Ini surat ketiga setelah januari awal
Surat pertama bertuliskan kesal
Surat kedua dihiasi sesal
Surat ketigaku
Awalannya kelabu
Perihalnya kamu
Isinya rindu
Padahal aku sudah mencoba membagi rinduku pada debu-debu di udara
Bukannya berkurang rindu-rindu itu malah semakin meluas jangkauannya
Pagi ini kucoba menjual rindu pada mentari
Semoga saat senja nanti ia tak beri rindu yang baru
Karena tiap kali percobaanku berhenti merindukanmu
Egoku berkata "jangan dulu!"
Aku lelah memutar memori-memori indah karena meskipun itu membahagiakan sebenarnya mereka menuntutku agar mengenangmu lebih dalam
Pernah kucoba merangkak berdiri dalam kumpulan harapan semu
Namun bayangmu yang terpatri di angan senantiasa menjatuhkanku
Jauh ke dasar lautan rasa ingin bertemu
Bulan dan bintang-bintangnya Menemani setiap detik usahaku Mengalahkan hati yang belum teguh Dalam hal berdamai dengan rasa sesal
Hingga aku bangkit
Aku pulih
Aku kuat
Aku bisa
Tapi mengapa merindukanmu tetap terasa seperih ini?
Ya, sakitnya masih sama
Rasanya makin merana
Hampir kutemukan cahaya
Tapi tergelincir kesekian kalinya
Aku kalah
Aku payah
Kembali diperbudak kerinduan
Aku lelah menjajakan mereka lagi
Karena bulan tak ingin beli
Mentari enggan mencicipi
Bintang-bintang langsung pergi
Aku kembali pada kegiatanku
Menulis surat berujung pilu
Awalannya masih sendu
Perihalnya masih kamu
Isinya selalu rindu
Tegal, 15 Juni 2019