10

349 45 69
                                    

"Jinhwan, mari kita akhiri hubungan ini."

Jinhwan melotot tak percaya mendengar perkataan Junhoe. Apa-apaan pria satu ini? Bagaimana bisa dia berpikiran untuk mengakhiri hubungan disaat seharusnya mereka berjuang bersama untuk bertahan? Apa dia gila?

Jinhwan mengusap air matanya dengan kasar, kesedihannya mendadak lenyap dan tergantikan dengan amarah. Dengan cepat dia menepis kedua tangan Junhoe yang masih bertengger di pipinya.

Pria mungil itu mendengus keras, "Mengakhiri hubungan ini?" tanya Jinhwan dengan nada tak percaya. Dia menatap Junhoe dengan tajam.

"Kau bilang apa keparat? Putus maksudmu? Apa kau gila?!" pria itu kembali bertanya, kali ini dengan sedikit umpatan kasar. Tunggu, Junhoe memang pantas untuk menerima semua umpatan ini agar otaknya kembali berjalan dengan benar.

"Katakan sekali lagi bila kau menginginkan kau mengakhiri hubungan ini." tutur Jinhwan. Dia hanya ingin menggertak Junhoe. Dia tidak segila itu untuk mengakhiri ini semua. Dia ingin Junhoe, bukan orang tuanya.

Junhoe hanya mampu menundukkan pandangannya, benar-benar menghindari tatapan Jinhwan. Dia tidak ingin melihat Jinhwan yang menangis karenanya.

Hening menyerang kedua anak adam itu. Isakan-isakan kecil keduanya masih menguasi ruangan.

Kesal dengan kebungkaman Junhoe akhirnya Jinhwan kembali membuka suara, "Kau bisa mempertahakan Donghyuk bertahun-tahun, bahkan kau melamarnya. Tapi kau menyerah semudah itu akan hubungan kita." suara Jinhwan terdengar meremehkan di akhir kalimatnya. Mengingat nama Dongyuk membuat emosi Jinhwan semakin menuju ubun-ubun. "Dimana otakmu sialan?! Kau bahkan lebih memilih pria murahan itu dibanding aku!"

"Jangan membawa nama Donghyuk dalam masalah ini!" Junhoe balas membentak. Donghyuk tidak ada hubungannya dalam masalah mereka, untuk apa Jinhwan membawa-bawa pria itu? Dan juga darimana Jinhwan tau bahwa dia pernah berhubungan dengan Donghyuk?

"Lihat kau bahkan membelanya." lirih Jinhwan. Dia merasa kalah. Ego Junhoe jauh lebih menguasai diri pria yang tiga tahun lebih muda darinya itu.

Bila hubungan ini berlanjut maka mereka tidak akan pernah bahagia, tanpa restu, keduanya akan selalu berada dalam kesulitan.

Dia kalah hanya karena dia menyebut nama Donghyuk dalam perdebatan mereka.

Menarik nafas dengan panjang, Jinhwan berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan satu kalimat termenyakitkan dalam sejarah hidupnya,

"Baiklah kalau itu keinginanmu. Koo Junhoe, mari kita berakhir sampai disini."











...












Junhoe tidak tau apa yang lebih buruk lagi dari sebuah kata perpisahan dari Jinhwan. Demi Tuhan dia mencintai pria itu. Jinhwan adalah hidupnya. Tapi bagaimanapun dia harus melindungi Jinhwan. Masa depan Jinhwan akan hancur berantakan bila dia tidak berlindung pada orang tuanya.

Jinhwan akan menjadi seseorang yang tidak berguna dikemudian hari bila dia kukuh dalam mempertahankan cinta tabunya. Junhoe tau, bahwa apa yang dia ucapkan pada pria itu sangatlah menyakitkan. Tapi ini demi Jinhwan, bukan demi dirinya.

Jinhwan harus hidup bahagia, dia tidak boleh dibenci oleh siapapun, apalagi ayah dan ibunya. Keluarga Jinhwan terlihat sangat hangat, dia bisa melihat dari sorot mata ketiganya. Mereka adalah keluarga yang diidam-idamkan oleh banyak orang.

Tapi mungkin saja, keharmonisan mereka hancur setelah datangnya Junhoe di kehidupan Jinhwan. Junhoe merasa apa yang dikatakan ayahnya selama ini adalah benar. Dia hanya menyusahkan, pembawa sial, pembuat onar, dan anak kurang ajar.

JUNHWAN -APOLOGY[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang