Malam itu tampak seperti akhir dari segalanya. Atau mungkin hanya bagi Kim Junkyu. Baginya Kim Minju hanyalah angin yang berhembus dan berlalu. Ah tidak, ralat, Kim Minju bahkan hanya diam ditempatnya, dibawah cahaya remang-remang di basement apartement, mengamati sosok yang amat dirindukannya belakangan ini.
Sosok dengan perawakan tinggi dan berwajah menawan, yang senyumnya selalu berhasil membuat hati Minju tenang─ mungkin baru-baru saja, senyum yang menghasilkan dimples di kedua pipinya. Namun tidak, kini Minju tidak melihat dimples milik Kim Junkyu, yang menandakan sosok itu tidak tersenyum sekarang. Aura dingin milik Junkyu lagi-lagi membuat Minju terdiam.
Junkyu semakin dekat dengan tempat dimana Minju berdiri, menghapus jarak diantara keduanya. Junkyu dapat menangkap eksistensi Minju dikedua netranya. Gadis itu terlihat hancur, kedua netranya berkaca-kaca dan bibir bawahnya digigit kuat.
Dan ketika Junkyu berjalan melewati gadis itu tanpa sedikitpun menatapnya, setetes air mata berhasil jatuh dari netra coklat gelap milik Minju. Membasahi pipinya yang terlalu tirus karena jam makannya yang tidak teratur. Minju jelas takut, dia takut ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan Junkyu.
Maka dia menghapus air matanya kasar, berbalik dan berjalan cepat mendahului langkah Junkyu, ia berdiri didepan pemuda itu. Secara otomatis Junkyu berhenti. Mata Minju berusaha keras untuk membuat Junkyu menatapnya, dia menatap lekat netra legam Junkyu yang kini berusaha menghindari kontak netranya.
"...Jun?"
Lirih Minju begitu pelan. Dan Na Jaemin mendengarnya, ia memberikan atensi penuh pada kedua orang yang berada jauh didepannya, sambil memegang kotak berwarna biru cerah berisi coklat yang seharusnya nanti berada ditangan gadis itu.
Dan seharusnya gadis itu dapat melihat dirinya meskipun berada jauh dihadapannya. Tapi fokus Minju hanya ada pada Kim Junkyu, lelaki yang dianggap Jaemin sebagai sebuah masalah. Jaemin marah melihat Minju yang masih berusaha tersenyum pada Junkyu yang menatap gadisnya begitu dingin.
Jaemin merasa sangat marah. Ah, sial. Mengapa Jaemin masih diam ditempatnya? Harusnya Jaemin segera menerjang Junkyu dan memukulinya hingga Junkyu mati. Namun tidak, setelah sederet kata keluar dari mulut Minju, Jaemin memilih untuk mundur teratur dan menyembunyikan dirinya dibalik penyangga beton basement. Dia menyandarkan kepala dan tubuhnya disana, menggenggam erat kotak ditangannya seraya mendesis,
"Sial. Sebenarnya siapa yang bajingan disini?"
Jaemin tak mungkin semarah ini jika saja Minju tak kelihatan sangat hancur dan menyedihkan. Namun Junkyu masih bisa bersikap dingin setelah Minju mengatakan satu kalimat singkat dengan suara pelan yang terdengar tercekat seperti tersangkut dikerongkongan. Apalagi, Minju berusaha mati-matian untuk tersenyum pada Kim Junkyu.
"Katakan sesuatu padaku, kumohon"
Bibir gadis itu bergetar, air mata mendesak keluar, hidung dan wajahnya memerah. Gadis itu sampai pada batasnya. Namun Junkyu, dia hanya membalikkan badannya lalu melangkahkan kakinya membuat jarak diantara keduanya semakin jauh, wajahnya memerah menahan emosi yang memberontak dalam dirinya. Junkyu kini membuat jarak diantara keduanya semakin jauh. Dia tak memperdulikan teriakan Minju yang penuh dengan keputus-asaan dan diiringi dengan isak tangisnya.
"Kim Junkyu! Berbaliklah, aku mohon padamu, tolong─"
"Junkyu, aku mohon. Katakan apapun yang kau inginkan"
"Jun, aku merindukanmu"
Minju menangis hebat, tubuhnya terduduk, kepalanya menunduk, tubuhnya bergetar, isakan keluar dari bibirnya. Sementara Junkyu masih terus berjalan dengan dahi mengerut dan gigi yang saling menggertak. Dan Jaemin masih terdiam ditempatnya, matanya menerawang jauh kedepan.
Di lain sisi ego tertawa begitu kencang, setelah berhasil mengendalikan dan menguasai mereka, dia mulai menghancurkan mereka, perlahan-lahan.
Hai guys!
Hope you like this story🖤
Yap! Ini sudah Rea revisi walaupun gak banyak hehe.
See you soon!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐆𝐎 On-[H]&[R]
Fanfiction⫘ ⫘⊹⫘〈 𓄲 ꂦꏳ ╱ 360⁰ ⟆ׇࣱ 〉⫘⊹⫘ ⫘ Ada yang mencintai terlalu dalam, hingga dia tak dapat melepaskan Ada yang mencintai terlalu dalam, hingga dia tak dapat merelakan Ada yang mencintai terlalu dalam, hingga dia tak dapat memilih. Sa...