"Maaf telah memberikanmu mimpi buruk."
"Tidak usah minta maaf. Aku akan keluar dari sini."
"Silahkan."
"Dengan senang hati."
"Tidak semudah itu."
Namjoon memulai pembicaraan dengan Sejeong yang baru saja bangun tidur. Namjoon berdiri dengan menyilangkan tangan didepan dada dan menatap Sejeong dengan intens.
"Kamu menyuruhku pergi. Kamu juga yang menahanku. Sebenarnya apa mau mu Min Namjoon?!" Sejeong beranjak dari tempat tidurnya dan ia berdiri didepan Namjoon, meneriaki seseorang yang berada didepannya saat ini
"Jawab aku!" Namjoon hanya diam saat Sejeong meneriakinya lagi, ia langsung memeluk tubuh mungil Sejeong namun Sejeong tidak membalas pelukan Namjoon
"Jelaskan apa maumu?" Tanya Sejeong yang masih berada didalam dekapan Namjoon
"Mari kita lakukan hal konyol hari ini! Aku mendapatkan libur selama 3 hari!"
"Lakukan sendiri. Aku bukan siapa siapamu." Sejeong masih bersikeras untuk keluar dari rumah Namjoon
"Sejeong..."
"Aku tau Min Namjoon, kamu pasti akan menyalahkan dirimu sendiri. Aku mau kamu menyalahkan aku ketika aku terbukti salah. Bukan menyalahkan dirimu sendiri."
"Baiklah. Kamu memang salah. Puas?"
"Tidak."
"Apa yang harus aku lakukan untukmu Sejeong?!" Kini giliran Namjoon yang membentak Sejeong yang berada didepannya
Sejeong mendorong tubuh Namjoon dengan sekuat tenaga, membuat Namjoon terdorong dan ia kehilangan keseimbangan. Ia bangkit kembali dan mengejar Sejeong yang masuk kedalam kamar mandi.
"Sejeong! Aku mohon! Tidak bisakah kita akhiri ini semua dan kembali seperti semula?!"
"Park Sejeong!!!!"
"Ucapanmu terlalu menusuk." Suara Sejeong bergema didalam kamar mandi dan ia membuat Namjoon semakin panik
"Sejeong aku mohon! Maafkan aku." Namjoon terus mengetuk pintu kamar mandi karena ia takut Sejeong melakukan hal aneh didalam sana.
Namjoon terus berdiri didepan pintu kamar mandi dan mondar mandir menjaga situasi agar ia bisa melihat Sejeong keluar dari kamar mandi. "Sejeong, aku mohon, aku minta maaf. Aku tunggu kamu di meja makan."
Setelah mendengar bahwa Namjoon akan kemeja makan, Sejeong keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah kuyup dan menggigil karena kedinginan.
"Apakah tadi kamu mandi?" Namjoon membuka suara saat ia melihat Sejeong sudah rapi dan ia duduk didepan Namjoon
"Ya."
"Aku akan menyiapkan beberapa makanan pagi hari ini." Ujar Namjoon disela sela ia mengupas kulit apel
"Ya."
"Mau makan apa setelah makan buah? Bibimbap? Dakjuk? Atau yang lain?" Lagi dan lagi Namjoon menawarkan menu sarapan pagi kepada Sejeong
"Ya."
Namjoon hampir saja melemparkan pisau kearah dinding karena frustasi dengan jawabannya Sejeong, namun ia ingat, kalo dirinya sampai melakukan hal itu sama saja dia menambah masalah menjadi semakin keruh.
"Baiklah." Namjoon menyediakan semua sarapan pagi untuk Sejeong, Sejeong hanya diam melihat piring piring yang tersusun rapi didepannya karena Namjoon sedang menyiapkan makanan untuk dirinya
Namjoon langsung melahap makanannya satu persatu, berbeda dengan Sejeong yang masih menatap lurus kesalah satu makanan yang ada dihadapannya. Namjoon hanya melirik dan menghembuskan napas kasar.
"Mau aku suap?"
"Tidak."
Seperti orang yang diinterogasi, jawaban Sejeong hanya dua. Ya atau tidak. Membuat Namjoon semakin ingin keluar dari masalah ini dan ia berpikir bahwa liburnya selama 3 hari ini akan sia sia.
"Sejeong..."
Sejeong hanya menatap wajah Namjoon yang sedari tadi dia diamkan. Ia menatap dengan tatapan penuh kekesalan. "Jangan berbicara. Aku tidak akan menjawab semua pertanyaanmu."
Namjoon mengangguk mengerti, ia beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Sejeong seorang diri dan beberapa makanan yang belum ia sentuh sedari tadi. Sejeong lapar, namun ia terlanjur sakit hati dengan ucapan Namjoon dan membuat dirinya tidak nafsu makan.
"Kapten Namjoon...." Sejeong memanggil Namjoon secara tidak sadar dan ia langsung diam seperti tidak ada yang terjadi
"Sudah?" Namjoon mencegat Sejeong yang diambang pintu yang mana Sejeong ingin pergi dari rumah Namjoon
"Aku mohon, jangan tahan aku. Biarkan aku pergi."
"Tapi aku tidak mau."
"Tidak mau? Tidak mau apa?"
"Kamu pergi."
Baru saja Sejeong melangkah, Namjoon dengan cepat menarik tangan Sejeong dan membawanya kedalam dekapan Namjoon. Suara tangisan Sejeong pecah dan membuat Namjoon tersenyum.
"Apakah dirimu sudah lega tuan putri Sejeong?"
"Kapten Namjoon hiks!!! Kapten jahat!!! Aku kan mau minta maaf pas pulang kemarin, tapi kapten Namjoon langsung marah hiks!"
"Yaudah, sekarang aja minta maafnya. Aku sudah tidak marah."
"Kapten Namjoon...."
Namjoon tersenyum saat Sejeong ingin mengatakan permintaan maaf, Namjoon mengangguk sebagai tanda bahwa dia telah memaafkan Sejeong. "Aku sudah memaafkanmu."
"Kapten Namjoon. Aku mau kabur dari sini."
"Gak boleh! Aku gak bisa jauh darimu!" Respon Namjoon
"Kenapa? Kenapa kapten Namjoon gak bisa jauh dariku?"
"Karena kamu tuan putri yang harus aku jaga. Karena banyak penjahat diluar sana."
"Terimakasih kapten Namjoon!!!!!" Sejeong melepaskan segala kebahagiannya didalam dekapan Namjoon
"Entar malam mau ngapain?" Tawar Namjoon
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Better
RandomMin Namjoon adalah seorang polisi terkenal di Korea Selatan. Hidupnya tidak jauh dari membahas masalah kekerasan, kenakalan dan semua yang termasuk dalam daftar kriminal. Namun siapa sangka bahwa Min Namjoon berbagi tempat tinggal dengan Park Sejeon...