12

305 40 11
                                    

"Ne?" Jinhwan menatap seseorang di depannya dengan raut yang tak terbaca. Heran sekaligus tidak percaya semua menjadi satu. Apa dia salah dengar? Tidak, tidak mungkin karena Jinhwan yakin bahwa pendengarannya masih baik-baik saja.

"Aku menyukai Junhoe." Jinhwan tau, semua orang sudah pasti menyukai Junhoe karena pemuda itu sungguh kelewat tampan. Tapi untuk yang satu ini, Jinhwan sungguh tidak menyangka.

Sepulang Jinhwan dari mengantar Junhoe ke bandara, Jinhwan langsung pergi ke kafe untuk bekerja. Tapi sesampainya ia di kafe, dirinya malah mendapati pernyataan tidak terduga dari salah satu rekan kerjanya yang mengatakan bahwa dia menyukai Junhoe. Tidak ada yang salah sebenarnya, tapi, bagaimana bisa Yunhyeong mengatakan hal aneh seperti itu?

"Dengar, Jinhwan. Aku sudah lama menantikan ini sebenarnya, dan aku yakin bahwa sekarang adalah waktu yang tepat. Aku menyukai Junhoe. Ah tidak, lebih tepatnya aku mencintai Koo Junhoe." Jinhwan hanya mampu mematung dengan mata terus memandang pada Yunhyeong.

Tubuh Jinhwan benar-benar seperti dipaku, dia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya. Nyawanya seolah baru saja diambil oleh malaikat maut. Yang dia pikirkan saat ini adalah kenapa Yunhyeong bisa berkata seperti itu? Tidak taukah Yunhyeong bahwa ia baru saja menyakiti hatinya? Menyayat perasaannya?

"Tenang, Jinhwan. Aku hanya mencintai Junhoe, bukan berniat merebutnya darimu." terang Yunhyeong. Setidaknya sedikit beban di kepala Jinhwan bisa terangkat sedikit, walau dia sendiri juga tidak tau apa yang dikatakan Yunhyeong itu benar atau tidak. "Jangan tegang begitu, Jinhwan." Yunhyeong menepuk bahunya dengan akrab layaknya seorang teman yang sedang bergurau.

Jangan tegang katanya?

Kau mendapatkan serangan seperti itu dan harus bersikap biasa saja?

Jinhwan belum gila untuk se-santai itu saat mendapat serangan dadakan seperti itu.

Setelahnya Yunhyeong segera meninggalkan Jinhwan yang masih berdiri. Dasar Yunhyeong sialan.




...






Lelaki jangkung itu terus membidik kameranya pada sebuah objek foto. Disana, di atas ranjang berukuran besar dengan seprai putih, seorang wanita berwajah oriental duduk dengan manis. Hidung dan bibirnya mungil, matanya sipit dengan kesan sedikit tajam, kulitnya putih bersih, cantik sekali.

Junhoe; pria yang sedari tadi membidik gambar, terus memfokuskan kameranya pada wajah cantik nan menggemaskan itu. Junhoe akui, gadis itu benar-benar cantik. Kalau Junhoe perhatikan baik-baik, dia memiliki kemiripan dengan Jinhwan.

Jinhwan.. sedang apa kekasihnya itu? Apa dia sudah makan? Apa pekerjaannya lancar-lancar saja? Bagaimana harinya?

"Junhoe?" lamunan Junhoe membuyar saat seseorang memanggil namanya. Dia segera menoleh ke arah ranjang dimana perempuan cantik itu sedang duduk.

"Ya?" Junhoe kembali memfokuskan dirinya pada kamera, mencoba mengambil gambar dari sudut yang bagus.

Perempuan cantik tadi mencoba untuk mengambil alih perhatian Junhoe, dia beberapa kali membuat pose yang cukup menantang. Junhoe yang melihatnya hanya mampu menarik dan membuang napasnya dengan keras. Berusaha untuk menngontrol dirinya sendiri serta tentu saja libidonya.

Walaupun dia memiliki Jinhwan sebagai kekasih, tapi tetap saja bila diberi santapan seperti itu dia juga akan tergugah. Well, perempuan itu cukup -bahkan sangat- cantik, dengan pakaian yang menurut Junhoe sangatlah kurang bahan. Lihat roknya yang hanya sepangkal paha dan bagian atasnya yang menampilkan belahan dadanya.

Junhoe meneguk liurnya dengan kasar. Sial, godaan apa ini?

Cepat-cepat Junhoe menyelesaikan tugasnya sebagai photografer abal-abal. Sudah gerah melihat sang model berpose tidak tau diri.

JUNHWAN -APOLOGY[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang