Bandara.
"Taksi.."
Panggilku pada sebuah taksi dan langsung menaiki kendaraan modern tersebut. "Pak.. ke Bandara Soekarno Hatta.."
Sial sekali ponselku mati. Benar-benar tidak beruntung sekali aku siang ini. Entah kenapa, penerbangan Aruna dimajukan. Bahkan wanita itu, menghubungi ponselku di detik terakhir.
Kulirik spion dalam mobil dan merapikan pashminaku yang berantakan. Setidaknya, jalanan tidak akan macet dan padat. Melainkan padat tapi lancar.
-○●○-
"Terimakasih, Pak. Maaf merepotkan..."
"Gak papa neng.. makasih ya.."
Aku menghela napas dan masuk dengan langkah cepat ke dalam bandara. Celingak-celinguk dan akhirnya menemukan keberadaan gadis yang sedari tadi kucari.
"Ya Allah.. Aruna.." Pekik ku senang.
Aruna merentangkan tangannya dengan senang hati. Kami berpelukan melepas rindu.
"Num.. lo kok jadi cantik banget deh.. pangling gue.."
Wajahku bersemu dan dengan cepat menepuk bahu Aruna. "Bisa aja.. lagian, lo sih. Pakek acara mempercepat penerbangan. Untung aja gue cepet tadi ngerjain quiz di Kampus.."
Aruna terkaget. "Aduh maaf soal itu.. ahaha.. gue mau bikin suprise.."
"Ya sudah deh.. Assalamualaikum Aruna.. welcome to indonesia.."
Aruna terkekeh geli. "Udah kayak tour guide gue aja lo di Canada.."
Usai mengucapkan kata demikian, tiba-tiba ada dua kepala menyembul di balik punggung Aruna. Aku sempat mengrenyit heran dan sesaat kemudian tersadar akan sesuatu, tidak lupa memekik girang.
"Ya ampun.. jangan bilang ini anaknya Mr. Smith ya.. siapa ya namanya?" Jeritku sambil tersenyum kearah anak cowok yang tengah memeluk Aruna.
Mr. Smith adalah ayah tiri Aruna. Menikah dengan Ibunya Aruna, sedangkan ayah kandungnya sudah meninggal.
"Axel sama Exel.. eh, ini temanku.. namanya Hanum.." Kenal Aruna kearahku.
Salah satu anak beringsut mundur dan mengeratkan pegangan pada pinggang Aruna. Nampak, malu dan takut. Karena, jujur saja jarang melihat wanita dengan hijab begini di Canada.
"Ya sudah langsung ke rumah lo saja ya.. biasanya Kak Hans sama Viola main, lo tau kan, mereka punya debay.." Jelas ku memegang pipi sendiri. Seakan-akan merasakan kalau itu adalah pipi milik debay sahabatku yang lain.
"Wahhh gue ketinggalan tuh soal debay.. cowok apa cewek?"
"Cewek.. namanya Rossa.."
Aruna langsung menarik lenganku dan menarik lengan adik-adiknya yang mengeret koper. "Yuk kita balik ke rumah.."
-○●○-
Usai mengantar Aruna ke rumahnya. Aku buru-buru undur diri tidak ikut pesta. Karena baru saja di hubungi oleh Abi dan Umi, untuk lekas ke rumah. Karena ada suatu hal penting yang akan dibicarakan mendadak.
Rumah yang kutempati sudah berbeda dengan dahulu. Dulu jaraknya tidak jauh dari Pesantren milik keluarga kami, tapi sekarang kita harus naik motor sejauh 2 Km untuk ke pesantren. Jadilah, yang selalu mengurus pesantren itu Abi dan Bang Syawal, santri tetap yang tinggal bersama istrinya di rumah lama kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afwan Hanum ✔ [SELESAI]
Spiritual(Pindah ke karya karsa dengan versi terbarunya) Hanum, gadis berusia 17 tahun yang tinggal di komplek Pesantren Nurul Abidin. Pesantren yang berada di bawah pengelola resmi nya, yaitu Kakek Abidin. Tapi, kali ini Hanum akan menceritakan tentang pe...