12

142 24 2
                                    

Sebenarnya, dunia yang sedang tak waras, atau tuan rumahnya?













"Bisa beritahu aku sekarang siapa yang ingin menemuiku?"

Hyunjin mengangkat bahunya singkat sambil terus berjalan keluar dari perpustakaan, "Nanti juga kau akan tahu"

Yeji mencebik, mengikuti langkah Hyunjin hingga keluar dari perputakaan dan menemukan eksistensi lain disana.

Dahinya berkerut, tampak begitu tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Beralih menatap Hyunjin, dia berujar lirih, "Hey, dia--"

Hyunjin menyunggingkan senyum tipis, "Tahun ajaran baru Yeji, Ayah tak mungkin melupakannya"

Yeji kembali menatap sosok tinggi itu. Senyumnya hangat, sorot matanya teduh, kedua tangannya terbuka lebar siap merengkuh Yeji dalam dekapannya.

Perlahan Yeji mendekat tanpa melepaskan pandangannya dari mata teduh itu, dengan kedua alis bertaut, air mata yang melapisi kedua netra tajamnya, dan bibir yang di gigit kuat.

"Aku merindukanmu, Ayah"

Sederet kalimat yang terucap bersamaan dengan rengkuhan hangat yang Yeji rindukan. Yeji dapat merasakan kecupan pelan di pucuk kepalanya. Dalam dekapan itu, Yeji menenggelamkan kepalanya di dada sang Ayah, terisak pelan dengan air mata yang terus mengalir.

Yeji bertanya-tanya mengapa Ayahnya pergi dan tak pernah kembali. Yeji tak ingin usapan lembut di kepalanya saat itu, ia juga tak ingin senyum teduh dan tawaran permen pada waktu itu. Hwang Yeji hanya ingin jawaban, namun hingga kini ia tak menemukannya.

"Ayah menyayangimu, Yeji"

Sedetik setelahnya Sang Ayah mendapat penolakan. Hwang Yeji melepaskan pelukan itu dan beringsut mundur seraya mengusap wajahnya kasar.

Sebaris kalimat itu seolah menyadarkannya, membuat sesuatu dalam diri Yeji sedang menertawakannya. Yeji dengan jelas mendengar bahwa Ayahnya menyayanginya, namun sekali lagi, mengapa Ayahnya pergi?

Pertanyaan yang sama muncul kembali, dan untuk yang kesekian kalinya, Yeji tak mendapatkan jawabannya.

Hyunjin menautkan kedua alisnya saat melihat Yeji yang tampak gusar, "Yeji?"

"Katakan pada Ibu aku akan menginap di rumah Ryujin malam ini"

Kemudian gadis itu pergi.

Helaan nafas terdengar dari kedua belah bibir Hyunjin, kepalanya tertunduk saat berujar lirih, "Maaf Ayah"







.
.
.










Kim Junkyu mengerutkan dahinya heran, ia menatap kedua temannya, "Oke, ganti raut wajah kalian. Aku hampir berpikir kalian dalam keadaan mendesak untuk poop"

Dalam sepersekon, mereka memalingkan pandangan. Menolak untuk menatap Junkyu, menolak untuk merasakan sesak di dada mereka. Kim Junkyu itu memang menyebalkan, semua orang tahu itu, namun hanya beberapa yang mengetahui sisi lain dari hidup Junkyu.

Decakan Junkyu mengintrupsi mereka untuk kembali menatap laki-laki Kim itu, "Tenanglah, aku baik-baik saja"

Tatapan menuntut Junkyu lemparkan pada kedua orang dihadapannya, "Aku benci dipandang sebagai orang yang sekarat. Awas jika kalian mendadak baik padaku" Ujarnya.

"Siapa yang ingin baik pada manusia setengah iblis sepertimu, Jun?"

Minhyung mendadak datang menimpali ucapan Junkyu dan duduk disebelahnya. Sementara Chaeyeon dan Jihoon menyapa singkat seniornya dengan senyum tipis, Kim Junkyu memasang wajah masam dan menggerutu dalam hati, sialan.

𝐄𝐆𝐎 On-[H]&[R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang