SHE

180 22 8
                                    

Suara derai tawa menggema memenuhi kediaman milik Seulgi, malam itu Seulgi dan keluarga kecilnya sedang bersantai menikmati fenomena alam yang indah berupa gerhana bulan sambil bercanda. Cahaya merah tembaga terpancar menerangi langit kelabu disaat awan hitam tipis bergerak menjauh.

Seulgi dan Irene tengah duduk di sofa yang menghadap langsung pada pemandangan di luar rumah sementara Bee dan Sihyun berada paling ujung berdiri di depan pagar pembatas balkon sedang mendebatkan sesuatu yang Seulgi dan Irene sendiri tak mengerti.

Bahu Irene sedikit bergetar merasa dingin membuat Seulgi menjadi mendekapnya lebih dalam Sehingga posisi Irene yang tadinya bersandar di lengan kiri milik Seulgi berpindah ke dada

"Ingin ku ambilkan selimut?" tawar Seulgi

"Tidak perlu, begini sudah cukup"

"Yakin sudah cukup?" Seulgi menunduk mendekatkan bibirnya pada telinga Irene" Aku bisa bikin kamu jadi lebih hangat lho, bahkan jadi sangat panas"

Irene spontan menarik telinga Seulgi, namun dengan pipi yang bersemu akibat malu.

"Dasar Mesum"

Kembalilah Seulgi tertawa kecil , " Aku serius sayang"

"Berhentilah , atau aku juga serius akan menghajarmu di depan anak-anak"

"Hmm, baiklah-baiklah," Ucap Seulgi sembari mengusap-usap lembut lengan Irene" Kamu yakin mau menemani Bee dan Sihyun lihat bintang jatuh"

Irene mengangguk " Kapan lagi bisa seperti ini mumpung masih ada waktu"

"Tapi kamu agak sedikit demam"ucap Seulgi dengan nada khawatir

"Aku hanya sedikit merasa lelah ,demam ini tidak akan lama dan aku menikmatinya karna sebanding dengan hasil usahaku"

"Kamu terlalu bekerja keras"

"Bekerja keras untuk mewujudkan mimpi, itu bukan sesuatu yang aku sesali"

Seulgi tertawa kecil, merasa bangga dengan apa yang dikatakan istrinya itu, dia sangat tahu bahwa irene menyukai anak-anak sejak mereka berpacaran, membuat bahagia anak-anak adalah mimpinya terutama anak peyandang disabilitas , oleh karena itu dia begitu bekerja keras untuk mengembangkan Taman Bacanya menjadi lebih baik lagi..

"Kalau bintang jatuhnya tidak jatuh hari ini bagaimana?"tanya Seulgi

"Tidak masalah , karna aku sudah mendapatkan bintangku dan bisa melihatnya setiap hari setiap waktu tanpa harus menunggunya muncul di malam yang dingin " Jawab irene sedikit mendongak menatap Seulgi, menunggu bagamana reaksi Seulgi, Tepat seperti apa yang dia pikirkan , Seulgi tersenyum malu, dan itu kali pertamanya Irene menemukan rona merah meski samar di pipi Seulgi.

Tertawa di dalam hati Irene tak pernah bosan dengan tingkah malu Seulgi

"Belajar dari mana bisa ngomong hal semanis itu?"

"Belajar dari mantan" jawab irene asal , tak disangka membuat perubahan Ekspresi Seulgi menjadi 180 derajat datar.

"Wah sepertinya aku perlu berterima kasih kepada mantanmu karna telah mengajarimu agar pandai berkata manis" kata Seulgi namun ada nada cemburu di sana

Irene menyeringai dia kembali tertawa , sungguh enak sekali menggoda seuaminya itu.

"Ya sangat hebat, selain pintar berkata manis, dia juga sangat peka, dan romantic ah ya dia juga lembut dan perhatian"

Seulgi berhenti membelai lengan Irene, rahangnya menguat menahan rasa panas yang membara , harusnya dia merasa dingin akibat penurunan suhu Tapi apa daya cuaca tidak mampu menghalau panasnya api di dalam diri Seulgi.

Unmei (Sequel of Bee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang