Aku pernah meyakini bahwa cinta tidak melulu perihal patah hati. Sehingga apapun yg kamu lakukan tak pantas untuk ku curigai. Hingga suatu malam datang ditemani hujan menjadi tamu ku dalam kesendirian yg tiba-tiba menamparku tanpa ampun hingga membuat ku jatuh tersungkur. Ya, kamu yg aku cintai sepenuh hati ternyata sangat mampu dan piawai menikam hati.
Aku bertanya; perihal siapa, apa dan bagaimana semua itu tercipta. Dan kemudian, kamu balas dengan diam tanpa penjelasan. Hingga rasa penasaran ku hanya mampu kau bayar dengan tangisan.
Aku ingat betul. Bagaimana kamu memelukku erat saat aku melangkah pergi, tentu saja setelah kamu melakukannya dengan dia yg menjadi rahasia. Dan aku menyadari, betapa tidak tau malunya kamu yg masih memaksa ku tinggal setelah kau hancurkan dengan brutal kepercayaan ku.
Perdebatan yg memuakkan, pertanyaan yg tak terjawabkan, juga serpihan-serpihan kecil yg ku coba untuk ku satukan, ternyata berakhir semakin berantakan.
Apa aku langsung menyerah? Tidak.
Aku semakin keras mencoba membunuh rasa sakit yg selalu berhasil menyayatku. Aku terus melangkah meski tergopoh demi pertanyaan yg selalu datang menagih atas jawaban. Dan aku bertarung untuk mencapai kata damai dalam diri ku sendiri. Kamu telah membacanya sampai disini, kemudian kamu berpikir bahwa aku berhasil(?) sayangnya tidak!
Lagi, lagi dan lagi.
Kata pergi selalu menjadi opsi pertama yg hati dan logika ku minta.Hati ku berkata 'ini semua percuma!'
Logika ku bercerita 'berhentilah.. Ini tidak membuahkan hasil justru semakin membuatku tersiksa!'
Juga ragaku yg berbisik lirih 'ku mohon jangan tempat kan ku dalam lobang itu untuk kesekian kalinya'Kamu boleh saja berkata sambil tertawa atas permintaan ku yg sedikit memaksa untuk kau pergi. Dan dengan santai kau datangi lagi tanpa perduli lubang besar yg masih bersarang dihati.
Tapi ku rasa kamu lupa satu hal, bahwa ada saatnya aku bosan mengulang kalimat yg sama. Dan sekarang; aku yg akan memohon.
Pergilah segera dan pastikan tempat yg kau tuju tak akan ku ketahui. Pergi selama mungkin hingga senyawa api dan air membeku, pergi meskipun langit menjatuhkan tangisnya, dan jangan pernah kembali sampai rindu ini tak merasakanya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
SelfHealing
PoetryThis is not a story! Bukan cerita, hanya rasa yg ditumpahkan lewat susunan kata untuk mereka yg juga memiliki rasa.