"Terimakasih Hanum.. Ibu seneng banget setelah denger, mau ada acara syukuran saat ibu sembuh.." Celetuk Ibu Hans sambil memeluk Hanum dan mengusap punggung gadis tersebut.
Hanum terkekeh dan mengangguk. "Allhamdullilah, Bu. Saya juga senang kok. Lagian, Kak Hans udah kayak kakak saya sendiri.. suka nolongin saya kalau di nakalin sama anak SMA.."
Mendengarnya Ibu Hans langsung melepaskan pelukan dan berkacak pinggang. "Sudah harus begitu! Kamu anak baik, pasti harus di tolong.."
Hanum tertawa dan menoleh kearah Rizqan yang sedang berbincang dengan Hans. Suara tawa Hans menggema, membuat Hanum mau tidak mau menoleh kearahnya. Gadis itu, menyunggingkan senyum. Ia bahkan tidak sadar kalau diperhatikan oleh Ibu Hans sedari tadi.
"Hmmm... kayaknya cowok itu cocok buat Hanum.."
"Eh.."
Ibu Hans menunjuk Rizqan dengan dagunya. "Dia santri di pesantren atau ustadz, Num?" Tanya wanita itu.
"Santri kok bu.. lagian gak ada hubungan apa-apa sama saya.." Celetuk Hanum sambil menggaruk kepalanya.
"Ibu doakan yang terbaik buat kalian. Lagipula, denger-denger Arfha juga suka sama kamu ya.. padahal masih bocah.."
Hanum bersemu. "Kamu memang pantas disukai, coba siapa yang gak bakalan suka sama duplikatnya istri rasullulah kayak gini.."
"Aminn, bu. Tapi, bercandaannya Ibu bisa aja.. emm ngomong-ngomong.. udah malem nih bu, saya pamit ya.. takut Abi nyariin nanti.."
Ibu Hans tersenyum dan mengangguk. Kemudian, semua bergegas menuju mobil Arfha. Kecuali, Viola yang tidak pulang. Ibu Hans masih ingin berleha-leha dengan kekasih anaknya tersebut. Mungkin nanti akan diantar oleh Hans pulang.
-○●○-
"Bang.. lo mau gue turunin dimana?" Ucap Arfha kearah Rizqan yang sedari tadi diam.
"Ah.. ke pesantren nurul abidin saja ya.. tahu tidak?"
Arfha berdecih, " Gatau.. emang gue GPS.."
Hanum terkejut mendengar ucapan Arfha. "Arfha.." Panggil Hanum dengan nada mengingatkan.
Cowok itu tersenyum dan mengangguk. "Gue paham kok kak.."
Tapi, Hanum memutar bola matanya sambil memijat pelipis bingung dengan tingkah Arfha. Nampaknya, Arfha cemburu dengan kedekatan Rizqan dan Hanum. Padahal jika cowok itu bertanya, Hanum hanya mengangguk dan menggeleng sebagai jawaban. Apa yang patut di cemburukan?
"Nanti Hanum turun sama Bang Rizqan" Ucap Hanum berantisipasi. Mending dirinya turun di pesantren dan meminta Abi untuk menjemput. Atau siapa tahu saja, ada Umi sama adiknya disana. Daripada dia harus dengan Arfha satu mobil.
"Loh kok gitu sih.."
"Fa.. pliss deh.."
Rizqan ikut mengerutkan keningnya dan menoleh ke belakang. Matanya bertatapan dengan Hanum beberapa detik. Hingga akhirnya, Hanum menoleh kearah lain untuk mengalihkan pandangannya.
"Kamu mau sama Abang nanti?"
Gugup. "Emm.. insyallah ada Umi atau Abi disana.. biar Hanum bisa nebeng.."
Rizqan mengangguk dan tersenyum. "Biar Abang anterin aja.."
"Enggak! Gak boleh seenaknya!!" Seru Arfha dengan bibir mengerucut sukses. Cowok itu, kesal karena Hanum mau menginterupsi pembicaraan Rizqan dengan senang hati. Tapi, dirinya selalu dianggap anak kecil.
"Fa.. jangan kayak gini bisa? Gak enak sama Kak Ardha juga kalo lo balik malem.."
Arfha tersenyum sinis. "Lo masih nganggep gue anak kecil, Kak? Tolong tahun ini gue 17 tahun.. Kak Ardha juga ngerti kok.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afwan Hanum ✔ [SELESAI]
Spiritual(Pindah ke karya karsa dengan versi terbarunya) Hanum, gadis berusia 17 tahun yang tinggal di komplek Pesantren Nurul Abidin. Pesantren yang berada di bawah pengelola resmi nya, yaitu Kakek Abidin. Tapi, kali ini Hanum akan menceritakan tentang pe...