Five

39 10 0
                                    

"Kapten Namjoon gak kerja?"

"Kapten Namjoon!"

"K A P T E N N A M J O O N"

"MIN NAMJOON!"

"WOI!!!!!!!!!"

"Apa sih." Namjoon menatap Sejeong dengan tatapan heran. Sejeong terlihat sangat geram dengan tingkah Namjoon yang sangat mengesalkan.

"Oh pantas aja gak dengar!" Ia menarik airpods milik Namjoon yang terpasang apik telinga Namjoon

"Apa? Kenapa?"

Sejeong menatap wajah Namjoon dengan tatapan emosi, ia langsung meninggalkan Namjoon yang menatapnya sedari tadi.

"Sejeong!!!"

"Cepat banget sih kamu hilang Sejeong!" Namjoon mengelilingi ruangan yang terdapat didalam rumahnya. Dan ia menemukan Sejeong sedang menatap sebuah foto "Sejeong, are u okay?"

Sejeong hanya menggeleng gelengkan kepalanya, dia enggan membalikkan badannya kearah belakang untuk menghadap Namjoon. Namjoon merangkul Sejeong dari belakang dan berbisik pada Sejeong "Aku tidak yakin kamu tidak kenapa napa."

"Kapten Namjoon..."

"Hm?"

Sejeong menggeleng gelengkan kepalanya lagi, tubuhnya bergetar karena ia menangis. Namjoon memutar tubuh Sejeong agar ia bisa melihat wajah Sejeong. Ia menangkup kedua pipi Sejeong dan terus menatapnya, "Siapa yang membuatmu nangis? Apakah kamu teringat suatu?"

"Aku ingat ayahku kapten Namjoon! Dia sama sepertimu! Dia selalu mendiamkanku disaat aku bertanya padanya! Dan itu membuatku sedih!!!"

"Oh benarkah? Maafkan aku. Aku tidak bermaksud. Aku benar benar tidak mendengar suaramu Sejeong. Dan kenapa kamu memegang potoku? Apakah kamu merasa kesal padaku karena tingkahku seperti ayahmu?" Sejeong menganggukkan kepalanya dan memeluk tubuh Namjoon

"Kapten Namjoon gak kerja?"

"Gak. Aku mendapatkan libur untuk hari ini. Jadi aku bebas hari ini." Namjoon tersenyum pada Sejeong

"Jalan lagi yuk!" Sejeong mengajak Namjoon untuk jalan lagi

"Kita baru saja pulang Sejeong."

"Kita sudah pulang 2 jam yang lalu kapten Namjoon..."

"Emang mau jalan kemana?"

"Kemah!" Sejeong sangat antusias mengeluarkan pendapatnya. Namjoon langsung mengerutkan keningnya, "Kemah? Gak!"

"Yaudah sih."

"Mau kemana lagi kamu?" Tanya Namjoon saat Sejeong melambai kepadanya

"Mau jalan dong! Hehehe! See you kapten Namjoon!!!"

Namjoon ingin saja merantai kaki Sejeong agar tidak jalan jalan lagi. Ia sudah sangat kehabisan akal untuk mengurung Sejeong. Bukan, bukan mengurung yang jahat. Mengurung yang dimaksud Namjoon adalah mengurung Sejeong agar terhindar dari berbagai masalah yang akan menimpa Sejeong. Baru saja ingin merebahkan diri ke tempat tidur, handphone Namjoon berdering.

"..........."

"Astaga!! Oke oke! Sebentar aku kesana!"

"....."

"Iyah. Iyah. Akan ku selesaikan sekarang Sersan Seo-Joon."

"PARK SEJEONG!!!! BISAKAH KAMU MEMBIARKANKU ISTIRAHAT DENGAN TENANG????!!!!!!" Namjoon frustasi, ia mengacak acak rambutnya sendiri.

"Selamat siang." Namjoon menyapa Sejeong, Sersan Seo-Joon beserta seorang nenek yang duduk disamping Sejeong

"Sersan Namjoon."

"Silahkan Park Sejeong." Namjoon tidak menghiraukan ucapan Seo-Joon, ia langsung menginterogasi Sejeong

"Kap—, Sersan Namjoon, percayalah padaku hari ini, aku tidak melakukan kenakalan apapun! Aku hanya ingin menolong nenek ini untuk sampai disini!!!!" Sejeong menyatukan tangannya dihadapan Namjoon

"Tidak mungkin! Nenek ini tidak bisa bicara karena perbuatan Sejeong! Liatlah kondisi fisik Sejeong hari ini, brutal! Ia memakai celana jeans robek robek dengan kemeja kebesaran. Aku yakin dia menyakiti nenek ini!" Seo-Joon terus menyudutkan Sejeong

"Hei anak muda! Bagaimana bisa aku berbicara kalau kamu terus menyudutkan gadis ini! Kalian terus saja bertengkar sampai polisi ini datang!" Nenek itu memarahi Seo-Joon yang terus menerus menyudutkan Sejeong

Namjoon hanya tersenyum tipis, ia menatap wajah sang nenek dan ia kemudian tersenyum lebar, "Bagaiamana harimu nek? Apakah bahagia?"

"Aku ingin bertemu dengan seseorang yang telah membawa cucu ku kesini."

"Cucu?" Sejeong memiringkan kepalanya

"Hei kamu bukan polisi jangan ikut campur urusan kami." Seo-Joon meluruskan kepala Sejeong yang miring tadi

"Cucu? Kami tidak tau cucu nenek." Lanjut Seo-Joon ketus

"Iyah. Cucu nenek yang sangat nakal. Ia mengatakan dia pernah ditampar oleh seorang gadis yang mengakui sebagai orang tua."

Namjoon langsung tersenyum ramah, "Apakah gadis itu membuat masalah lagi dengan cucu nenek?"

Sejeong dan Seo-Joon terus bertatapan. Menebar kebencian satu sama lain.

"Tidak. Nenek ingin berterima kasih pada gadis itu karena—" Ucapan sang nenek terputus karena Seo-Joon, "Bukankah itu tindakan kekerasan?!"

"Seo-Joon! Turunkan nada suaramu!" Bentak Sejeong pada Seo-Joon

"Oh liatlah bocah ini. Dia tidak sangat sopan. Bagaimana bisa nenek ingin berterima kasih dengan gadis ini? Inilah oranglah. Sangat nakal!" Seo-Joon meracuni pikiran sang nenek

"Oh kamu kah orangnya? Saya sangat berterima kasih. Karena kamu dia sudah berubah menjadi lebih baik. Karena selama ini dia selalu kami manjakan. Kami selalu membela dia disaat dia salah. Berkat kamu, dia sadar akan kesalahannya, dan dia merubah dirinya menjadi lebih baik." Setelah mendengar perkataan tulus dari sang nenek, Sejeong langsung menangis dan langsung memeluk tubuh si nenek

Namjoon tersenyum melihat ada seseorang mengakui kebaikan Sejeong. Karena Namjoon percaya, perlahan Sejeong pasti akan lebih baik. Berbeda dengan Seo-Joon, ia menatap Sejeong dan nenek itu dengan tatapan tidak suka.

"Nenek... aku sayang sama nenek..."

"Hati hati nek, itu cuman kedoknya aja. Siapa tau pulang nanti, dia mencelakakan nenek." Seo-Joon mencoba memberikan pengalihan kepada sang nenek

"Saya pulang dulu yah. Terima kasih atas bantuannya. Saya harap kamu bisa jadi polisi." Nenek itu menepuk bahu Sejeong lalu ia dengan pelan berdiri dan jalan keluar dari kantor polisi

"Sama saya aja nek. Saya juga mau pulang." Namjoon membantu nenek itu keluar

"Oh gadis ini ikut juga bersama kita?" Tanya nenek itu saat melihat Sejeong masuk kedalam mobil Namjoon

"Gak nek! Aku cuma mau kasih permen aja ke polisinya. Hati hati!!" Sejeong keluar dari mobil dan melambaikan tangannya

Make BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang