Keyra baru saja menghirup udara sore di bawah rindangnya tempat tersebut sesaat, namun kawan-kawan yang lain berniat untuk segera pulang karena hari sudah semakin gelap.
Akhirnya, setelah beberapa saat kemudian, mereka pun beranjak pergi dengan berjalan santai menuju area parkiran mobil yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari tempat mereka berteduh. Lalu disusul oleh Natta dan juga Ardi.
"Beneran bentaran doang ini kita?" ujar Anya.
Hening. Tidak ada tanggapan baik dari Nindi maupun Yenni. Namun, Anya tahu kedua temannya itu sedang mendengarkannya. "Iya Anyaaaaa. Masih mau nanya lagi?!"
Anya melemparkan senyum miring. "Engga. Engga. Iya Nin, udah, gua nggak bakalan nanya lagi."
Setibanya mereka diparkiran, satu persatu pun mulai memasuki mobil. Masih tetap dengan posisi awal, dimana Nindi dan Yenni dibelakang, Anya dan Ardi didepan, lalu Keyra dan Natta ditengah.
Setelah menghabiskan waktu tidak lebih dari dua jam untuk mengunjungi gunung pancar, mereka bergegas meninggalkan tempat tersebut. Setidaknya sekalipun tidak terlalu lama, mereka merasa puas karena bisa berkumpul bersama.
"Langsung balik?"
Kepala Nindi langsung mendongkak menantap sebuah pertanyaan dari Yenni. "Makan dulu aja yuk laper."
"Nah iya tuh makan, gua juga laper." timpal Natta. "Tapi makan apaan ya?"
"Bakso!" ujar Keyra. "Enak ni kayanya kalo makan bakso." keningnya mengerut sambil membayangkan makanan berkuah tersebut.
Natta bergumam mengiyakan. "Boleh tuh, tapi gua nggak doyan bakso. Ehh gapapa, kan ada mie ayam. Yaudah skuyy."
Tanpa menghiraukan percakapan keempatnya Anya dan juga Ardi sedang asik bercengkrama. Kemudian Natta memperhatikan percakapan mereka dalam diam, lalu mengagetkannya dengan sebuah pertanyaan. "Woy diem-diem bae! Skuyy nggak ni?"
"Hah, apaan? Skuy kemana?" tanya Ardi bingung.
Natta menggelengkan kepalanya. "Ngebakso kita, tapi yang ada mie ayamnya."
"Skuyy bae gua mah!! Dimana?"
"Yang enak dimana?"
"Deket rumah gua yang enak mah."
"Yee paul! Kejauhan." dengan menjitak kepala Ardi secara pelan.
"Ya kan lu nanya yang enak, ya gua jawab deket rumah gua."
"Deket rumah gua juga enak kalo gitu mah."
"Yaudah deket rumah lu aja."
"Jauh bege! Selewatnya aja kalo nemu."
"Uh she upp." memberi acungan jempol bertanda kalau ia setuju.
Seiring berjalannya waktu, Keyra mulai terlihat jenuh. Merasa bosan, dan entah apa yang mau ia lakukan. Namun, gadis itu sesekali mencoba menengok jalanan diluar kaca mobil. Anehnya, tumben sejak tadi Natta tidak mengusiknya lagi.
Keyra memang sosok orang yang segan untuk bermain ponsel ketika dalam perjalanan. Menurutnya itu akan membuat kepala menjadi pusing ketika harus berhadapan dengan layar ponsel pada jangka waktu yang cukup panjang.
Justru ia lebih menyukai memasang earphone lalu memutarkan musik di playlist nya secara random.
Saking jenuhnya Keyra mengambil bungkusan snack yang sudah terbuka pada saat sarapan tadi terlihat dihadapannya, tepatnya dibelakang jok Anya dan memakannya kunyahan demi kunyahan.
Sontak membuat lelaki di sampingnya itu menoleh. "Nah .. gitu dong makan."
"Ini ngemil Natt."
Natta membuang napasnya. "Ya ampun Key, masih jutek aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Keyra! (On Going!)
DragosteLo dan gue memang pernah menjadi kita, kita yang selalu menjaga, kita yang selalu bersama dan kita yang selalu bahagia. Tapi itu hanya sebatas pernah, bukan masih. Lantas untuk apa lo tiba-tiba hadir layaknya jailangkung yang datang tak diundang pul...