20. Forgotten Forest

168 24 1
                                    

Kim Namjoo
Oh Hayoung

. . .

'Klak!'

"Hei! Itu coklat milikku!" teriak anak perempuan berbadan tinggi dan memakai kacamata, Hayoung.

"Salahkan saja dirimu yang membuat kita tersesat di hutan selama dua hari. Aku tidak mengerti mengapa ibu memberiku adik seperti dirimu," Sahut anak perempuan lainnya-Namjoo-yang berbadan lebih pendek dengan rambut hitam terurai panjang dan membawa ransel hijau lumut di punggungnya. Mulutnya kembali mengunyah coklat batangan setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

Hayoung merengut, pandangannya dialihkan ke arah tanah. "Maaf ... ini semua karena rasa penasaran yang menang dari kepatuhan akan peringatan ayah dan ibu. Aku sendiri-" suaranya terhenti seketika. Ia melihat ke arah batu besar di hadapan mereka. Batu besar yang sekiranya sudah mereka lewati tiga kali sejak kemarin.

"Sial!" seru Namjoo, yang sepertinya satu pikiran dengan Hayoung. "Hutan apa sebenarnya ini! Apakah kita sudah pindah dari bumi dalam waktu 48 jam, hah?" Namjoo tak kuasa menahan emosinya.

Perut lapar dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Hutan aneh yang seakan tak ada jalan keluar. Semua berpadu dalam keharmonisan emosi yang membuat Namjoo geram. Konyol, hanya itulah yang ia pikirkan. Sebagai anak yang selalu mendapat beasiswa di sekolahnya, ia membenci hal-hal irasional.

Mereka terus berjalan, dengan bekal kompas yang sepertinya rusak. Namjoo memeriksa kembali handphonenya yang tidak menunjukkan tanda-tanda adanya sinyal. Benar-benar beruntung, batin Namjoo.

Hayoung melihat ke sekitar. Hanya ada pohon-pohon tinggi, bebatuan besar, dan tanah yang dipijaknya. Ia bahkan tidak mengetahui jenis-jenis dari pohon besar itu. Sesungguhnya, Namjoo dan Hayoung bergabung dengan klub pecinta alam, tapi bahkan mereka tidak mengetahui, alam apa yang sekarang sedang mereka pijak.

Ini memang kesalahan besar, pikir Hayoung. Seharusnya ia tidak menyepelekan nasihat orang tuanya. Seharusnya ia juga tidak memaksa Namjoo menuruti keinginan di hari ulang tahunnya itu. Yeah, kemarin adalah hari ulang tahun Hayoung.

Hayoung menyesal karena telah membohongi orang tuanya. Ia tahu, dirinya adalah anak paling nakal sejagat raya. Ia berkata akan mengikuti kegiatan dari klub pecinta alam di sekolah mereka, namun pada kenyataannya, kegiatan itu tidak sepenuhnya benar. Ia hanya ingin pergi ke tempat yang seumur hidupnya selalu dilarang oleh orang tuanya. Tempat itu bernama "Hutan Lupa."

Rumor hanyalah rumor, pikir Hayoung. Belum tentu rumor yang dikatakan orang lain adalah benar. Untuk alasan itu, ia membuktikannya sendiri.

Kakak beradik itu berjalan tanpa tahu arah. Hayoung beberapa kali meminta untuk beristirahat dikarenakan punggungnya terasa sakit. "Kau sudah membawa peralatan paling ringan!" bentak Namjoo. "Jangan manja, lihat saja tas punggungku, ukurannya 3 kali lipat dibandingkan kau," Namjoo berputar untuk menunjukkan tas berisi peralatan kemah, termasuk tenda dan alas tidur. Terlihat seperti punuk unta, pikir
Hayoung sambil menahan tawa. Tidak mungkin ia tertawa. Tidak setelah ia berkali-kali membuat ulah yang melibatkan Namjoo dan membuatnya kerepotan.

"Tunggu!" raut wajah Hayoung terlihat serius sekarang. "Aku mendengar sesuatu...seperti... air?" Hayoung sendiri meragukan pendengarannya, namun di hutan yang terasa semakin gelap ini, panca indra adalah senjata utama untuk bertahan.

Hayoung mulai berlari, mencari di mana titik suara tersebut kian terdengar, Namjoo juga secara tak sadar mengikuti Hayoung. Mereka terus berlari, tanpa berbicara sepatah kata pun, hingga pemandangan menyajikan sebuah danau. Danau biru, dengan air terjun di sisinya. Bebatuan besar dan...beberapa sosok yang membuat kedua kakak beradik itu menelan ludah.

creepypasta | apinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang