15 [END]

418 38 19
                                    

"Jinhwan, kau sudah makan? Kenapa panggilan mommy tidak dijawab tadi siang?"

Jinhwan menghela napasnya, mommy-nya ini bahkan lebih cerewet dari sang ibu, "Aku kan tadi siang sedang bekerja, tidak bisa menjawab panggilan yang masuk." kata Jinhwan pada akhirnya. Toh, dia memang tidak berbohong, tadi siang banyak sekali pelanggan yang datang ke kafe hingga membuat semua karyawan menjadi sibuk.

Di seberang sana sang mommy terlihat mengerucutkan bibirnya, kesal. Mereka sedang melakukan video call, jadi Jinhwan bisa melihat apa saja yang terjadi di seberang sana, "Jinhwaaaann, bukankah daddy dan mommy sudah bilang, kau ikut saja ke China. Jangan tinggal sendirian di Korea, terlalu berbahaya. Dan juga!" tiba-tiba saja suara sang mommy menjadi lebih menyeramkan, "Jangan bekerja lagi. Kenapa kau tidak menurut pada kami sih?"

Jinhwan sudah tidak terkejut lagi, topik ini selalu masuk dalam pembahasan mereka jika sedang bertelpon atau video call. Sehun dan Luhan masih saja menginginkan dia untuk ikut ke China, dan sekarang bahkan ditambah untuk berhenti bekerja. Walaupun Sehun maupun Luhan selalu mengiriminya uang, tapi dia tidak pernah menggunakan uang itu, uang itu masih berada di dalam tabungannya. Dia hanya menggunakan uang dari hasil kerja kerasnya.

Jangankan pada Sehun dan Luhan, pada orang tua kandungnya saja dia tidak menurut.

"Mommy, sudah malam. Memangnya mommy tidak mengantuk?" Jinhwan berpura-pura menguap lebar, "Aku sudah mengantuk sekali, mommy. Kita lanjutkan besok saja ya? Good night mommy."

"Baiklah, good night Jinhwan. Love ya.." dan dibalas dengan gumaman oleh Jinhwan.

Setelah panggilan diputus oleh Luhan, Jinhwan segera melempar ponselnya ke sisi kosong ranjangnya. Dia sedang bermalas-malasan, istirahat setelah lelah bekerja seharian. Hari ini dia ditegur beberapa kali oleh Tiffani karena melakukan kesalahan dalam menghitung uang. Tidak biasanya dia sampai seperti itu.

Semua terjadi karena fikirannya yang entah sedang berada dimana. Dia tidak fokus karena sibuk memikirkan Junhoe. Ini sudah dua bulan sejak kepulangan Junhoe dari Jepang, tapi mereka bahkan belum bertemu sekalipun. Jinhwan sudah berusaha untuk datang ke apartementnya, tapi ternyata kosong. Pemuda manis itu sudah bertanya pada penjaga keamanan, dan mereka bilang bahwa Junhoe sudah meninggalkan apartement sejak lama.

Sudah puluhan panggilan dia lakukan pada nomor ponsel Junhoe, ratusan pesan sudah terkirim, tapi tidak ada satupun panggilan yang dijawab maupun pesan yang dibaca. Kemana Junhoe? Kenapa dia terlihat seperti menghindarinya?

Apa yang sebenarnya terjadi? Jinhwan ada salah apa pada Junhoe hingga pria itu menghindarinya?

Mata sipit milik pemuda cantik itu memandang kosong pada langit-langit kamar. Sudah hampir jam dua belas tengah malam, matanya sudah lelah sekali dan ingin dia pejamkan saat itu juga. Baru saja sekitar lima menit dia memejamkan matanya, dering ponsel malah merusak semua rencana tidurnya.

"Siapa yang dengan sialannya menghubungiku di tengah malam seperti ini?!" umpatnya. Dia ingin beristirahat, sungguh dia benar-benar butuh istirahat setelah dua hari kurang tidur.

Dengan kesal ia meraih ponselnya dan langsung melihat siapa yang menelpon.

Koo Junhoe is calling....

Junhoe. Apa ini mimpi?

Menggeser icon gagang telpon berwarna hijau, dan langsung disambut oleh suara berat dari seberang telpon.

"Junhoe-ya..." lirih Jinhwan tak percaya. Akhirnya, setelah dua bulan menunggu tanpa kepastian, kini angin segar datang di kehidupan Jinhwan.

"Jinhwan-ah.. ayo bertemu besok di taman kota, pukul lima sore." bahkan sebelum Jinhwan menjawab, Junhoe sudah memutuskan panggilan. Apa-apaan pria ini?

JUNHWAN -APOLOGY[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang